Udara Dingin Menusuk di Jateng, BMKG Ungkap Penyebab Fenomena Mbediding
- pexel @suju
Viva, Banyumas - Udara dingin yang menusuk tulang mulai dirasakan warga di sejumlah wilayah Jawa Tengah (Jateng). Fenomena ini dikenal secara lokal sebagai mbediding, yaitu turunnya suhu udara secara drastis pada malam hingga pagi hari, terutama di musim kemarau.
Fenomena Mbediding di Jateng ini telah terjadi di berbagai daerah seperti Semarang, Wonosobo, Banjarnegara, hingga kawasan pegunungan seperti Dieng dan Selo, Boyolali. Menurut Forecaster Stasiun Meteorologi BMKG Ahmad Yani Semarang, Ferry Oktarisa, fenomena mbediding disebabkan oleh gabungan beberapa faktor alami.
Di antaranya adalah masuknya puncak musim kemarau, aktifnya angin timuran dari Australia, serta kondisi langit yang cerah dan minim awan. Ferry mengatakan Udara dingin terasa karena panas dari permukaan bumi dilepaskan dengan cepat ke atmosfer pada malam hari.
Tanpa lapisan awan yang menahan, suhu turun drastis hingga dini hari. Di Kota Semarang, suhu terendah tercatat mencapai 21 derajat Celsius. Namun, kondisi lebih ekstrem terjadi di dataran tinggi. Di kawasan Dieng dan sekitarnya, suhu minimum bisa menyentuh angka 15–16 derajat Celsius.
Bahkan pada puncak musim kemarau, antara Juli hingga September, suhu di Dieng bisa turun hingga 3 derajat Celsius, meski tahun ini embun upas atau embun es belum muncul seperti tahun lalu.
Fenomena mbediding biasanya terjadi mulai tengah malam hingga pukul 06.00 atau 07.00 pagi. BMKG mengimbau masyarakat untuk mengenakan pakaian hangat di malam hari, terutama anak-anak dan lansia yang lebih rentan terhadap perubahan suhu ekstrem.
Menjaga daya tahan tubuh dan mencukupi asupan gizi juga penting untuk menghindari penyakit musiman. Selain suhu dingin, BMKG juga mengingatkan potensi angin kencang di kawasan pegunungan Jawa Tengah.
Kecepatan angin bisa mencapai 15–25 km per jam, khususnya pada siang hingga sore hari. Wilayah rawan meliputi Gunung Slamet, Pegunungan Dieng, Merapi–Merbabu, dan wilayah Selo.
Bagi para pendaki dan wisatawan yang ingin berkunjung ke dataran tinggi, disarankan membawa perlengkapan hangat, melindungi tubuh dari paparan angin langsung, dan selalu memantau prakiraan cuaca terkini dari BMKG.
BMKG memprediksi bahwa puncak musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga September 2025. Warga diminta tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem dan menjaga keselamatan diri selama beraktivitas di luar rumah, terutama pada malam hingga pagi hari