Naturalisasi Palsu Terbongkar Warga ASEAN Habis Habisan Kritik FAM Malaysia, Indonesia Diminta Hati Hati
- instagram @famalaysia
FIFA jatuhkan sanksi pada FAM dan tujuh pemain naturalisasi Malaysia. Warga ASEAN bereaksi keras, Indonesia ikut terseret dalam perbincangan soal integritas sepak bola
Viva, Banyumas - Dunia sepak bola Asia Tenggara sedang diguncang isu besar usai FIFA resmi menjatuhkan sanksi keras kepada Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi Timnas Malaysia. Keputusan yang diumumkan pada Jumat (26/9/2025) itu memicu reaksi luas dari warga ASEAN, dengan Indonesia ikut terseret dalam perbincangan.
Dalam rilis resminya, FIFA menegaskan bahwa FAM terbukti melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA (FDC) terkait penggunaan dokumen palsu untuk meloloskan tujuh pemain asing agar bisa membela Timnas Malaysia. Para pemain tersebut termasuk nama-nama seperti Joao Figueiredo, Facundo Garcés, hingga Hector Hevel.
Sebagai konsekuensi, FAM dijatuhi denda sebesar CHF 350.000 atau sekitar Rp7,3 miliar, sementara tujuh pemain masing-masing harus membayar CHF 2.000 atau sekitar Rp41 juta. Tak hanya itu, mereka juga mendapat larangan tampil dalam seluruh kegiatan sepak bola resmi selama 12 bulan penuh.
Kasus ini semakin rumit karena ketujuh pemain tersebut sempat memperkuat Malaysia di ajang Kualifikasi Piala Asia 2027, termasuk saat mengalahkan Vietnam dengan skor 4-0 pada 10 Juni 2025.
Hal ini membuka kemungkinan adanya konsekuensi tambahan, seperti pembatalan hasil pertandingan, jika AFC menindaklanjuti temuan FIFA. Kabar sanksi ini langsung memicu perbincangan sengit di media sosial.
Warga ASEAN, termasuk dari Indonesia, Vietnam, dan Singapura, melontarkan kritik pedas terhadap FAM. Seorang pengguna asal Singapura menulis di platform X: “Para penggemar Indonesia akan bergembira. Ini salah satu kisah ‘sudah kubilang’ terbesar di sepak bola ASEAN. Vietnam pun mungkin akan ikut merayakan.” Netizen Vietnam juga tak ketinggalan.
Salah satu komentar berbunyi: “10 tahun tidak pernah menang lawan Vietnam, ternyata cuma bisa dengan cara curang.” Sementara itu, pemain Timnas Filipina, Patrick Reichelt, turut memberikan pandangan kritis.
Ia menyebut skandal ini menyedihkan karena Malaysia sejatinya memiliki banyak talenta lokal yang bisa diandalkan tanpa harus memalsukan dokumen. Nama Indonesia ikut disebut-sebut dalam diskusi karena PSSI dinilai lebih berhati-hati dalam proses naturalisasi pemain.
Beberapa warganet membandingkan cara Malaysia dan Indonesia mengelola pemain keturunan. Menurut mereka, kasus ini bisa menjadi pelajaran penting agar proses administrasi selalu transparan demi menjaga integritas sepak bola nasional.
Skandal ini diprediksi belum berakhir. FIFA bahkan telah melimpahkan masalah kelayakan pemain tersebut ke Pengadilan Sepak Bola FIFA. Artinya, masih terbuka kemungkinan adanya hukuman tambahan, baik untuk FAM maupun para pemain.
Kasus ini bukan hanya mencoreng reputasi Malaysia, tetapi juga menjadi alarm keras bagi negara-negara ASEAN lain untuk lebih disiplin dalam urusan naturalisasi. Integritas dan kredibilitas sepak bola internasional kini dipertaruhkan