Dibalik Penutupan Pabrik Semen Rembang: Utang Triliunan dan Perlawanan Tak Terbendung

Ilustrasi Pabrik Semen Rembang resmi tutup
Sumber :
  • pexel @Robert So

“Sebelas tahun lalu saat bikin film ini, data sudah menunjukkan pabrik ini tak akan lama,” ujar Dandhy Dwi Laksono dalam pernyataannya di media sosial X.

Dikutip dari akun Instagram @viralrembang, Dandhy juga menyoroti tekanan bisnis dan politik yang memaksa pembangunan pabrik tersebut tetap berlanjut, meski pasar semen nasional saat itu tengah mengalami kelebihan pasokan hingga 10 juta ton per tahun.

“Proyek ini dipaksakan karena adanya utang Rp 4,4 triliun dari Mandiri dan BNI, dan pemerintah tak ingin kehilangan muka,” kata Dandhy.

Kondisi ini memperlihatkan bagaimana utang besar menjadi salah satu faktor utama yang membuat pabrik terus berjalan meski menghadapi berbagai rintangan.

Selain itu, skandal hukum turut mewarnai perjalanan pabrik ini. Meskipun petani memenangkan kasus hingga tingkat Mahkamah Agung, pembangunan tetap dilanjutkan melalui izin baru yang diterbitkan oleh Gubernur Jawa Tengah kala itu, Ganjar Pranowo.

Dandhy menyebut bahwa perubahan nama dari Semen Gresik menjadi Semen Indonesia menjadi celah untuk mengeluarkan izin baru tersebut.

Tekanan politik dan kriminalisasi juga mewarnai perlawanan petani, bahkan melibatkan tokoh nasional sebagai komisaris perusahaan.