Pesawat Tempur Siluman J-20S China: Senjata Masa Depan yang Menggabungkan Pilot, AI, dan Armada Drone Tempur

Pesawat Tempur J-20S China
Sumber :
  • nationalsecurityjournal.org

VIVA, Banyumas – Pesawat tempur telah lama menjadi simbol kekuatan militer sekaligus tonggak inovasi teknologi pertahanan udara.

Israel Siapkan Serangan Gaza dengan Puluhan Ribu Cadangan, Dunia Desak Pengakuan Palestina di PBB

Dari era Perang Dunia hingga persaingan teknologi militer modern, setiap negara besar berlomba menghadirkan pesawat tempur generasi terbaru yang mampu mendominasi langit.

Dalam konteks ini, kemunculan pesawat tempur siluman J-20S milik China menarik perhatian dunia, terutama karena desainnya yang unik dengan dua kursi serta potensi peran strategis yang belum memiliki analog langsung di Barat.

Pesawat Tempur J-20 vs F-22: Benarkah Ambisi China Mampu Menumbangkan Dominasi Udara Amerika Serikat?

Dilansir dari nationalsecurityjournal.org, China baru-baru ini menampilkan J-20S, varian dua kursi dari pesawat tempur siluman generasi kelima J-20.

Kehadiran kursi tambahan ini langsung menimbulkan banyak spekulasi, sebab mayoritas pesawat tempur siluman modern hanya memiliki satu kursi.

Produksi Pesawat Tempur China Meroket: Dari Jet Lama J-7 hingga Siluman J-20 yang Digadang Lawan F-35

Salah satu teori utama adalah bahwa kursi kedua berfungsi untuk operasi peperangan elektronik atau misi Airborne Early Warning and Control (AEW&C).

Dengan begitu, J-20S dapat berperan sebagai pusat komando di udara, mendeteksi ancaman dari jarak jauh, dan menyebarkan informasi real-time ke unit lain.

Namun, hipotesis yang paling menarik adalah perannya sebagai “mothership” atau kapal induk udara yang mengendalikan drone tempur Loyal Wingmen.

Konsep Loyal Wingmen merupakan terobosan besar dalam dunia tempur udara. Drone ini dirancang untuk mendukung pesawat tempur berawak dengan menjalankan misi berisiko tinggi seperti pengintaian, peperangan elektronik, hingga serangan langsung.

Dengan sistem ini, pilot dapat tetap aman sementara drone melakukan tugas paling berbahaya.

China sendiri telah mengembangkan beberapa prototipe drone semacam ini, seperti Feihong FH-97, Hongdu GJ-11 Sharp Sword, dan Dark Sword.

Jika dipadukan dengan J-20S, armada drone tersebut bisa menjadi multiplier force yang memperkuat kekuatan tempur Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).

Perbandingan dengan Amerika Serikat

Amerika Serikat juga tengah mengembangkan program Collaborative Combat Aircraft (CCA) yang mirip dengan Loyal Wingmen.

Namun, program tersebut masih berada di tahap awal dan lebih fokus pada drone sensor-saja tanpa persenjataan.

Dengan demikian, langkah China melalui J-20S berpotensi memberikan keunggulan lebih cepat dalam integrasi jet tempur dengan drone tempur otonom.

Meski begitu, para analis menekankan bahwa implementasi penuh sistem ini membutuhkan waktu minimal 5–10 tahun agar benar-benar matang.

Tantangan dan Masa Depan J-20S

Meskipun memiliki potensi besar, peran J-20S masih belum terdefinisi secara resmi.

Spekulasi berkisar pada kombinasi peperangan elektronik, pengintaian, serangan, hingga pengendalian drone tempur.

Yang pasti, J-20S menghadirkan paradigma baru dalam strategi udara modern, mengingat belum ada varian pesawat tempur generasi kelima lain yang memiliki konsep serupa.