Marak Keracunan MBG, Ketua DPR RI Puan Maharani Tekankan Evaluasi dari Hulu ke Hilir Tanpa Cari Kambing Hitam

Ketua DPR RI Puan Maharani saat Rapat DPR Ri ke-5
Sumber :
  • Yt/TVR PARLEMEN

Maraknya kasus keracunan makanan MBG memicu evaluasi besar. Puan Maharani menegaskan agar semua pihak fokus mencari solusi, bukan saling menyalahkan.

VIVA, Banyumas – Ketua DPR RI Puan Maharani angkat bicara terkait maraknya kasus keracunan yang diduga berasal dari makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menurutnya, program ini memang penting untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia, namun perlu dilakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang.

Puan menegaskan bahwa evaluasi harus dilakukan secara objektif, bukan dengan saling menyalahkan pihak tertentu.

"Masalahnya itu seperti apa, apakah di dapurnya, apakah di sekolahnya, untuk bisa melihat dari hulunya," kata Puan, di Jakarta, Selasa (23/9/2025).

Ia menambahkan bahwa pihaknya juga ikut mengawasi langsung proses penyediaan makanan di dapur-dapur yang menjadi mitra program MBG.

Dengan begitu, pengawasan bisa dilakukan dari hulu hingga distribusi ke sekolah-sekolah.

Sebagai salah satu program prioritas pemerintah, MBG dirancang untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi seimbang.

Namun, rentetan kasus keracunan menjadi alarm bahwa standar keamanan pangan harus diperketat.

Politikus PDI Perjuangan tersebut menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG.

"Evaluasi total harus dilakukan terhadap program ini sehingga kasus keracunan tidak kembali terjadi," ujar Puan.

Sementara itu, Badan Gizi Nasional (BGN) telah membentuk tim investigasi untuk menindaklanjuti kasus keracunan.

Tim ini melibatkan ahli kimia, farmasi, dan kesehatan untuk memastikan penyebab pasti dari insiden yang terjadi.

Dilansir dari tvOneNews, Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan bahwa langkah investigasi ini dilakukan sebagai pendalaman sebelum hasil resmi dari BPOM keluar.

"Jadi kami membentuk tim investigasi ini sebagai second opinion. Sebelum hasil dari BPOM keluar, kami sudah bisa mengira-ngira apa yang menjadi penyebab anak-anak ini sakit, apakah betul karena keracunan, alergi, atau hal-hal lain," kata Nanik, Senin (22/9/2025).