Mengenal Tradisi Malam Satu Suro: Momen Spiritual di Tanah Jawa
- Dok. Museum Sonobudoyo Yogyakarta
VIVA, Banyumas – Di tengah dunia yang makin bising dan penuh distraksi, Malam Satu Suro menjadi pengingat bahwa tidak semua perubahan harus dirayakan dengan pesta dan keriuhan.
Bagi masyarakat Jawa, malam ini adalah waktu sakral untuk berhenti sejenak, menyepi dari hiruk-pikuk dunia, dan kembali menyatu dengan makna spiritual terdalam.
Dalam kesunyian Malam Satu Suro, ada kekuatan yang tak kasat mata, energi batiniah yang membimbing jiwa untuk merenung, memulai kembali, dan menyelaraskan diri dengan semesta.
Awal Tahun yang Sunyi dan Bermakna
Malam Satu Suro menandai hari pertama di bulan Suro dalam kalender Jawa, yang bertepatan dengan satu Muharram dalam kalender Hijriyah.
Namun lebih dari sekadar pergantian angka, malam ini dianggap sebagai momen yang penuh daya spiritual.
Dilansir dari Museum Sonobudoyo Yogyakarta, tradisi ini berakar dari masa Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja Mataram Islam yang menyatukan sistem kalender Islam dan budaya Jawa dalam satu sistem penanggalan.
Laku Prihatin dalam Keheningan
Berbeda dengan tahun baru masehi yang identik dengan kembang api, masyarakat Jawa menyambut Satu Suro dalam diam dan doa.