Mobil Listrik BYD Laris Manis di Indonesia, Tapi Kok Di China Justru Gagal Total? Simak Fakta Mengejutkan Ini!

Booth BYD-Denza di PEVS 2025
Sumber :
  • BYD Motor Indonesia

VIVA, Banyumas – Fenomena menarik terjadi pada pasar mobil listrik BYD yang saat ini dipasarkan di Indonesia.

China Ekspor Batubara Kokas ke Sulawesi, Ada Apa di Baliknya?

Meskipun mendapat sambutan positif dan penjualan yang cukup menggembirakan di Tanah Air, model-model tersebut justru kurang diminati di negara asalnya, China.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, mengapa mobil listrik BYD yang populer di Indonesia malah tidak laku di pasar domestik mereka sendiri?

PLTN Indonesia Akan Pakai Teknologi China atau Rusia? Ini Kata Wamen ESDM

PT BYD Motor Indonesia kini menawarkan lima model mobil listrik Battery Electric Vehicle (BEV) yang masing-masing menyasar segmen pasar berbeda.

Pada awal kemunculannya di 2024, BYD membawa tiga model, yaitu Dolphin (hatchback), Atto 3 (SUV kompak), dan Seal (sedan premium).

Teknologi DeepSeek Bikin Heboh: Host AI Live Shopping Raup Rp125 Miliar Dalam 7 Jam!

Kemudian mereka menambah model medium MPV listrik pertama, BYD M6, serta SUV premium ukuran besar, Sealion 7, di tahun 2025.

Kelima model tersebut masih diimpor secara utuh dari China, tetapi mendapatkan insentif pemerintah berupa bebas bea masuk dan PPnBM, sehingga harga jual relatif kompetitif.

Dilansir dari VIVA.co.id berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan retail BYD di Indonesia pada April 2025 mencapai 3.531 unit, menempatkan BYD di posisi keenam merek terlaris.

Dari sisi wholesales, penjualan ke dealer mencapai 3.496 unit, dengan Sealion 7 sebagai model terlaris menyumbang 1.793 unit. M6 berada di posisi kedua dengan 1.257 unit, disusul Seal, Atto 3, dan Dolphin.

Meski popularitas BYD sangat kuat di pasar Indonesia, kondisi sebaliknya terjadi di China.

Data penjualan mobil listrik pada April 2025 menunjukkan bahwa model yang sama kurang diminati di negara asalnya.

Penjualan mobil penumpang di China mencapai 1,755 juta unit, dengan powertrain BEV dan hybrid sangat dominan.

Namun, nama Dolphin, Atto 3, Seal, dan Sealion 7 tidak masuk dalam daftar 10 model terlaris.

Sebaliknya, model lain seperti Geely Geome Xingyuan, BYD Seagull, Qin Plus, dan Qin L justru menguasai pasar. Di segmen SUV, Song Plus BYD juga kalah dari produk Geely dan model Song Pro hanya menempati posisi ketujuh.

Situasi ini mengindikasikan bahwa strategi dan preferensi konsumen di China berbeda dengan Indonesia.

Mungkin karena karakteristik pasar dan selera lokal yang lebih memilih model hybrid atau varian lain dari BYD yang lebih sesuai dengan kebutuhan domestik.

Sementara itu, mobil listrik BYD yang dijual di Indonesia justru berhasil mengisi celah pasar yang belum banyak tergarap.

Kesimpulannya, meski BYD berhasil menempatkan mobil listriknya sebagai produk favorit di Indonesia, hal tersebut tidak otomatis menjamin keberhasilan yang sama di China.

Ini menjadi pelajaran penting bagi produsen mobil listrik untuk menyesuaikan produk dan strategi pemasaran berdasarkan kondisi dan kebutuhan pasar lokal