PLTN Indonesia Akan Pakai Teknologi China atau Rusia? Ini Kata Wamen ESDM
- pexel @tanjungyuliot
Viva, Banyumas - Rencana pembangunan PLTN Indonesia kembali menjadi sorotan setelah pemerintah menyatakan keseriusannya dalam mendukung transisi energi bersih. Dalam hal ini, Wamen ESDM, Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa pemerintah membuka opsi untuk pakai teknologi dari negara-negara maju guna mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang andal dan efisien.
Menurut Wamen ESDM, dua negara yang kini tengah menjadi pertimbangan utama adalah China dan Rusia. Kedua negara tersebut dikenal memiliki kapabilitas tinggi dalam pengembangan reaktor nuklir, baik skala besar maupun reaktor modular kecil.
Teknologi dari China dan Rusia dinilai potensial untuk diadopsi dalam proyek PLTN Indonesia, terutama yang direncanakan dibangun di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Pemerintah juga tengah menyesuaikan pilihan teknologi dengan kebutuhan lokal serta aspek komponen dalam negeri. Wamen ESDM menambahkan bahwa regulasi pendukung untuk pengelolaan bahan baku nuklir, seperti uranium, sedang disusun agar proyek PLTN Indonesia dapat berjalan sesuai target.
Opsi pakai teknologi dari China dan Rusia ini menunjukkan pendekatan terbuka dan selektif pemerintah demi mewujudkan kemandirian energi nasional berbasis nuklir.
Dalam wawancara di Jakarta yang dikutip dari laman Viva, Jumat (20/6/2025), Wamen ESDM mengatakan bahwa penggunaan teknologi China atau Rusia masih terbuka lebar. Hal ini berkaitan dengan target kapasitas pembangkit sebesar 69,5 Gigawatt (GW) yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Dari total target tersebut, pemerintah berencana membangun PLTN berkapasitas 500 megawatt (MW) yang akan dibagi rata antara wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Lebih lanjut, Yuliot menjelaskan bahwa pemerintah masih mengkaji jenis teknologi yang paling sesuai, baik dari skala besar maupun teknologi modular kecil atau Small Modular Reactor (SMR).
Teknologi SMR ini tengah menjadi perbincangan global karena dinilai lebih efisien dan aman untuk digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
China dan Rusia menjadi kandidat kuat karena telah memiliki rekam jejak dalam pengembangan teknologi reaktor ini.
Selain pemilihan teknologi, Wamen ESDM juga menyinggung soal komitmen terhadap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen sebagai syarat utama. Menurutnya, aspek TKDN akan berperan besar dalam menentukan negara mitra.
Pemerintah juga tengah menyiapkan regulasi khusus untuk mengelola bahan baku radioaktif seperti uranium, termasuk yang ditemukan di Kalimantan Barat, agar dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan energi melalui PLTN.
Dengan terbukanya opsi penggunaan teknologi China dan Rusia, langkah pemerintah ini menunjukkan keseriusan dalam menjadikan PLTN sebagai bagian penting dari bauran energi nasional.
Harapannya, penggunaan teknologi nuklir yang tepat akan mampu memperkuat ketahanan energi Indonesia di masa depan