Viral! Porsi Makan Bergizi Gratis di Sragen Cuma Dapat Secuil Telur

Ilustrasi Porsi MBG Sragen viral karena lauk pauk minim
Sumber :
  • instagram I@syil33

Program MBG di Sragen viral usai porsi makan siswa dinilai tak sesuai standar gizi. Hanya berisi secuil telur kukus dan sayuran sedikit meski anggaran Rp10 ribu per porsi

Viva, Banyumas - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah di Kabupaten Sragen kini tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, beredar di media sosial foto porsi MBG yang dinilai jauh dari kata layak.

Dalam menu yang seharusnya seimbang, siswa justru hanya mendapatkan secuil telur kukus dan sedikit sayuran. Padahal, sesuai aturan, satu porsi MBG wajib mencakup karbohidrat sebagai sumber energi, protein hewani atau nabati untuk mendukung pertumbuhan, serat dari sayuran, buah-buahan lokal, serta lemak sehat dalam jumlah seimbang.

Semua itu disiapkan dengan standar anggaran Rp10.000 per porsi. Namun, temuan di lapangan berbeda dengan ekspektasi. Foto porsi MBG yang tersebar memperlihatkan lauk pauk sangat minim, sehingga memicu kritik warganet.

Banyak yang mempertanyakan apakah dana yang dialokasikan benar-benar dikelola sesuai peruntukannya. Menanggapi viralnya isu ini, Camat Kedawung, Endang Widayanti, mengaku pihaknya menerima banyak laporan masyarakat terkait dugaan ketidaksesuaian porsi MBG.

Ia bersama jajaran Muspika Kedawung segera turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Dikutip dari akun Instagram @sragenkita, Endang mengatakan Ada banyak laporan masuk, termasuk dari anggota DPRD yang sudah koordinasi dengan pihak camat kedawung.

Akhirnya Pihak Camat Kedawung bersama Muspika langsung mendatangi dapur SPPG di Desa Karangpelem untuk crosscheck, klarifikasi, sekaligus memberi pengarahan. Menurutnya, pemeriksaan dilakukan untuk memastikan transparansi pelaksanaan program dan menegaskan agar standar gizi tetap dipatuhi.

Ia juga menekankan bahwa program ini dirancang untuk mendukung kesehatan siswa, sehingga setiap porsi harus benar-benar memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Publik menilai program MBG yang sejatinya mulia bisa kehilangan esensinya jika pengelolaan tidak transparan.

Makanan bergizi seharusnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan sekadar formalitas dengan porsi minim. Di sisi lain, pemerintah daerah berkomitmen akan melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang.

Audit dan pengawasan akan diperketat, termasuk dari aparat kecamatan hingga kabupaten, guna memastikan anak-anak sekolah benar-benar memperoleh manfaat sesuai tujuan awal program.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa program sosial yang menyangkut kebutuhan dasar, seperti makanan bergizi untuk pelajar, harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah bisa terkikis

Program MBG di Sragen viral usai porsi makan siswa dinilai tak sesuai standar gizi. Hanya berisi secuil telur kukus dan sayuran sedikit meski anggaran Rp10 ribu per porsi

Viva, Banyumas - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah di Kabupaten Sragen kini tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, beredar di media sosial foto porsi MBG yang dinilai jauh dari kata layak.

Dalam menu yang seharusnya seimbang, siswa justru hanya mendapatkan secuil telur kukus dan sedikit sayuran. Padahal, sesuai aturan, satu porsi MBG wajib mencakup karbohidrat sebagai sumber energi, protein hewani atau nabati untuk mendukung pertumbuhan, serat dari sayuran, buah-buahan lokal, serta lemak sehat dalam jumlah seimbang.

Semua itu disiapkan dengan standar anggaran Rp10.000 per porsi. Namun, temuan di lapangan berbeda dengan ekspektasi. Foto porsi MBG yang tersebar memperlihatkan lauk pauk sangat minim, sehingga memicu kritik warganet.

Banyak yang mempertanyakan apakah dana yang dialokasikan benar-benar dikelola sesuai peruntukannya. Menanggapi viralnya isu ini, Camat Kedawung, Endang Widayanti, mengaku pihaknya menerima banyak laporan masyarakat terkait dugaan ketidaksesuaian porsi MBG.

Ia bersama jajaran Muspika Kedawung segera turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Dikutip dari akun Instagram @sragenkita, Endang mengatakan Ada banyak laporan masuk, termasuk dari anggota DPRD yang sudah koordinasi dengan pihak camat kedawung.

Akhirnya Pihak Camat Kedawung bersama Muspika langsung mendatangi dapur SPPG di Desa Karangpelem untuk crosscheck, klarifikasi, sekaligus memberi pengarahan. Menurutnya, pemeriksaan dilakukan untuk memastikan transparansi pelaksanaan program dan menegaskan agar standar gizi tetap dipatuhi.

Ia juga menekankan bahwa program ini dirancang untuk mendukung kesehatan siswa, sehingga setiap porsi harus benar-benar memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Publik menilai program MBG yang sejatinya mulia bisa kehilangan esensinya jika pengelolaan tidak transparan.

Makanan bergizi seharusnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan sekadar formalitas dengan porsi minim. Di sisi lain, pemerintah daerah berkomitmen akan melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang.

Audit dan pengawasan akan diperketat, termasuk dari aparat kecamatan hingga kabupaten, guna memastikan anak-anak sekolah benar-benar memperoleh manfaat sesuai tujuan awal program.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa program sosial yang menyangkut kebutuhan dasar, seperti makanan bergizi untuk pelajar, harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah bisa terkikis