Bocoran Panggilan Telepon: Trump Dukung Rusia Ambil Wilayah Ukraina

Trump diskusi soal Donbas dengan pemimpin Eropa
Sumber :
  • instagram @whitehouse

Viva, Banyumas - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan internasional setelah muncul kabar bocoran terkait pembicaraannya dengan para pemimpin Eropa soal konflik Rusia-Ukraina. Trump dilaporkan mendukung usulan yang memungkinkan Rusia mengambil alih wilayah Ukraina yang tidak diduduki, khususnya Donbas, sebagai bagian dari perjanjian damai.

Sumber New York Times menyebutkan, Trump meyakinkan para pemimpin Eropa bahwa penyelesaian konflik dapat dicapai jika Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, setuju menyerahkan wilayah Donbas.

Donbas sendiri merupakan wilayah yang hingga kini masih sebagian dikuasai Ukraina, meskipun Rusia telah berperang selama lebih dari tiga tahun di kawasan tersebut. Menurut laporan The Guardian, Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras agar Ukraina menarik diri dari Donbas—yang mencakup wilayah Donetsk dan Luhansk—sebagai syarat mengakhiri perang.

Sebagai gantinya, Putin menawarkan pembekuan operasi militer di garis depan lain seperti Kherson dan Zaporizhzhia.

Saat ini, Rusia hampir menguasai seluruh Luhansk, sementara Ukraina masih memegang wilayah strategis di Donetsk, termasuk Kramatorsk dan Sloviansk. Trump disebut mendukung penyerahan Donbas yang kaya mineral kepada Rusia, dengan menekankan bahwa kesepakatan damai lebih penting daripada gencatan senjata sementara, yang menurutnya sering tidak bertahan lama.

Para pemimpin Eropa menyatakan kesiapan bekerja sama dengan Trump dan Zelenskyy dalam pertemuan trilateral, namun menekankan bahwa keputusan terkait wilayah Ukraina sepenuhnya berada di tangan Kiev.

“Batas-batas internasional tidak boleh diubah dengan paksa,” tegas mereka.

Menanggapi tekanan ini, Zelenskyy menyatakan posisi tegasnya. Ia menegaskan bahwa perdamaian sejati harus dicapai, bukan sekadar jeda antara invasi Rusia. Dalam unggahan media sosial, Zelenskyy menekankan bahwa mendorong kesepakatan damai tanpa gencatan senjata justru memperumit situasi.

Pernyataan ini menegaskan bahwa Ukraina tetap berkomitmen mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Situasi ini menimbulkan perhatian global, mengingat keputusan terkait Donbas memiliki dampak besar bagi geopolitik Eropa Timur dan stabilitas keamanan internasional.

Para analis internasional menilai langkah Trump bisa menjadi tekanan tambahan bagi Ukraina, namun keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah Kiev.

Konflik di Donbas kini bukan sekadar pertempuran militer, tetapi juga simbol negosiasi diplomatik yang kompleks. Setiap langkah dan keputusan akan memengaruhi masa depan perdamaian di kawasan tersebut, serta hubungan diplomatik antara AS, Eropa, Rusia, dan Ukraina

Viva, Banyumas - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan internasional setelah muncul kabar bocoran terkait pembicaraannya dengan para pemimpin Eropa soal konflik Rusia-Ukraina. Trump dilaporkan mendukung usulan yang memungkinkan Rusia mengambil alih wilayah Ukraina yang tidak diduduki, khususnya Donbas, sebagai bagian dari perjanjian damai.

Sumber New York Times menyebutkan, Trump meyakinkan para pemimpin Eropa bahwa penyelesaian konflik dapat dicapai jika Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, setuju menyerahkan wilayah Donbas.

Donbas sendiri merupakan wilayah yang hingga kini masih sebagian dikuasai Ukraina, meskipun Rusia telah berperang selama lebih dari tiga tahun di kawasan tersebut. Menurut laporan The Guardian, Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras agar Ukraina menarik diri dari Donbas—yang mencakup wilayah Donetsk dan Luhansk—sebagai syarat mengakhiri perang.

Sebagai gantinya, Putin menawarkan pembekuan operasi militer di garis depan lain seperti Kherson dan Zaporizhzhia.

Saat ini, Rusia hampir menguasai seluruh Luhansk, sementara Ukraina masih memegang wilayah strategis di Donetsk, termasuk Kramatorsk dan Sloviansk. Trump disebut mendukung penyerahan Donbas yang kaya mineral kepada Rusia, dengan menekankan bahwa kesepakatan damai lebih penting daripada gencatan senjata sementara, yang menurutnya sering tidak bertahan lama.

Para pemimpin Eropa menyatakan kesiapan bekerja sama dengan Trump dan Zelenskyy dalam pertemuan trilateral, namun menekankan bahwa keputusan terkait wilayah Ukraina sepenuhnya berada di tangan Kiev.

“Batas-batas internasional tidak boleh diubah dengan paksa,” tegas mereka.

Menanggapi tekanan ini, Zelenskyy menyatakan posisi tegasnya. Ia menegaskan bahwa perdamaian sejati harus dicapai, bukan sekadar jeda antara invasi Rusia. Dalam unggahan media sosial, Zelenskyy menekankan bahwa mendorong kesepakatan damai tanpa gencatan senjata justru memperumit situasi.

Pernyataan ini menegaskan bahwa Ukraina tetap berkomitmen mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Situasi ini menimbulkan perhatian global, mengingat keputusan terkait Donbas memiliki dampak besar bagi geopolitik Eropa Timur dan stabilitas keamanan internasional.

Para analis internasional menilai langkah Trump bisa menjadi tekanan tambahan bagi Ukraina, namun keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah Kiev.

Konflik di Donbas kini bukan sekadar pertempuran militer, tetapi juga simbol negosiasi diplomatik yang kompleks. Setiap langkah dan keputusan akan memengaruhi masa depan perdamaian di kawasan tersebut, serta hubungan diplomatik antara AS, Eropa, Rusia, dan Ukraina