Tahun Ajaran Baru di Jabar: Tanpa PR, Masuk Lebih Pagi, dan Akhir Pekan Libur Total ala Dedi Mulyadi
- instagram @dedimulyadi71
Viva, Banyumas - Memasuki Tahun Ajaran Baru, Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, menetapkan kebijakan baru dalam dunia pendidikan yang cukup mengejutkan. Salah satu poin utama adalah penerapan sistem Tanpa PR bagi siswa, dengan tujuan mengurangi tekanan akademik di rumah.
Selain itu, siswa akan Masuk Lebih Pagi pada pukul 06.30 WIB dan mendapatkan Akhir Pekan Libur Total setiap Sabtu dan Minggu. Menurut Dedi Mulyadi, kebijakan ini dibuat agar siswa di Jabar memiliki keseimbangan antara kegiatan akademik dan kehidupan keluarga.
Di Tahun Ajaran Baru 2025/2026, diharapkan seluruh tugas dapat diselesaikan di sekolah sehingga anak-anak bisa pulang tanpa beban PR. Jadwal Masuk Lebih Pagi juga diyakini mampu melatih kedisiplinan, sementara Akhir Pekan Libur Total memberi waktu untuk istirahat dan kegiatan produktif di rumah.
Langkah ini menjadikan sistem pendidikan Jabar lebih ramah anak dan berorientasi pada keseimbangan hidup.
Dedi Mulyadi percaya bahwa di Tahun Ajaran Baru ini, kebijakan Tanpa PR, jam Masuk Lebih Pagi, dan Akhir Pekan Libur Total akan menciptakan generasi yang lebih sehat, kreatif, dan dekat dengan keluarga, tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.
Dikutip dari akun Instagram @nyinyir_update_official, Kebijakan tanpa PR ini dibuat untuk mengurangi beban akademik siswa di rumah.
Menurut Dedi, tidak jarang pekerjaan rumah justru dikerjakan oleh orang tua, bukan anak itu sendiri. Oleh karena itu, ia menekankan agar seluruh aktivitas pembelajaran dan penyelesaian tugas diselesaikan sepenuhnya di sekolah.
Dengan demikian, siswa memiliki waktu lebih banyak di rumah untuk beristirahat, membantu orang tua, atau mengasah keterampilan lain.
Dedi Mulyadi mengatakan Di rumah, anak-anak bisa rileks, olahraga, atau bantu orang tua. Tidak perlu stres memikirkan tugas sekolah yang menumpuk.
Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara waktu belajar dan kegiatan di luar sekolah untuk mendukung tumbuh kembang siswa secara menyeluruh.
Selain penghapusan PR, Dedi juga menyampaikan bahwa jam masuk sekolah akan dimulai lebih pagi, yaitu pukul 06.30.
Ia meyakini bahwa memulai hari lebih awal bisa meningkatkan produktivitas dan kedisiplinan siswa. Langkah ini juga didukung dengan pengaturan jam malam bagi pelajar, sehingga mereka bisa tidur lebih awal dan bangun dengan kondisi fisik yang lebih bugar.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yang sudah mengatur hari sekolah hanya berlangsung hingga hari Jumat.
Dengan libur Sabtu-Minggu, siswa diharapkan tidak hanya memiliki waktu luang, tetapi juga bisa memanfaatkannya untuk kegiatan positif bersama keluarga atau masyarakat.
Kebijakan ini tentu menimbulkan pro dan kontra, terutama dari kalangan pendidik dan orang tua. Namun, Dedi Mulyadi tetap yakin bahwa pendekatan ini akan membawa pola pendidikan yang lebih sehat dan berimbang bagi generasi muda di Jawa Barat
Viva, Banyumas - Memasuki Tahun Ajaran Baru, Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, menetapkan kebijakan baru dalam dunia pendidikan yang cukup mengejutkan. Salah satu poin utama adalah penerapan sistem Tanpa PR bagi siswa, dengan tujuan mengurangi tekanan akademik di rumah.
Selain itu, siswa akan Masuk Lebih Pagi pada pukul 06.30 WIB dan mendapatkan Akhir Pekan Libur Total setiap Sabtu dan Minggu. Menurut Dedi Mulyadi, kebijakan ini dibuat agar siswa di Jabar memiliki keseimbangan antara kegiatan akademik dan kehidupan keluarga.
Di Tahun Ajaran Baru 2025/2026, diharapkan seluruh tugas dapat diselesaikan di sekolah sehingga anak-anak bisa pulang tanpa beban PR. Jadwal Masuk Lebih Pagi juga diyakini mampu melatih kedisiplinan, sementara Akhir Pekan Libur Total memberi waktu untuk istirahat dan kegiatan produktif di rumah.
Langkah ini menjadikan sistem pendidikan Jabar lebih ramah anak dan berorientasi pada keseimbangan hidup.
Dedi Mulyadi percaya bahwa di Tahun Ajaran Baru ini, kebijakan Tanpa PR, jam Masuk Lebih Pagi, dan Akhir Pekan Libur Total akan menciptakan generasi yang lebih sehat, kreatif, dan dekat dengan keluarga, tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.
Dikutip dari akun Instagram @nyinyir_update_official, Kebijakan tanpa PR ini dibuat untuk mengurangi beban akademik siswa di rumah.
Menurut Dedi, tidak jarang pekerjaan rumah justru dikerjakan oleh orang tua, bukan anak itu sendiri. Oleh karena itu, ia menekankan agar seluruh aktivitas pembelajaran dan penyelesaian tugas diselesaikan sepenuhnya di sekolah.
Dengan demikian, siswa memiliki waktu lebih banyak di rumah untuk beristirahat, membantu orang tua, atau mengasah keterampilan lain.
Dedi Mulyadi mengatakan Di rumah, anak-anak bisa rileks, olahraga, atau bantu orang tua. Tidak perlu stres memikirkan tugas sekolah yang menumpuk.
Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara waktu belajar dan kegiatan di luar sekolah untuk mendukung tumbuh kembang siswa secara menyeluruh.
Selain penghapusan PR, Dedi juga menyampaikan bahwa jam masuk sekolah akan dimulai lebih pagi, yaitu pukul 06.30.
Ia meyakini bahwa memulai hari lebih awal bisa meningkatkan produktivitas dan kedisiplinan siswa. Langkah ini juga didukung dengan pengaturan jam malam bagi pelajar, sehingga mereka bisa tidur lebih awal dan bangun dengan kondisi fisik yang lebih bugar.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yang sudah mengatur hari sekolah hanya berlangsung hingga hari Jumat.
Dengan libur Sabtu-Minggu, siswa diharapkan tidak hanya memiliki waktu luang, tetapi juga bisa memanfaatkannya untuk kegiatan positif bersama keluarga atau masyarakat.
Kebijakan ini tentu menimbulkan pro dan kontra, terutama dari kalangan pendidik dan orang tua. Namun, Dedi Mulyadi tetap yakin bahwa pendekatan ini akan membawa pola pendidikan yang lebih sehat dan berimbang bagi generasi muda di Jawa Barat