Muktamar X PPP Memanas! Ini Pihak yang Disebut Mardiono Picu Kericuhan
- instagram @muhamad.mardiono
Muktamar X PPP sempat ricuh. Mardiono menuding ada pihak yang memaksakan kepentingan. Meski begitu, ia kembali terpilih sebagai Ketua Umum periode 2025–2030 secara aklamasi
Viva, Banyumas - Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar di Kawasan Ancol, Jakarta, Sabtu, 27 September 2025, berlangsung penuh dinamika. Ketua Umum PPP periode 2025–2030, Muhamad Mardiono, mengungkap adanya pihak-pihak tertentu yang mencoba memaksakan kehendak selama jalannya forum penting tersebut.
Menurut Mardiono, indikasi adanya kepentingan tersembunyi sudah terlihat sejak awal pembukaan Muktamar. Ia menilai pihak-pihak luar tersebut berupaya menyelipkan agenda pribadi yang justru menimbulkan kegaduhan.
“Kita sudah tahu bahwa sejak awal ada gelagat pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendak dalam proses muktamar ini demi kepentingan tertentu,” ungkapnya yang dikutip dari Viva. Meski demikian, Mardiono enggan menyebutkan siapa saja yang dimaksud.
Ia hanya menegaskan bahwa kericuhan yang sempat terjadi tidak berasal dari internal pengurus utama, melainkan ulah oknum yang mencoba mengacaukan proses demokratisasi di tubuh PPP. Sebagai partai yang berdiri sejak 1973, PPP dinilai memiliki fondasi kuat melalui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang tidak pernah berubah.
Hal inilah yang menurut Mardiono menjadi tameng utama dalam menghadapi intervensi maupun konflik.
“Langkah pimpinan sidang untuk mempercepat pemilihan ketua umum sudah tepat dan sesuai AD/ART,” tambahnya.
Muktamar X akhirnya memutuskan kepemimpinan Mardiono secara aklamasi. Keputusan ini disebut sebagai bukti bahwa mayoritas kader tetap solid dan sepakat untuk mengedepankan persatuan dibanding konflik.
Lebih lanjut, Mardiono mengingatkan bahwa konflik internal merupakan musuh terbesar bagi perjuangan partai. Ia menegaskan bahwa kegagalan partai politik bukan hanya disebabkan faktor eksternal, melainkan juga pertikaian yang muncul dari dalam.
“Mari kita sadari, penyebab kegagalan utama ada di tubuh kita sendiri,” tegasnya. Melalui Muktamar X, ia menyerukan agar seluruh kader mengakhiri perpecahan dan menghentikan warisan konflik.
Ajakan itu disampaikan sebagai upaya mengembalikan kejayaan PPP sebagai partai Islam yang berperan penting dalam perpolitikan nasional.
“Tanpa persatuan, mustahil PPP bangkit kembali. Mari kita songsong masa depan gemilang dengan satu langkah bersama,” pungkasnya.
Meski Muktamar X sempat diwarnai ketegangan, keputusan aklamasi untuk memilih Mardiono menjadi Ketua Umum PPP periode 2025–2030 menegaskan bahwa mayoritas kader masih menaruh harapan pada kepemimpinan yang solid.
Pertanyaannya kini, siapa sebenarnya pihak-pihak yang dimaksud Mardiono sebagai pemicu kericuhan? Publik masih menanti jawaban
Muktamar X PPP sempat ricuh. Mardiono menuding ada pihak yang memaksakan kepentingan. Meski begitu, ia kembali terpilih sebagai Ketua Umum periode 2025–2030 secara aklamasi
Viva, Banyumas - Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar di Kawasan Ancol, Jakarta, Sabtu, 27 September 2025, berlangsung penuh dinamika. Ketua Umum PPP periode 2025–2030, Muhamad Mardiono, mengungkap adanya pihak-pihak tertentu yang mencoba memaksakan kehendak selama jalannya forum penting tersebut.
Menurut Mardiono, indikasi adanya kepentingan tersembunyi sudah terlihat sejak awal pembukaan Muktamar. Ia menilai pihak-pihak luar tersebut berupaya menyelipkan agenda pribadi yang justru menimbulkan kegaduhan.
“Kita sudah tahu bahwa sejak awal ada gelagat pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendak dalam proses muktamar ini demi kepentingan tertentu,” ungkapnya yang dikutip dari Viva. Meski demikian, Mardiono enggan menyebutkan siapa saja yang dimaksud.
Ia hanya menegaskan bahwa kericuhan yang sempat terjadi tidak berasal dari internal pengurus utama, melainkan ulah oknum yang mencoba mengacaukan proses demokratisasi di tubuh PPP. Sebagai partai yang berdiri sejak 1973, PPP dinilai memiliki fondasi kuat melalui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang tidak pernah berubah.
Hal inilah yang menurut Mardiono menjadi tameng utama dalam menghadapi intervensi maupun konflik.
“Langkah pimpinan sidang untuk mempercepat pemilihan ketua umum sudah tepat dan sesuai AD/ART,” tambahnya.
Muktamar X akhirnya memutuskan kepemimpinan Mardiono secara aklamasi. Keputusan ini disebut sebagai bukti bahwa mayoritas kader tetap solid dan sepakat untuk mengedepankan persatuan dibanding konflik.
Lebih lanjut, Mardiono mengingatkan bahwa konflik internal merupakan musuh terbesar bagi perjuangan partai. Ia menegaskan bahwa kegagalan partai politik bukan hanya disebabkan faktor eksternal, melainkan juga pertikaian yang muncul dari dalam.
“Mari kita sadari, penyebab kegagalan utama ada di tubuh kita sendiri,” tegasnya. Melalui Muktamar X, ia menyerukan agar seluruh kader mengakhiri perpecahan dan menghentikan warisan konflik.
Ajakan itu disampaikan sebagai upaya mengembalikan kejayaan PPP sebagai partai Islam yang berperan penting dalam perpolitikan nasional.
“Tanpa persatuan, mustahil PPP bangkit kembali. Mari kita songsong masa depan gemilang dengan satu langkah bersama,” pungkasnya.
Meski Muktamar X sempat diwarnai ketegangan, keputusan aklamasi untuk memilih Mardiono menjadi Ketua Umum PPP periode 2025–2030 menegaskan bahwa mayoritas kader masih menaruh harapan pada kepemimpinan yang solid.
Pertanyaannya kini, siapa sebenarnya pihak-pihak yang dimaksud Mardiono sebagai pemicu kericuhan? Publik masih menanti jawaban