Tunku Ismail Tuduh Indonesia Vietnam, FAM Justru Akui Kesalahan Sendiri
- instagram @hrhcrownprinceofjohor
FAM mengakui kesalahan teknis dalam dokumen naturalisasi ilegal. Berbeda dengan tuduhan Tunku Ismail terhadap Indonesia dan Vietnam, FIFA masih menunggu putusan final
Viva, Banyumas - Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) akhirnya mengakui adanya kesalahan teknis dalam kasus naturalisasi ilegal yang membuat mereka disanksi FIFA. Pengakuan ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal FAM, Datuk Noor Azman Rahman, yang menyebut staf administrasi federasi melakukan kekeliruan dalam penyerahan dokumen.
Pernyataan ini sekaligus mematahkan spekulasi liar yang sempat digaungkan oleh Tunku Ismail Idris, pemilik klub Johor Darul Takzim (JDT). Putra Sultan Johor itu menuding pihak luar, termasuk Indonesia dan Vietnam, berada di balik sanksi FIFA terhadap Malaysia.
Namun, pengakuan FAM justru menunjukkan akar masalah ada pada kelalaian internal.
“FAM menanggapi masalah ini dengan serius. Kami telah mengidentifikasi kesalahan teknis dalam proses dokumen. Namun, perlu digarisbawahi, para pemain keturunan tersebut sah sebagai warga negara Malaysia,” tegas Noor Azman dalam keterangan resminya dilansir dari FAM. FIFA diketahui sedang meninjau kasus ini sebelum mengeluarkan putusan final.
Sementara itu, FAM berencana mengajukan banding apabila hasil sidang FIFA dinilai merugikan. Risiko terberat yang membayangi adalah sanksi pembekuan seluruh aktivitas sepak bola Malaysia, sebagaimana pernah dialami Timor Leste dalam kasus serupa.
Kontroversi ini semakin panas lantaran tiga dari tujuh pemain yang terlibat kasus naturalisasi ilegal adalah pilar JDT, klub yang dimiliki Tunku Ismail. Nama-nama seperti Jon Irazabal, Hector Hevel, dan Joao Figueiredo kini terseret langsung dalam pusaran masalah.
Tuduhan Tunku Ismail terhadap negara tetangga pun dinilai kontradiktif. Sebab, bukti yang ada menunjukkan masalah bersumber dari kesalahan administrasi internal FAM, bukan sabotase eksternal.
Hal ini membuat citra sepak bola Malaysia kian tercoreng di mata publik internasional. Meski demikian, FAM tetap memiliki dua jalur hukum untuk membela diri. Pertama, dengan banding ke Komite Banding FIFA. Jika masih belum puas, mereka dapat membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Namun, bila kedua langkah gagal, ancaman larangan tampil di kompetisi internasional semakin nyata. Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi federasi sepak bola di Asia Tenggara tentang pentingnya transparansi dan kehati-hatian dalam proses naturalisasi pemain.
Selain merusak reputasi, kesalahan administrasi juga bisa menghancurkan mimpi besar sepak bola nasional
FAM mengakui kesalahan teknis dalam dokumen naturalisasi ilegal. Berbeda dengan tuduhan Tunku Ismail terhadap Indonesia dan Vietnam, FIFA masih menunggu putusan final
Viva, Banyumas - Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) akhirnya mengakui adanya kesalahan teknis dalam kasus naturalisasi ilegal yang membuat mereka disanksi FIFA. Pengakuan ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal FAM, Datuk Noor Azman Rahman, yang menyebut staf administrasi federasi melakukan kekeliruan dalam penyerahan dokumen.
Pernyataan ini sekaligus mematahkan spekulasi liar yang sempat digaungkan oleh Tunku Ismail Idris, pemilik klub Johor Darul Takzim (JDT). Putra Sultan Johor itu menuding pihak luar, termasuk Indonesia dan Vietnam, berada di balik sanksi FIFA terhadap Malaysia.
Namun, pengakuan FAM justru menunjukkan akar masalah ada pada kelalaian internal.
“FAM menanggapi masalah ini dengan serius. Kami telah mengidentifikasi kesalahan teknis dalam proses dokumen. Namun, perlu digarisbawahi, para pemain keturunan tersebut sah sebagai warga negara Malaysia,” tegas Noor Azman dalam keterangan resminya dilansir dari FAM. FIFA diketahui sedang meninjau kasus ini sebelum mengeluarkan putusan final.
Sementara itu, FAM berencana mengajukan banding apabila hasil sidang FIFA dinilai merugikan. Risiko terberat yang membayangi adalah sanksi pembekuan seluruh aktivitas sepak bola Malaysia, sebagaimana pernah dialami Timor Leste dalam kasus serupa.
Kontroversi ini semakin panas lantaran tiga dari tujuh pemain yang terlibat kasus naturalisasi ilegal adalah pilar JDT, klub yang dimiliki Tunku Ismail. Nama-nama seperti Jon Irazabal, Hector Hevel, dan Joao Figueiredo kini terseret langsung dalam pusaran masalah.
Tuduhan Tunku Ismail terhadap negara tetangga pun dinilai kontradiktif. Sebab, bukti yang ada menunjukkan masalah bersumber dari kesalahan administrasi internal FAM, bukan sabotase eksternal.
Hal ini membuat citra sepak bola Malaysia kian tercoreng di mata publik internasional. Meski demikian, FAM tetap memiliki dua jalur hukum untuk membela diri. Pertama, dengan banding ke Komite Banding FIFA. Jika masih belum puas, mereka dapat membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Namun, bila kedua langkah gagal, ancaman larangan tampil di kompetisi internasional semakin nyata. Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi federasi sepak bola di Asia Tenggara tentang pentingnya transparansi dan kehati-hatian dalam proses naturalisasi pemain.
Selain merusak reputasi, kesalahan administrasi juga bisa menghancurkan mimpi besar sepak bola nasional