Zaini Makarim, Ipar Ganjar Pranowo Dituntut 5,5 tahun Penjara Kasus Korupsi jembatan Rugikan Negara Rp2,2 miliar, Adil?
- instagram @zaini.ms
Viva, Banyumas - Nama Zaini Makarim Supriyanto kembali mencuat dalam sorotan publik usai Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejati Jawa Tengah menuntut hukuman berat atas dugaan kasus korupsi proyek pembangunan Jembatan Merah Purbalingga. Zaini, yang dikenal sebagai mantan calon Wakil Bupati Purbalingga sekaligus adik ipar mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, kini terancam mendekam lama di balik jeruji besi.
Dalam sidang pembacaan tuntutan kasus Korupsi Jembatan Merah Purbalingga di Ruang Persidangan Cakra Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Semarang pada Rabu (2/7/2025), JPU menuntut Zaini dengan pidana penjara selama 5 tahun 6 bulan serta denda Rp600 juta subsider 6 bulan kurungan.
Tuntutan ini dijatuhkan karena Zaini dinilai terbukti bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jaksa Bagus Suteja menjelaskan, sebagai konsultan pengawas proyek pembangunan jembatan di atas Sungai Gintung yang berlangsung pada 2017 hingga 2018, Zaini tidak menjalankan pengawasan sesuai kontrak.
Akibatnya, jembatan yang dibangun tidak berfungsi maksimal dan menyebabkan kerugian negara senilai Rp2,2 miliar.
“Hal memberatkan, akibat perbuatan terdakwa, negara dirugikan miliaran rupiah,” kata Bagus dikutip dari laman Viva. Selain Zaini, empat terdakwa lain juga menjalani sidang pembacaan tuntutan secara bersamaan.
Tuntutan terberat dijatuhkan kepada Donny Eriawan selaku pelaksana proyek dengan hukuman 12 tahun 6 bulan penjara serta uang pengganti Rp13,3 miliar.
Sementara itu, dua mantan pejabat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Purbalingga, yakni Setyadi dan Priyo Satmoko, serta seorang konsultan pengawas lainnya, Imam Subagio, juga dituntut hukuman bervariasi antara 6 hingga 7 tahun penjara.
Zaini yang pernah mencalonkan diri dalam Pilkada Purbalingga disebut bersikap sopan selama persidangan dan belum pernah dihukum, sehingga menjadi pertimbangan yang meringankan.
Namun, fakta kerugian negara yang ditimbulkan membuat tuntutan pidana tetap tinggi. Usai pembacaan tuntutan, suasana sidang berubah haru. Tangis keluarga terdakwa pecah saat kelima terdakwa keluar ruang sidang. Keluarga Zaini tampak memeluk erat sambil berusaha saling menguatkan tanpa sepatah kata pun.
Ketua Majelis Hakim Insyirah memberi kesempatan kepada terdakwa dan penasihat hukumnya untuk menyampaikan pembelaan pada sidang lanjutan pekan depan.
Proses persidangan kasus korupsi Jembatan Merah ini menjadi sorotan masyarakat, mengingat posisi terdakwa yang dikenal publik serta kerugian negara yang besar.
Kasus ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pengawasan proyek pemerintah harus dijalankan dengan penuh integritas untuk mencegah kerugian dan kegagalan pembangunan yang merugikan rakyat