Buku "Ego Is The Enemy": Pelajaran Sadis tapi Jujur Tentang Musuh Dalam Diri yang Sering Kita Tak Sadar
Viva, Banyumas – “Kadang, musuh paling berbahaya bukan orang lain. Tapi suara kecil di kepala lo yang bilang: ‘Gue paling hebat.’” Itu inti dari buku “Ego Is The Enemy” karya Ryan Holiday.
Ini bukan buku motivasi manis-manis, tapi lebih kayak tamparan pelan yang lama-lama berasa nyess. Cocok banget buat kamu yang lagi ngerasa “gue udah keren” atau bahkan buat yang diam-diam minder tapi menutupi dengan pencitraan.
1. Siapa Sih Musuhnya?
Ego di sini bukan sekadar “percaya diri”, tapi bentuk berlebihan dari pengakuan diri yang nggak sehat.
Ryan Holiday bilang, ego bisa muncul dalam tiga fase hidup kita: saat kita belum apa-apa (aspirasi), lagi naik daun (kesuksesan), dan jatuh (kegagalan).
Di semua fase ini, ego bisa bikin kita buta arah, susah belajar, dan gampang sombong atau hancur karena penolakan.
2. Cocok Buat Zaman yang Serba Pamer
Zaman sekarang, orang berlomba kelihatan paling sukses, paling sibuk, paling “hebat” di medsos. Tapi menurut Ryan, itu jebakan. Ego justru bikin kamu lebih fokus tampil, bukan berkembang.
Buku ini jadi relevan banget buat Gen Z dan juga orangtua zaman now yang mulai ikut-ikutan kompetisi digital. Intinya: tenang aja, kamu nggak harus selalu jadi “yang paling”.
3. Praktis Tapi Bikin Ngegas
Gaya nulis Ryan Holiday itu tajam dan to the point. Tidak banyak basa-basi, tapi penuh insight. Banyak bagian yang bisa langsung kamu pakai buat refleksi atau dibacain ulang pas kamu mulai merasa besar kepala.
Beda dari buku self-help biasa, buku ini tidak membela perasaan kamu—justru menelanjangi ilusi diri kamu pelan-pelan.
Alhasil, kamu lagi merasa stuck, terlalu percaya diri, atau merasa nggak dihargai dunia—mungkin bukan dunia yang salah.
Namun, egonya yang kegedean. “Ego Is The Enemy” bukan buku buat merayakan diri, tapi buat berkenalan dengan musuh dalam selimut: ego kamu sendiri. Baca ini, kalau kamu cukup berani buat jujur sama diri sendiri.