Bocor! Jet Tempur Rafale-B Pertama Indonesia Sudah Jadi, 66 Unit Akan Mengguncang Asia Tenggara
- defencesecurityasia
VIVA, Banyumas – Dunia pertahanan internasional kembali menoleh ke Asia Tenggara setelah jet tempur Rafale B pertama untuk Indonesia terlihat di fasilitas manufaktur Dassault Aviation pada 30 Juli 2025.
Pesawat berkursi ganda bernomor seri T-0301 ini menjadi bukti nyata kesepakatan pertahanan bernilai miliaran dolar antara Jakarta dan Paris.
Rafale B ini merupakan bagian dari kontrak tahap pertama pembelian 24 jet tempur multiperan Rafale yang ditandatangani Indonesia.
Dassault saat ini merakit enam unit pertama untuk TNI AU, sementara 18 unit tambahan telah dikonfirmasi awal 2025.
Dengan tambahan pesanan terbaru, total yang telah dikunci mencapai 42 unit, dan bila seluruh tahap rampung, Indonesia akan mengoperasikan 66 jet tempur Rafale F4, menjadikannya salah satu operator terbesar di luar Eropa.
Dilansir dari defencesecurityasia, pengiriman pertama dijadwalkan pada awal 2026, memulai transformasi signifikan kekuatan udara Indonesia yang selama ini bergantung pada F-16, Su-27, dan Su-30 yang sudah menua.
Spesifikasi Canggih untuk Kedaulatan Udara
Varian Rafale F4 menawarkan lompatan teknologi besar bagi TNI-AU. Fitur unggulannya meliputi:
- Radar AESA jarak jauh dengan kemampuan pelacakan multi-target.
- Fusi sensor canggih untuk kesadaran situasional yang superior.
- Ketahanan tinggi terhadap peperangan elektronik.
- Kompatibilitas dengan rudal Meteor dan amunisi berpemandu presisi jarak jauh.
Kombinasi ini memungkinkan Indonesia mencegat ancaman sebelum memasuki wilayah udara, sekaligus menjaga jalur maritim strategis seperti Selat Malaka, urat nadi perdagangan dunia.
Implikasi Geopolitik di Asia Tenggara
Penguatan armada jet tempur ini bukan sekadar pembaruan peralatan, melainkan langkah strategis menghadapi eskalasi militer di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.
Dengan inventaris tempur yang selama ini kurang dari 50 unit siap tempur, Indonesia kini mengamankan kapasitas udara yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan wilayah kepulauan terbesar di dunia.
Bagi Prancis, kontrak ini memperkuat posisi mereka di kawasan Indo-Pasifik dan menjadi bagian dari strategi mengimbangi pengaruh militer Tiongkok melalui kemitraan pertahanan maritim.
Kesepakatan Rafale ini terintegrasi dengan rencana kerja sama lainnya, termasuk negosiasi pengadaan kapal selam Scorpène dengan teknologi Air Independent Propulsion (AIP), serta kemungkinan pembelian howitzer CAESAR 155mm.
Program ini membawa tawaran transfer teknologi dan kemitraan industri melalui kebijakan Defend ID.
Investasi Strategis Bernilai Besar
Dengan harga satuan sekitar USD 130 juta, nilai total program—termasuk senjata, suku cadang, pelatihan, dan kompensasi industri, diperkirakan melampaui USD 8,5 miliar.
Langkah ini menandai pergeseran signifikan Indonesia dari pemasok lama di Timur ke pemasok Barat, sekaligus mengurangi risiko sanksi dan meningkatkan kompatibilitas operasional dengan mitra regional.