Waspada! Kemarau Melanda Cilacap, Desa Bojong Kirim Sinyal Darurat

Ilustrasi Warga Cilacap mulai kesulitan air saat musim kemarau tiba
Sumber :
  • pexel @jamesfrid

Viva, Banyumas - Memasuki musim kemarau tahun 2025, sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai merasakan dampaknya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap mengonfirmasi bahwa beberapa desa sudah menunjukkan tanda-tanda krisis air bersih. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Budi Setyawan, menyebutkan bahwa pihaknya telah menerima permintaan resmi dari Pemerintah Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten.

Permintaan tersebut terkait penyaluran bantuan air bersih karena sumber air warga mulai mengering.

"Surat permohonan sudah kami terima pekan lalu. Desa Bojong menjadi yang pertama mengirimkan sinyal darurat musim kemarau," ujar Budi di Cilacap yang dilansir dari Antara.

Selain Desa Bojong, wilayah lain seperti Desa Karangkemiri di Kecamatan Jeruklegi juga mulai terdampak.

Namun, desa tersebut belum mengajukan permintaan bantuan secara resmi. Pihak BPBD akan melakukan survei lapangan untuk memastikan kondisi terkini dan menentukan titik distribusi bantuan air bersih yang tepat.

Menariknya, meskipun musim kemarau telah resmi dimulai, hujan ringan hingga sedang masih turun di beberapa wilayah Cilacap. Hal ini membuat rencana distribusi air bersih masih menunggu perkembangan cuaca lebih lanjut.

Budi menjelaskan Beberapa hari terakhir hujan masih terjadi di kawasan pesisir seperti Kroya, Cilacap Kota, Jeruklegi, Maos, Kampung Laut, dan Sidareja. Kondisi tersebut turut diamini oleh BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap.

Kepala Kelompok Teknisi, Teguh Wardoyo, mengatakan berdasarkan pengamatan hingga 28 Juli 2025, seluruh wilayah Cilacap secara klimatologis memang telah memasuki musim kemarau. Teguh mengungkapkan Curah hujan bulan Juli berkisar antara 4–107 mm.

Terendah di Gandrungmangu dan tertinggi di Jeruklegi.. Fenomena ini dipicu oleh gangguan cuaca Rossby Ekuator yang saat ini aktif di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, serta suhu permukaan laut yang masih hangat di sekitar perairan Jawa Tengah.

Meski hujan masih turun di sebagian wilayah, potensi kekeringan tetap perlu diwaspadai. BMKG memprediksi bahwa pada Agustus mendatang, curah hujan di Cilacap berada pada kisaran 50–100 mm dengan sifat hujan cenderung di atas normal.

BPBD Cilacap mengimbau masyarakat untuk hemat air, tidak membakar sampah sembarangan, serta segera melapor jika kebutuhan air bersih mendesak. Kerja sama antara pemerintah desa dan warga menjadi kunci utama untuk menghadapi potensi krisis air selama musim kemarau berlangsung

Viva, Banyumas - Memasuki musim kemarau tahun 2025, sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai merasakan dampaknya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap mengonfirmasi bahwa beberapa desa sudah menunjukkan tanda-tanda krisis air bersih. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Budi Setyawan, menyebutkan bahwa pihaknya telah menerima permintaan resmi dari Pemerintah Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten.

Permintaan tersebut terkait penyaluran bantuan air bersih karena sumber air warga mulai mengering.

"Surat permohonan sudah kami terima pekan lalu. Desa Bojong menjadi yang pertama mengirimkan sinyal darurat musim kemarau," ujar Budi di Cilacap yang dilansir dari Antara.

Selain Desa Bojong, wilayah lain seperti Desa Karangkemiri di Kecamatan Jeruklegi juga mulai terdampak.

Namun, desa tersebut belum mengajukan permintaan bantuan secara resmi. Pihak BPBD akan melakukan survei lapangan untuk memastikan kondisi terkini dan menentukan titik distribusi bantuan air bersih yang tepat.

Menariknya, meskipun musim kemarau telah resmi dimulai, hujan ringan hingga sedang masih turun di beberapa wilayah Cilacap. Hal ini membuat rencana distribusi air bersih masih menunggu perkembangan cuaca lebih lanjut.

Budi menjelaskan Beberapa hari terakhir hujan masih terjadi di kawasan pesisir seperti Kroya, Cilacap Kota, Jeruklegi, Maos, Kampung Laut, dan Sidareja. Kondisi tersebut turut diamini oleh BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap.

Kepala Kelompok Teknisi, Teguh Wardoyo, mengatakan berdasarkan pengamatan hingga 28 Juli 2025, seluruh wilayah Cilacap secara klimatologis memang telah memasuki musim kemarau. Teguh mengungkapkan Curah hujan bulan Juli berkisar antara 4–107 mm.

Terendah di Gandrungmangu dan tertinggi di Jeruklegi.. Fenomena ini dipicu oleh gangguan cuaca Rossby Ekuator yang saat ini aktif di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, serta suhu permukaan laut yang masih hangat di sekitar perairan Jawa Tengah.

Meski hujan masih turun di sebagian wilayah, potensi kekeringan tetap perlu diwaspadai. BMKG memprediksi bahwa pada Agustus mendatang, curah hujan di Cilacap berada pada kisaran 50–100 mm dengan sifat hujan cenderung di atas normal.

BPBD Cilacap mengimbau masyarakat untuk hemat air, tidak membakar sampah sembarangan, serta segera melapor jika kebutuhan air bersih mendesak. Kerja sama antara pemerintah desa dan warga menjadi kunci utama untuk menghadapi potensi krisis air selama musim kemarau berlangsung