Dari Wonosobo hingga Sabah: Jejak Negeri Saba di Tanah Nusantara

Ilustrasi Wonosobo yang disebut terkait negeri Saba
Sumber :
  • pexel @Nothing Ahead

Viva, Banyumas - Teori yang menyebut bahwa negeri Saba yang legendaris sebenarnya berada di wilayah Nusantara makin ramai diperbincangkan. Nama-nama tempat seperti Wonosobo di Jawa Tengah dan Sabah di Malaysia sering dijadikan petunjuk awal yang menunjukkan adanya koneksi misterius antara wilayah ini dengan negeri Saba yang dikenal dalam teks-teks kuno, termasuk kitab suci dan catatan sejarah abad pertengahan.

Innalillahi PO Cebong Jaya Kecelakaan di Kalimanah Purbalingga, Makan Korban Tertindih Bus

Wonosobo, misalnya, diyakini berasal dari kata "Saba" yang berarti "tempat berkumpul" dalam bahasa Sansekerta. Secara fonetik, nama ini cukup dekat dengan “Saba” yang disebut sebagai kerajaan makmur yang dipimpin oleh Ratu terkenal dalam berbagai teks agama dan sejarah, termasuk Al-Qur’an, Alkitab, dan Kebra Nagast dari Ethiopia.

Sementara itu, Sabah—nama negara bagian di Malaysia—juga menyimpan kemiripan yang mencolok, terutama jika dilihat dari segi fonologi dan lokasi geografis yang sama-sama berada di timur.

Wonosobo Gemparkan WACI 2025 di JFC: Kostum Biawak Ikonik Jadi Sorotan Nasional

Dilansir dari Viva, Teori ini juga diperkuat oleh catatan perjalanan Giovanni de' Marignolli, seorang pelancong Eropa dari abad ke-14. Dalam perjalanannya dari Tiongkok menuju Italia, ia mengklaim pernah mengunjungi negeri yang dipimpin oleh seorang ratu di sebuah pulau yang sangat indah.

Banyak peneliti menduga bahwa pulau yang dimaksud adalah bagian dari Indonesia atau kawasan sekitarnya di Asia Tenggara, bukan di Timur Tengah atau Afrika sebagaimana dugaan lama tentang lokasi negeri Saba.

Jejak Gatot Soebroto, Putra Banyumas yang Jadi Panglima Tangguh dan Pahlawan Bangsa

Selain bukti toponim dan sejarah, ada juga pendekatan linguistik yang memperkuat dugaan ini. Dalam bahasa Arab, “Saba” berarti “pagi”, dan secara simbolik, Indonesia yang terletak di wilayah timur dunia menjadi tempat matahari terbit—sesuatu yang erat kaitannya dengan simbolisme pagi dan cahaya.

Banyak budaya di Nusantara juga menjunjung tinggi simbol matahari dan awal hari, sebagaimana terlihat dalam motif rumah adat Toraja dan berbagai tradisi lokal lainnya. Tentu saja, teori ini masih menimbulkan perdebatan di kalangan sejarawan dan arkeolog.

Beberapa pihak menilai bahwa kemiripan nama tidak cukup menjadi dasar yang kuat, sementara yang lain berpendapat bahwa banyak warisan sejarah Nusantara memang belum tergali secara menyeluruh.

Namun, menariknya, semakin banyak peneliti mulai meninjau ulang lokasi-lokasi yang selama ini dianggap “pasti” dalam sejarah kuno.

Dengan munculnya berbagai pendekatan interdisipliner—bahasa, arkeologi, antropologi, dan mitologi—teori Nusantara sebagai bagian dari negeri Saba tidak bisa dianggap remeh. Jika benar, maka Nusantara bukan hanya pusat perdagangan kuno, tapi juga pusat peradaban spiritual yang penting sejak ribuan tahun lalu.

Penelitian lebih lanjut tentu diperlukan, namun jejak-jejak Saba di tanah Nusantara menjadi pintu masuk menarik menuju sejarah yang belum sepenuhnya terungkap