Isu Black Mamba di Rumah Ahmad Sahroni Ternyata Hoaks, Ini Fakta Sebenarnya

Isu hoaks rumah Ahmad Sahroni terungkap
Sumber :
  • instagram @ahmadsahroni88

Isu sex toy Black Mamba yang dikaitkan dengan rumah Ahmad Sahroni usai penjarahan ternyata hoaks. Foto tersebut bukan dari Jakarta, melainkan dari Beirut tahun 2020

Viral! Jam Mewah Rp 11,7 M Milik Ahmad Sahroni Dikembalikan, Bocah Pencuri Tampak Lemas

Viva, Banyumas - Rumah mewah milik Ahmad Sahroni di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi sorotan publik setelah dijarah massa. Koleksi berharga seperti miniatur mobil balap, jam tangan Richard Mille senilai miliaran rupiah, hingga figur Iron Man ratusan juta rupiah raib dan rusak.

Tidak hanya itu, deretan mobil mewah Porsche, Lexus, dan Mustang yang terparkir di garasi ikut porak-poranda. Namun, di tengah kabar penjarahan tersebut, beredar isu liar yang menyebut adanya temuan sex toy berlabel “Black Mamba” di dalam rumah Sahroni.

NasDem Tegaskan Akun X Sahroni Berdikari Palsu, Bukan Milik Ahmad Sahroni, Publik Diminta Tidak Terprovokasi

Foto yang dikaitkan dengan isu itu sempat viral di media sosial dan memicu perdebatan. Dikutip dari Viva, Faktanya, informasi tersebut terbukti hoaks. Sejumlah akun pemeriksa fakta menegaskan bahwa foto yang beredar bukan berasal dari rumah Sahroni di Jakarta, melainkan dari rumah aktris Elissa di Beirut saat terjadi ledakan besar pada tahun 2020.

Bahkan, objek yang disebut sebagai “Black Mamba” diduga hasil manipulasi digital yang sengaja digoreng untuk memperkeruh opini publik.

Rahasia Aturan DPR Terungkap! Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, dan Uya Kuya Tetap Terima Gaji DPR Meski Dinonaktifkan

Klarifikasi ini menjadi penting, mengingat nama Ahmad Sahroni sudah lebih dulu menjadi sorotan akibat berbagai kontroversi politik maupun gaya hidupnya sebagai “Crazy Rich Tanjung Priok.” Hoaks semacam ini dinilai berpotensi menyesatkan masyarakat dan merusak reputasi pribadi.

Pengamat media digital menilai penyebaran isu sensasional kerap dilakukan untuk mengalihkan perhatian publik dari inti peristiwa sebenarnya.

Dalam kasus Sahroni, fokus utama seharusnya adalah pada penjarahan rumah dan kerugian aset bernilai fantastis, bukan pada informasi yang tidak bisa diverifikasi. Masyarakat pun diimbau lebih bijak dalam menyikapi informasi, terutama yang bersumber dari media sosial. Cek fakta, sumber kredibel, dan jejak digital sangat diperlukan sebelum mempercayai sebuah konten.

Kepolisian sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait isu hoaks tersebut. Fokus utama penyelidikan saat ini adalah mengungkap siapa dalang penjarahan serta menaksir kerugian total yang ditaksir mencapai puluhan miliar rupiah.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa selain kerugian fisik akibat kriminalitas, kerugian reputasi melalui penyebaran hoaks juga bisa berdampak serius. Untuk itu, literasi digital masyarakat mutlak diperlukan agar tidak mudah termakan isu menyesatkan