Motif Cemburu dan Ekonomi: Satria Johanda alias Wanda Mutilasi 2 Mahasiswi Lalu Kubur di Sumur Rumahnya
- instagram @polres_padangpariaman
Viva, Banyumas - Kasus mutilasi yang mengguncang Padang Pariaman kembali menyita perhatian setelah Kepolisian Resor setempat menemukan fakta baru dari penyelidikan terhadap Satria Johanda alias Wanda.
Pelaku diketahui tidak hanya melakukan aksi mutilasi terhadap seorang wanita di kawasan Sungai Batang Anai, tetapi juga mengaku telah membunuh dua mahasiswi. Kedua korban tersebut kemudian dikubur di sumur rumahnya yang berada di daerah Sungai Buluh, Batang Anai.
Berdasarkan pengakuan Satria Johanda, motif pembunuhan terhadap dua mahasiswi itu didorong oleh motif cemburu dan tekanan ekonomi. Wanda merasa sakit hati karena menganggap korban berpaling kepada pria lain.
Dalam kondisi ekonomi yang terhimpit, pelaku tega menghabisi nyawa kedua korban secara keji, lalu mengubur jasad mereka di sumur rumahnya di Padang Pariaman untuk menghilangkan jejak.
Pihak kepolisian Padang Pariaman bersama tim gabungan telah mengevakuasi tulang belulang dua mahasiswi dari sumur tersebut.
Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa motif cemburu dan masalah ekonomi menjadi pemicu tindakan brutal yang dilakukan Wanda.
Kini, penyidik terus mendalami kemungkinan adanya korban lain dalam rangkaian kasus mutilasi dan pembunuhan yang dilakukan Satria Johanda, serta memeriksa secara menyeluruh latar belakang pelaku dan keterkaitannya dengan kejadian-kejadian sebelumnya.
Dua korban wanita yang merupakan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Sumatera Barat itu dikabarkan hilang lebih dari satu tahun lalu.
Dalam pemeriksaan awal, SJ menyebut bahwa dirinya merasa cemburu karena kedua korban dianggap menjalin hubungan dengan pria lain. Pelaku juga mengaku mengalami tekanan ekonomi saat melakukan pembunuhan, yang menjadi kombinasi kuat motif kejahatannya.
"Menurut pengakuan awal, motifnya karena faktor ekonomi dan rasa cemburu. Namun kami masih dalami lebih lanjut," ujar Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, saat konferensi pers di Parit Malintang, Kamis (19/6/2025).
Proses evakuasi dua korban dari sumur tua dilakukan oleh tim gabungan dari Polres Padang Pariaman dan BPBD. Sumur yang digunakan pelaku berada tepat di belakang rumahnya di Batang Anai.
Kondisi jasad kedua korban saat ditemukan hanya tinggal tulang belulang karena telah terkubur selama lebih dari satu tahun.
Sebelumnya, SJ ditangkap oleh aparat pada Kamis dini hari setelah tubuh wanita yang dimutilasi ditemukan di aliran Sungai Batang Anai.
Penangkapan SJ kemudian menguak fakta bahwa pelaku juga terlibat dalam pembunuhan berantai terhadap dua korban lain, yang kini telah berhasil diidentifikasi. Polisi terus mendalami apakah ada keterlibatan pihak lain dalam kasus ini.
Meski sejauh ini baru satu pelaku yang diamankan, penyelidikan lanjutan akan dilakukan untuk menggali kemungkinan adanya korban lain ataupun pelaku tambahan.
Kasus ini menjadi perhatian luas masyarakat Padang Pariaman, karena melibatkan pembunuhan berantai dengan motif personal dan cara eksekusi yang sangat keji. Polisi berjanji akan mengusut tuntas hingga ke akar kasus ini
Viva, Banyumas - Kasus mutilasi yang mengguncang Padang Pariaman kembali menyita perhatian setelah Kepolisian Resor setempat menemukan fakta baru dari penyelidikan terhadap Satria Johanda alias Wanda.
Pelaku diketahui tidak hanya melakukan aksi mutilasi terhadap seorang wanita di kawasan Sungai Batang Anai, tetapi juga mengaku telah membunuh dua mahasiswi. Kedua korban tersebut kemudian dikubur di sumur rumahnya yang berada di daerah Sungai Buluh, Batang Anai.
Berdasarkan pengakuan Satria Johanda, motif pembunuhan terhadap dua mahasiswi itu didorong oleh motif cemburu dan tekanan ekonomi. Wanda merasa sakit hati karena menganggap korban berpaling kepada pria lain.
Dalam kondisi ekonomi yang terhimpit, pelaku tega menghabisi nyawa kedua korban secara keji, lalu mengubur jasad mereka di sumur rumahnya di Padang Pariaman untuk menghilangkan jejak.
Pihak kepolisian Padang Pariaman bersama tim gabungan telah mengevakuasi tulang belulang dua mahasiswi dari sumur tersebut.
Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa motif cemburu dan masalah ekonomi menjadi pemicu tindakan brutal yang dilakukan Wanda.
Kini, penyidik terus mendalami kemungkinan adanya korban lain dalam rangkaian kasus mutilasi dan pembunuhan yang dilakukan Satria Johanda, serta memeriksa secara menyeluruh latar belakang pelaku dan keterkaitannya dengan kejadian-kejadian sebelumnya.
Dua korban wanita yang merupakan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Sumatera Barat itu dikabarkan hilang lebih dari satu tahun lalu.
Dalam pemeriksaan awal, SJ menyebut bahwa dirinya merasa cemburu karena kedua korban dianggap menjalin hubungan dengan pria lain. Pelaku juga mengaku mengalami tekanan ekonomi saat melakukan pembunuhan, yang menjadi kombinasi kuat motif kejahatannya.
"Menurut pengakuan awal, motifnya karena faktor ekonomi dan rasa cemburu. Namun kami masih dalami lebih lanjut," ujar Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, saat konferensi pers di Parit Malintang, Kamis (19/6/2025).
Proses evakuasi dua korban dari sumur tua dilakukan oleh tim gabungan dari Polres Padang Pariaman dan BPBD. Sumur yang digunakan pelaku berada tepat di belakang rumahnya di Batang Anai.
Kondisi jasad kedua korban saat ditemukan hanya tinggal tulang belulang karena telah terkubur selama lebih dari satu tahun.
Sebelumnya, SJ ditangkap oleh aparat pada Kamis dini hari setelah tubuh wanita yang dimutilasi ditemukan di aliran Sungai Batang Anai.
Penangkapan SJ kemudian menguak fakta bahwa pelaku juga terlibat dalam pembunuhan berantai terhadap dua korban lain, yang kini telah berhasil diidentifikasi. Polisi terus mendalami apakah ada keterlibatan pihak lain dalam kasus ini.
Meski sejauh ini baru satu pelaku yang diamankan, penyelidikan lanjutan akan dilakukan untuk menggali kemungkinan adanya korban lain ataupun pelaku tambahan.
Kasus ini menjadi perhatian luas masyarakat Padang Pariaman, karena melibatkan pembunuhan berantai dengan motif personal dan cara eksekusi yang sangat keji. Polisi berjanji akan mengusut tuntas hingga ke akar kasus ini