Dugaan Iran Tutup Selat Hormuz, Hingga Harga Minyak Melonjak Berdampak Bagi Indonesia

Iran Tutup Selat Hormuz
Sumber :
  • Tangkapan layar/TikTok @rigin_shorts

VIVA, Banyumas – Pada Minggu, 22 Juni 2025, Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran mencuat kabar jika telah mempertimbangkan penutupan Selat Hormuz usai Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir di wilayah Iran.

Dilansir dari Reuters, kabar tersebut muncul usai parlemen Iran menyatakan dukungan penuh terhadap rencana penutupan jalur strategis tersebut.

Adapun Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. 

Kawasan perairan ini merupakan jalur penting bagi sekitar 20 persen pasokan minyak dan gas dunia.

Iran sendiri sebelumnya telah memperingatkan akan menutup Selat Hormuz, sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan dari negara-negara Barat setelah Amerika Serikat (AS) menyerang instalasi nuklir negara tersebut.

Sedangkan Iran sendiri diklaim sebagai negara produsen minyak mentah terbesar ketiga di antara negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), atau Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak.

Harga Minyak Melonjak Usai AS serang Iran

Saat ini, harga minyak dunia menyentuh level tertinggi sejak Januari 2025 menyusul eskalasi konflik di Timur Tengah setelah Amerika Serikat menyerang fasilitas nuklir Iran.

Berdasarkan informasi, minyak mentah Brent naik 2,49% menjadi USD78,93 per barel atau sekitar Rp1.278.666 per barel.

Sementara West Texas Intermediate (WTI) melonjak 2,56% ke level USD75,73 per barel atau sekitar Rp 1.243.800 per barel.

Pada awal sesi perdagangan, kedua kontrak bahkan sempat naik lebih dari 3% dengan menyentuh level masing-masing USD81,40 dan USD78,40, yang mana merupakan angka tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Kenaikan tajam ini terjadi menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengonfirmasi bahwa pasukan AS telah menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran beberapa waktu lalu.

Langkah militer ini sekaligus menjadi babak baru dalam ketegangan geopolitik kawasan Timur Tengah. 

Bahkan, pemerintah Iran juga menyatakan kesiapannya untuk serangan balasan atas kejadian tersebut.

Rangkaian serangan ini pun membuat harga minyak dunia menjadi melonjak. 

Selain itu, ternyata punya dampak bagi Indonesia jika minyak dunia alami kenaikan harga.

Saat ini pemerintah RI tengah menggelontorkan anggaran sebesar 26,7 triliun untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Jika Harga minyak dunia terus meroket, maka sudah pasti akan menambah beban berat bagi APBN.

Analis geopolitik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Dina Sulaeman menyebut jika Iran menutup Selat Hormuz tentu saja akan berdampak pada kenaikan harga barang di Indonesia.

"Dampaknya pasti besar dari sisi ekonomi. Dan semua akan kena termasuk kita Indonesia, karena ketika harga minyak naik, harga gas naik, ya pastilah merembet ke mana-mana," ujarnya

VIVA, Banyumas – Pada Minggu, 22 Juni 2025, Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran mencuat kabar jika telah mempertimbangkan penutupan Selat Hormuz usai Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir di wilayah Iran.

Dilansir dari Reuters, kabar tersebut muncul usai parlemen Iran menyatakan dukungan penuh terhadap rencana penutupan jalur strategis tersebut.

Adapun Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. 

Kawasan perairan ini merupakan jalur penting bagi sekitar 20 persen pasokan minyak dan gas dunia.

Iran sendiri sebelumnya telah memperingatkan akan menutup Selat Hormuz, sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan dari negara-negara Barat setelah Amerika Serikat (AS) menyerang instalasi nuklir negara tersebut.

Sedangkan Iran sendiri diklaim sebagai negara produsen minyak mentah terbesar ketiga di antara negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), atau Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak.

Harga Minyak Melonjak Usai AS serang Iran

Saat ini, harga minyak dunia menyentuh level tertinggi sejak Januari 2025 menyusul eskalasi konflik di Timur Tengah setelah Amerika Serikat menyerang fasilitas nuklir Iran.

Berdasarkan informasi, minyak mentah Brent naik 2,49% menjadi USD78,93 per barel atau sekitar Rp1.278.666 per barel.

Sementara West Texas Intermediate (WTI) melonjak 2,56% ke level USD75,73 per barel atau sekitar Rp 1.243.800 per barel.

Pada awal sesi perdagangan, kedua kontrak bahkan sempat naik lebih dari 3% dengan menyentuh level masing-masing USD81,40 dan USD78,40, yang mana merupakan angka tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Kenaikan tajam ini terjadi menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengonfirmasi bahwa pasukan AS telah menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran beberapa waktu lalu.

Langkah militer ini sekaligus menjadi babak baru dalam ketegangan geopolitik kawasan Timur Tengah. 

Bahkan, pemerintah Iran juga menyatakan kesiapannya untuk serangan balasan atas kejadian tersebut.

Rangkaian serangan ini pun membuat harga minyak dunia menjadi melonjak. 

Selain itu, ternyata punya dampak bagi Indonesia jika minyak dunia alami kenaikan harga.

Saat ini pemerintah RI tengah menggelontorkan anggaran sebesar 26,7 triliun untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Jika Harga minyak dunia terus meroket, maka sudah pasti akan menambah beban berat bagi APBN.

Analis geopolitik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Dina Sulaeman menyebut jika Iran menutup Selat Hormuz tentu saja akan berdampak pada kenaikan harga barang di Indonesia.

"Dampaknya pasti besar dari sisi ekonomi. Dan semua akan kena termasuk kita Indonesia, karena ketika harga minyak naik, harga gas naik, ya pastilah merembet ke mana-mana," ujarnya