Naturalisasi Ilegal: Malaysia Mengulang Kesalahan Pahit Timor Leste Tahun 2017 Silam
- instagram @malaysia_nt
Naturalisasi ilegal menjerat Malaysia usai FIFA menjatuhkan sanksi denda dan larangan bermain. Kasus ini mengulang kesalahan pahit yang pernah dialami Timor Leste
Viva, Banyumas - Skandal naturalisasi yang menimpa Timnas Malaysia kembali membuka luka lama sepak bola Asia Tenggara. Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi resmi dijatuhi sanksi berat oleh FIFA setelah terbukti menggunakan dokumen palsu dalam proses pendaftaran.
Kasus ini mengingatkan publik pada skandal serupa yang pernah mengguncang Timor Leste beberapa tahun lalu. FIFA menyatakan bahwa FAM bersalah melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA terkait pemalsuan dokumen resmi.
Akibatnya, FAM dijatuhi denda sebesar 350 ribu franc Swiss atau setara Rp7,3 miliar. Tak hanya itu, tujuh pemain asing yang dinaturalisasi juga dikenakan hukuman larangan bermain selama 12 bulan dan masing-masing diwajibkan membayar denda sekitar Rp42 juta.
Dikutip dari Reuters, Kasus ini memiliki kemiripan dengan insiden yang menimpa Federasi Sepak Bola Timor Leste (FFTL) pada 2017.
Saat itu, investigasi AFC menemukan penggunaan 12 pemain ilegal, sebagian besar kelahiran Brasil, yang didaftarkan dengan dokumen palsu. Akibatnya, FFTL dilarang mengikuti Kualifikasi Piala Asia 2023, 29 hasil pertandingan mereka dibatalkan, dan pejabat federasi mendapat hukuman berat.
Skandal Malaysia dan Timor Leste sama-sama menunjukkan bagaimana praktik naturalisasi ilegal bisa meruntuhkan reputasi sebuah federasi. Alih-alih memperkuat tim nasional, langkah instan melalui manipulasi dokumen justru menghadirkan bumerang besar.
Bagi Malaysia, hukuman ini menjadi pukulan telak. Harapan besar untuk mengulang kejayaan sepak bola negeri jiran terpaksa tertunda karena skandal yang seharusnya bisa dihindari.
Di sisi lain, kasus ini juga menjadi pelajaran berharga bagi negara lain, termasuk Indonesia, agar tetap menjunjung tinggi transparansi dan prosedur sah dalam setiap program naturalisasi. Dengan kasus berulang di Asia Tenggara, FIFA menegaskan kembali sikap kerasnya terhadap segala bentuk manipulasi administratif.
Jika federasi sepak bola tidak belajar dari pengalaman Timor Leste dan kini Malaysia, maka bukan tidak mungkin kasus serupa akan kembali terjadi di masa depan. Naturalisasi memang sah dan diperbolehkan, namun jika jalur yang ditempuh tidak sesuai aturan, konsekuensinya akan merugikan banyak pihak