Musisi Boikot Spotify: Mengapa Mereka Menarik Karya dari Platform Streaming Ini?

Ilustrasi Spotify
Sumber :
  • spotify.com

Musik, VIVA Banyumas – Spotify kembali menjadi sorotan setelah sejumlah musisi internasional memutuskan untuk memboikot platform tersebut.

Parlemen Inggris Desak Pengakuan Palestina dan Boikot Produk Permukiman Ilegal

Keputusan ini didorong oleh beberapa isu, mulai dari investasi kontroversial sang CEO hingga masalah royalti yang dianggap tidak adil bagi para artis.

Gerakan boikot ini memicu perdebatan di antara para penikmat musik dan memunculkan pertanyaan besar mengenai etika bisnis di industri musik modern.

Kenapa Burger King Masuk Daftar Boikot Pro Palestina? Ini Alasannya!

Investasi Kontroversial CEO Spotify dan Reaksi Musisi

Inti dari gelombang boikot ini berpusat pada Daniel Ek, CEO Spotify, yang dilaporkan menginvestasikan jutaan dolar pada perusahaan teknologi militer.

Update Terbaru! Daftar Produk Pro Israel yang Wajib Kamu Boikot 2025

Investasi ini, khususnya pada teknologi drone dan kecerdasan buatan (AI) untuk keperluan militer, memicu kemarahan di kalangan musisi yang merasa platform yang seharusnya mendukung seni justru mendanai industri perang.

Satu di antara grup musik yang paling vokal adalah King Gizzard & The Lizard Wizar. Band rock asal Australia ini secara tegas menarik semua karya mereka dari Spotify.

Dalam pernyataannya, mereka menolak keras gagasan bahwa keuntungan dari karya musik mereka digunakan untuk mendanai teknologi yang dapat digunakan dalam konflik bersenjata.

Deerhoof dan Skee Mask: Menolak Keuntungan untuk Teknologi Militer AI

Band indie-rock Deerhoof juga menjadi salah satu yang pertama mengumumkan boikot. Melalui pernyataan terbuka di media sosial, mereka dengan jelas menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap investasi Daniel Ek.

Mereka menganggap bahwa keuntungan dari layanan musik seharusnya tidak dialokasikan untuk pengembangan teknologi tempur AI.

Senada dengan itu, produser musik elektronik asal Jerman, Skee Mask, juga menghapus semua karyanya dari platform ini.

Keputusannya didasari oleh kombinasi dua alasan: menentang investasi militer sang CEO dan menyoroti masalah royalti yang tidak seimbang.

Baginya, keduanya adalah bentuk eksploitasi yang tidak bisa ia toleransi.

Leah Senior dan David Bridie: Isu Kemanusiaan dan Royalti yang Tak Adil

Boikot ini tidak hanya soal investasi kontroversial, tetapi juga prinsip kemanusiaan dan keadilan. Penyanyi folk asal Australia, Leah Senior, memboikot Spotify karena ia merasa platform tersebut memberikan pembayaran royalti yang sangat rendah dan tidak adil bagi musisi, terutama bagi artis independen.

Musisi senior asal Australia, David Bridie, juga ikut menarik karyanya. Ia menjelaskan bahwa keputusannya bukan semata-mata karena masalah uang, melainkan karena prinsip.

Bridie berpendapat bahwa etika bisnis yang dilakukan oleh Spotify tidak sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ia pegang teguh.

Dampak Boikot dan Masa Depan Industri Musik Streaming

Keputusan para musisi ini, meski jumlahnya masih terbatas, telah menimbulkan gelombang pertanyaan besar.

Sejauh mana tanggung jawab sebuah perusahaan teknologi untuk memastikan bahwa keuntungan mereka tidak digunakan untuk tujuan yang kontroversial?

Dan apakah musisi, terutama yang independen, memiliki kekuatan untuk menuntut perubahan?

Gerakan ini menyoroti kerapuhan hubungan antara artis dan platform streaming. Di satu sisi, platform seperti Spotify menawarkan akses global yang belum pernah ada sebelumnya.

Di sisi lain, model bisnis yang ada sering kali dianggap tidak menguntungkan bagi para pencipta konten, dan kini, etika bisnis para pemimpin perusahaan menjadi isu baru yang memantik kemarahan.

Sebuah Panggilan untuk Perubahan?

Boikot ini mungkin hanya permulaan. Dengan semakin terbukanya informasi mengenai investasi dan model bisnis di balik layar, musisi dan penikmat musik semakin sadar akan kekuatan mereka.

Akankah gerakan ini mendorong perubahan signifikan dalam cara Spotify beroperasi, atau justru menjadi pengingat pahit tentang tantangan yang dihadapi para musisi di era digital?

Ini adalah momen yang penting bagi industri musik untuk merefleksikan nilai-nilai yang mereka anut. Apakah keuntungan finansial lebih penting daripada prinsip kemanusiaan?

Dan apakah platform yang mengklaim sebagai "rumah" bagi para musisi akan mendengarkan suara mereka yang paling kritis?