Tradisi Pacu Jalur Riau Diklaim Milik Malaysia, Pemerintah Angkat Bicara Hingga Rencana Didaftarkan ke UNESCO!
- instagram @pacujalur_menduni
Viva, Banyumas - Tradisi Pacu Jalur dari Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tengah menjadi sorotan publik setelah video tarian anak di ujung perahu mendadak viral di media sosial. Fenomena ini bahkan mendapat perhatian luas hingga ke mancanegara.
Namun, di balik popularitasnya, muncul klaim dari sejumlah warganet yang menyebut Pacu Jalur merupakan tradisi budaya milik Malaysia. Klaim sepihak dari Malaysia tersebut langsung menuai respons tegas dari pemerintah daerah.
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, memastikan bahwa Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Indonesia yang sudah mengakar kuat di masyarakat Kuantan Singingi.
Dikutip dari laman Instagram @pembasmi.kehaluan,reall, Roni mengatakan ia memahami dinamika media sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Indonesia, spesifiknya dari Kuantan Singingi, Riau.
Roni menduga klaim tersebut muncul karena kedekatan budaya dan geografis antara Riau dan Malaysia yang sama-sama berada dalam rumpun Melayu. Meski demikian, fakta sejarah mencatat tradisi Pacu Jalur telah berkembang ratusan tahun di Kuantan Singingi, menjadi bagian penting dari identitas masyarakat setempat.
Pacu Jalur bukan sekadar lomba perahu panjang di Sungai Kuantan, melainkan juga menyimpan nilai-nilai sejarah, kearifan lokal, dan semangat gotong royong. Dalam setiap perlombaan, terdapat seorang anak kecil yang berdiri di ujung perahu sambil menari, dikenal dengan sebutan Togak Luan.
Gerakan tarian ini bukan hanya untuk estetika, tetapi juga sebagai sinyal bagi penonton bahwa jalur perahu tersebut memimpin perlombaan. Pemerintah Provinsi Riau saat ini sedang mengajukan Pacu Jalur sebagai warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO.
Langkah ini dinilai penting untuk memperkuat status tradisi Pacu Jalur di mata dunia dan mencegah klaim sepihak dari negara lain. Roni menegaskan akan terus mengedukasi masyarakat luas, baik di dalam maupun luar negeri, tentang keaslian dan kekayaan budaya Pacu Jalur ini.
Selain itu, Iven Pacu Jalur rutin diselenggarakan setiap tahun, tepatnya pada bulan Agustus. Puncak perayaan biasanya berlangsung pada 20 hingga 25 Agustus di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi.
Festival ini selalu menyedot ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin menyaksikan langsung perlombaan perahu raksasa yang panjangnya bisa mencapai 40 meter dan memuat puluhan pendayung.
Dengan berbagai upaya pelestarian dan promosi, masyarakat Riau berharap Pacu Jalur semakin dikenal sebagai tradisi kebanggaan Indonesia.
Pemerintah pun mengajak seluruh pihak untuk mendukung pengakuan resmi dari UNESCO, agar warisan budaya Pacu Jalur tetap lestari dan tidak diakui secara keliru oleh negara lain