Prosesi Kondur Gongso dan Gunungan Brama Warnai Sekaten Maulid Nabi Yogyakarta 2025
- tiktok @endahsubektiofficial
Sekaten Maulid Nabi 2025 di Yogyakarta meriah dengan prosesi kondur gongso, jejak banon, penyebaran udhik-udhik, hingga gunungan brama yang hanya keluar di tahun Jawa Dal
Viva, Banyumas - Hajad Dalem Sekaten kembali digelar meriah di Yogyakarta dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ribuan warga tumpah ruah di kompleks Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta untuk menyaksikan berbagai prosesi sakral, termasuk kondur gongso dan kemunculan Gunungan Brama, yang hanya muncul pada tahun Jawa Dal.
Tradisi yang diwariskan turun-temurun ini selalu dinantikan masyarakat, wisatawan, hingga peneliti budaya. Prosesi dimulai Kamis malam (4/9/2025) dengan kondur gongso, yakni pengembalian dua gamelan pusaka, Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga, dari Masjid Gedhe ke Keraton.
Acara ini menjadi simbol ditutupnya rangkaian Sekaten. Dikutip dari akun Tiktok @endahsubektiofficial Tak hanya itu, prosesi langka jejak banon atau jejak benteng oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X juga menjadi daya tarik utama. Dengan mengenakan busana kebesaran warna biru, Sultan HB X menjejakkan kaki ke tumpukan batu bata setinggi 1,5 meter di sisi selatan Masjid Gedhe.
Seketika susunan bata runtuh dan disambut sorak-sorai ribuan warga yang hadir. Selain jejak banon, prosesi penyebaran udhik-udhik turut memeriahkan acara. Udhik-udhik berupa uang logam ini dilemparkan Sultan HB X ke arah warga yang berebut mendapatkannya sebagai simbol sedekah raja dan doa ngalap berkah.
Puncak peringatan Sekaten Maulid Nabi 2025 berlangsung Jumat pagi (5/9/2025) dengan prosesi Grebeg Maulud. Dalam acara ini, enam gunungan akan diarak dari Keraton menuju Masjid Gedhe, yakni gunungan kakung, estri, gepak, dharat, pawuhan, dan gunungan brama. Gunungan brama menjadi istimewa karena hanya dikeluarkan pada tahun Jawa Dal.
Tradisi ini menandai kekhususan Sekaten tahun ini, sekaligus memperlihatkan kentalnya filosofi Jawa-Islam yang dijaga Keraton Yogyakarta. Gunungan-gunungan tersebut nantinya diperebutkan warga sebagai simbol berkah dan kemakmuran.
Tradisi Sekaten tak sekadar ritual budaya, tetapi juga sarana spiritual dan sosial. Bagi umat Islam, peringatan Maulid Nabi adalah momen memperdalam cinta kepada Rasulullah SAW. Sementara dari sisi budaya, Sekaten memperlihatkan harmonisasi antara dakwah Islam dan kearifan Jawa yang diwariskan sejak era Sultan HB I.
Tak heran, setiap tahun acara ini selalu menyedot perhatian ribuan pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Sekaten bukan sekadar peringatan Maulid Nabi, melainkan juga bukti lestarinya tradisi agung yang menjaga jati diri Yogyakarta sebagai kota budaya