Arya Daru Alami Beban Psikologis Berat, Ini Kondisinya Sebelum Tewas dalam Tugas Diplomasi
- Tiktok @penggunaiphone13
Viva, Banyumas - Kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (39), terus menjadi sorotan publik. Setelah penyelidikan oleh Polda Metro Jaya mengarah pada dugaan bunuh diri, kini Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) turut mengungkap fakta penting terkait kondisi psikologis Arya sebelum ditemukan tewas dengan wajah dililit lakban di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Ketua Umum Apsifor, Nathanael EJ Sumampouw, Arya mengalami burnout atau kelelahan psikologis yang berkepanjangan akibat tekanan pekerjaan sebagai diplomat. Arya disebut menjalani peran kemanusiaan yang sangat berat dan membutuhkan empati tinggi, ketahanan emosional, serta kepekaan sosial.
“Peran tersebut menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, sensitivitas sosial.
Ini semua menimbulkan dampak seperti burnout dan compassion fatigue,” ujar Nathanael dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya pada Selasa (29/7/2025) yang dikutip dari laman Instagram Polda Metro Jaya.
Selama menjabat, Arya dikenal berdedikasi tinggi dalam misi perlindungan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Ia disebut sebagai sosok penyelamat kemanusiaan yang mengabdikan diri untuk memastikan negara hadir di tengah krisis yang dialami para WNI.
Namun di balik dedikasi itu, Arya ternyata sulit mengekspresikan tekanan emosional yang ia alami. Apsifor menyebut bahwa Arya cenderung menginternalisasi perasaan negatifnya dan berusaha tidak menunjukkannya di hadapan orang lain.
Hal ini diperkuat dengan temuan bahwa Arya sempat mengakses layanan kesehatan mental secara daring, terakhir pada tahun 2021.