Berangkat untuk Menikah, Pemuda Ini Tewas Akibat Jalan Rusak di Karawang, Gaun Pengantin Masih Tergantung
- pexel @chudesabyvaut
Viva, Banyumas - Seorang pemuda asal Subang, Muhamad Rifa’i (26), berangkat untuk menikah dengan penuh semangat pada Kamis pagi, 5 Juni 2025. Dari kos kecilnya di Karawang, ia memacu motornya menuju Desa Tanjungsari Barat, tempat keluarganya tinggal. Selain ingin merayakan Lebaran, tujuan utama Rifa’i adalah melangsungkan pernikahan dengan Isma, sang kekasih hati.
Di sepanjang perjalanan, ia membayangkan prosesi akad dan memantapkan diri agar tidak gugup saat ijab kabul berlangsung. Namun nahas, perjalanan penuh harap itu berubah menjadi tragedi. Di ruas jalan rusak kawasan Pantura Jatisari, Karawang, motor yang dikendarainya menghantam lubang besar, membuat sang pemuda tewas di tempat.
Warga sekitar sontak panik dan kabar menyedihkan pun menyebar cepat hingga ke keluarga Rifa’i. Di rumahnya, gaun pengantin yang telah disiapkan untuk hari bahagia itu masih tergantung, menyisakan luka mendalam bagi calon istri dan keluarganya.
Dikutip dari informasi yang diunggah di akun Instagram @informasi_karawangm Rifa’i bukan satu-satunya korban di titik tersebut; dua pengendara lain juga mengalami kecelakaan akibat jalan rusak, meski hanya luka ringan.
Kepergian pemuda itu menyisakan pertanyaan besar tentang tanggung jawab pemerintah atas keselamatan warganya.
Ia berangkat untuk menikah, namun pulang dalam peti jenazah. Sementara itu, di sebuah sudut rumah, gaun pengantin tergantung sunyi tanpa pernah digunakan, menjadi simbol kehilangan yang memilukan di Karawang.
Mengendarai motor Vario putihnya, Rifa’i memacu kendaraan menyusuri jalur Pantura. Ia tampak membawa harapan dan doa, bahkan sempat melafalkan ijab kabul dalam hati agar tak gugup saat prosesi akad nikah nanti.
Ia ingin terlihat mantap di hadapan orang tua dan calon mertuanya pada hari yang seharusnya menjadi salah satu momen paling membahagiakan dalam hidupnya: tanggal 15 Juni 2025. Namun takdir berkata lain.
Di Jalan Raya Pantura Jatisari, tepat di depan Kantor Desa Balonggandu, Karawang, Rifa’i menghantam sebuah lubang besar di tengah jalan.
Kecelakaan itu langsung merenggut nyawanya. Warga sekitar yang melihat kejadian itu berteriak histeris.
Tak lama kabar duka pun sampai ke keluarga Rifa’i di Tanjungsari Barat. Orang tuanya pun terpukul mendengar anak mereka pulang bukan untuk menikah, tapi dalam keadaan tak bernyawa. Isma, sang calon istri, hanya bisa terdiam sambil memandangi gaun pengantinnya yang masih tergantung.
Hanya tinggal sembilan hari menuju hari pernikahan mereka, namun kekasihnya telah lebih dulu pergi selamanya.
Air mata pun tak sanggup menahan kesedihan yang begitu dalam. Ironisnya, di hari yang sama, dua pengendara lain juga mengalami kecelakaan di titik yang sama akibat lubang jalan tersebut.
Meski hanya mengalami luka ringan, kejadian ini menunjukkan betapa fatalnya dampak dari infrastruktur jalan yang tidak layak.
Kisah pilu Rifa’i menjadi pengingat bahwa kelalaian dalam memperbaiki jalan rusak bisa merenggut mimpi dan nyawa. Semoga tidak ada lagi korban serupa, dan pemerintah segera mengambil tindakan nyata demi keselamatan pengguna jalan