Terlambat Diberi Antivenom, Rafa Koma Setelah Digigit Ular Weling di Pekalongan

Ilustrasi Rafa dirawat intensif usai digigit ular weling berbisa
Sumber :
  • pexel @Donald Tong

Viva, Banyumas - Nasib tragis menimpa Rafa (12 tahun), bocah asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang mengalami koma selama sepekan setelah digigit ular berbisa jenis weling. Peristiwa ini terjadi pada Senin (16/6), ketika Rafa tengah bermain di lingkungan rumahnya.

Sayangnya, dugaan salah diagnosa oleh tenaga medis membuat kondisi bocah malang ini memburuk secara cepat. Awalnya, Rafa dilarikan ke RSUD Kajen setelah gigitan terjadi.

Namun, diagnosa awal dari rumah sakit tersebut diduga tidak mengenali gejala racun neurotoksin dari ular weling yang sangat berbahaya. Tanpa penanganan antivenom yang tepat, kondisi Rafa terus menurun hingga akhirnya koma. Menyadari situasi semakin kritis, keluarga memindahkan Rafa ke Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan.

Di sana, tim medis segera berkonsultasi dengan Dr. dr. Tri Maharani, M.Si., Sp.EM, satu-satunya dokter spesialis toksikologi ular berbisa di Indonesia. Dr. Tri Maharani langsung merekomendasikan penggunaan antivenom jenis neuro polyvalent, yang memang secara spesifik menangani kasus gigitan ular dengan racun neurotoksin seperti ular weling.

Menurut dr. Maria Ulfa, Manajer Pelayanan RSI Pekajangan, pihaknya segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan DKI Jakarta untuk pengadaan antivenom tersebut.

Setelah satu minggu dalam kondisi koma, Rafa akhirnya mendapat suntikan antivenom yang tepat. Kini, Rafa masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU dengan pengawasan ketat dari tim medis yang terdiri dari dokter spesialis anak, bedah umum, anestesi, dan saraf.

Dikutip dari akun Instagram @beritapekalongan1, Maria dalam keterangan resmi mengatakan Pasien masih dalam pengawasan intensif 24 jam. Pihaknya berharap pemulihannya berjalan optimal dan tanpa komplikasi lanjutan. Kasus ini menjadi sorotan publik karena menunjukkan minimnya pengetahuan dan ketersediaan antivenom di fasilitas kesehatan daerah.

Banyak warganet menilai kasus Rafa harus menjadi pelajaran penting bagi dunia medis untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kasus gigitan ular berbisa.

Hingga kini, kondisi Rafa terus dipantau dan diharapkan dapat segera pulih dari koma serta kembali menjalani aktivitas normal seperti sebelumnya

Viva, Banyumas - Nasib tragis menimpa Rafa (12 tahun), bocah asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang mengalami koma selama sepekan setelah digigit ular berbisa jenis weling. Peristiwa ini terjadi pada Senin (16/6), ketika Rafa tengah bermain di lingkungan rumahnya.

Sayangnya, dugaan salah diagnosa oleh tenaga medis membuat kondisi bocah malang ini memburuk secara cepat. Awalnya, Rafa dilarikan ke RSUD Kajen setelah gigitan terjadi.

Namun, diagnosa awal dari rumah sakit tersebut diduga tidak mengenali gejala racun neurotoksin dari ular weling yang sangat berbahaya. Tanpa penanganan antivenom yang tepat, kondisi Rafa terus menurun hingga akhirnya koma. Menyadari situasi semakin kritis, keluarga memindahkan Rafa ke Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan.

Di sana, tim medis segera berkonsultasi dengan Dr. dr. Tri Maharani, M.Si., Sp.EM, satu-satunya dokter spesialis toksikologi ular berbisa di Indonesia. Dr. Tri Maharani langsung merekomendasikan penggunaan antivenom jenis neuro polyvalent, yang memang secara spesifik menangani kasus gigitan ular dengan racun neurotoksin seperti ular weling.

Menurut dr. Maria Ulfa, Manajer Pelayanan RSI Pekajangan, pihaknya segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan DKI Jakarta untuk pengadaan antivenom tersebut.

Setelah satu minggu dalam kondisi koma, Rafa akhirnya mendapat suntikan antivenom yang tepat. Kini, Rafa masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU dengan pengawasan ketat dari tim medis yang terdiri dari dokter spesialis anak, bedah umum, anestesi, dan saraf.

Dikutip dari akun Instagram @beritapekalongan1, Maria dalam keterangan resmi mengatakan Pasien masih dalam pengawasan intensif 24 jam. Pihaknya berharap pemulihannya berjalan optimal dan tanpa komplikasi lanjutan. Kasus ini menjadi sorotan publik karena menunjukkan minimnya pengetahuan dan ketersediaan antivenom di fasilitas kesehatan daerah.

Banyak warganet menilai kasus Rafa harus menjadi pelajaran penting bagi dunia medis untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kasus gigitan ular berbisa.

Hingga kini, kondisi Rafa terus dipantau dan diharapkan dapat segera pulih dari koma serta kembali menjalani aktivitas normal seperti sebelumnya