Pakar ITS Ungkap Penyebab Awal Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk: Bukan Parsial, Semua Elemen Runtuh

Puing bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Sumber :
  • Tiktok @kompi4batalyonapelopor

ITS menilai runtuhnya Ponpes Al Khoziny akibat kegagalan total struktur, bukan parsial. Evakuasi korban terus dilakukan Basarnas dengan dukungan BNPB

Tidak Ada Lagi Tanda Kehidupan, Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Dilanjutkan dengan Alat Berat

Viva, Banyumas - Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, memunculkan banyak pertanyaan terkait kelayakan struktur bangunan lima lantai tersebut. Pakar konstruksi dari Teknik Sipil Institut Teknologi Sebelas Maret (ITS), Mudji Irawan, menegaskan bahwa pola keruntuhan bangunan menunjukkan adanya kegagalan konstruksi yang bersifat menyeluruh.

Menurut Mudji, ambruknya bangunan ini bukanlah kerusakan parsial yang hanya menimpa sebagian struktur, melainkan melibatkan semua elemen bangunan. Hal tersebut membuat tim Basarnas mengalami kesulitan dalam proses evakuasi korban karena reruntuhan menutup akses ke berbagai titik pencarian.

Asrama Ponpes Zaid Bin Tsabit Terbakar di Temanggung, Konsleting Listrik Diduga Jadi Pemicu

“Kerusakan ini bukan parsial, tetapi menyeluruh. Semua elemen strukturnya gagal berfungsi. Untuk detail penyebabnya masih memerlukan penelitian lebih lanjut,” jelas Mudji, Jumat (3/10/2025) dikutip dari Viva.

Bangunan Ponpes Al Khoziny diketahui memiliki lima lantai dengan arsitektur yang menuai sorotan. Dalam rekaman video yang beredar di media sosial, bagian bawah bangunan tampak menggunakan konstruksi lama dua lantai yang kemudian ditambah penopang baru.

Profil Ponpes Al Khoziny: Seabad Mengabdi, Musala Tiga Lantai Ambruk

Sementara bagian atas bangunan justru melebar, menimbulkan pertanyaan publik mengenai aspek keselamatan dan kelayakan teknis. Hingga Jumat petang, Basarnas melaporkan total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 116 orang, dengan 13 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan proses pencarian korban dilakukan secara hati-hati dengan kombinasi metode manual dan penggunaan peralatan modern, seperti search cam flexible Olympus, Xaver 400 wall scanner, hingga multi search leader.

“Setiap kali ada korban yang terlihat, penggunaan alat berat dihentikan sementara. Kami harus membuka akses menuju korban tanpa memperparah kondisi reruntuhan,” terang Nanang.

Pakar konstruksi menilai, kasus runtuhnya ponpes ini bisa menjadi pelajaran penting mengenai standar keselamatan bangunan di Indonesia. Menurut Mudji, evaluasi menyeluruh perlu dilakukan, mulai dari tahap perencanaan desain, kualitas material, hingga proses pengawasan konstruksi.

Selain itu, tragedi ini menegaskan pentingnya audit struktural pada bangunan bertingkat, khususnya yang menampung aktivitas publik seperti pondok pesantren, sekolah, dan rumah sakit. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menurunkan dukungan logistik dan peralatan berat untuk mempercepat proses pencarian.

Targetnya, evakuasi korban dapat diselesaikan dalam waktu dekat, meski Basarnas memastikan operasi akan terus berjalan hingga semua korban ditemukan. Tragedi Ponpes Al Khoziny menjadi peringatan bahwa keamanan konstruksi bukan sekadar aspek teknis, melainkan menyangkut keselamatan nyawa manusia