Setelah Syukuran, Suami di NTB Bunuh Istri dengan Parang, Begini Kronologinya
- pexel @umkreisel-app
Viva, Banyumas - Suami di NTB menjadi sorotan setelah diduga membunuh istri menggunakan parang. Peristiwa tragis ini terjadi di Dompu, sehari setelah syukuran kelahiran anak mereka. Kronologi menunjukkan situasi yang memprihatinkan di balik kejadian tersebut.
Bunuh istri dengan parang adalah tindakan yang mengejutkan warga setempat. Suami di NTB itu melakukan aksi tersebut di rumah mereka sendiri, menambah kesedihan keluarga yang baru merayakan kelahiran buah hati mereka.
Setelah syukuran, suasana berubah menjadi duka mendalam. Kronologi kejadian mengungkap bahwa suami di NTB menggunakan parang dalam peristiwa bunuh istri ini. Aksi ini terjadi setelah syukuran, yang seharusnya menjadi momen bahagia keluarga.
Kini polisi terus mendalami motif dan latar belakang tragedi di Dompu tersebut. Kejadian nahas ini berlangsung pada Sabtu pagi, 7 Juni 2025, di rumah mereka yang berlokasi di Dusun Nangasia, Desa Marada, Kecamatan Hu'u, Dompu.
Parahnya, jasad Sri ditemukan tergeletak di samping bayi mereka yang baru berusia 10 hari. Anak korban yang masih kecil lalu melaporkan kejadian tersebut kepada neneknya, yang kemudian meneruskan laporan ke pihak berwajib.
Dikutip dari akun Instagram @feedgramindo, Polisi setempat, melalui Kasi Humas Polres Dompu AKP Zuharis, mengungkapkan bahwa pelaku sempat melarikan diri setelah melakukan aksi keji tersebut.
Namun, dalam waktu beberapa jam, YA berhasil diringkus di rumah orang tuanya. Petugas juga mengamankan barang bukti berupa sebilah parang sepanjang 60 cm yang diduga digunakan untuk membunuh Sri.
Meski sempat mendapat penolakan dari keluarga pelaku, polisi tetap melanjutkan penyidikan guna mengungkap latar belakang kasus ini secara mendalam.
Saat ini, penyidik tengah mendalami kondisi psikologis YA serta motif di balik tindakan brutal tersebut.
Menurut keterangan dari AKP Zuharis, motif pembunuhan diduga kuat karena pelaku merasa malu dan tertekan akibat menjadi bahan pergunjingan di media sosial.
Hal ini dipicu oleh banyaknya utang yang dimiliki korban serta rumor yang mempermalukan nama baik keluarga.
Tekanan sosial yang dirasakan YA akhirnya berujung pada tindak kekerasan yang tragis itu. Kasus ini menjadi peringatan penting tentang dampak tekanan sosial dan ekonomi terhadap kesehatan mental seseorang.
Penanganan psikologis dan dukungan keluarga menjadi kunci utama untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan