Mengenal Sidekah Kupat, Warisan 500 Tahun Peninggalan Prabu Siliwangi di Cilacap
- Pexel @Iskandar Al Imran
Selain bernilai sejarah, tradisi ini juga sarat makna filosofis. Ketupat dalam budaya Jawa dan Sunda sering dimaknai sebagai simbol kesucian hati, kebersamaan, dan rezeki yang dibagikan kepada sesama.
Dengan menggantung ketupat di jalan, masyarakat seolah mengajak siapa saja untuk ikut merasakan kebahagiaan bersama. Tradisi ini juga menjadi momentum mempererat tali silaturahmi antarwarga. Semua orang berpartisipasi, dari anak-anak hingga orang tua, dalam proses pembuatan hingga pembagian ketupat.
Daya Tarik Budaya dan Wisata
Sidekah Kupat kini bukan hanya tradisi adat, tetapi juga daya tarik budaya yang menarik minat wisatawan. Banyak orang datang untuk menyaksikan langsung bagaimana ratusan ketupat digantung di perbatasan desa, menciptakan pemandangan unik sekaligus meriah.
Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar mereka mengenal dan melestarikan warisan budaya leluhur. Dengan terus dijaga, Sidekah Kupat akan tetap hidup sebagai bagian dari identitas masyarakat Cilacap.
Menjaga Kearifan Lokal
Dalam era modernisasi, tradisi seperti Sidekah Kupat membuktikan bahwa kearifan lokal masih memiliki tempat penting di tengah masyarakat. Semangat berbagi, gotong royong, dan penghormatan pada sejarah menjadi nilai luhur yang relevan sepanjang masa.