Pacet Mojokerto Disebut Rawan, 4 Kali Jadi Lokasi Pembuangan Jenazah Viral Usai Mutilasi 310 Potongan Tubuh Korban

Pacet Mojokerto kembali disorot usai kasus mutilasi
Sumber :
  • instagram @polres_mojokerto

Pacet Mojokerto dikenal sepi dan sulit dijangkau, membuat kawasan ini rawan jadi lokasi pembuangan jenazah. Polisi mencatat sudah 4 kali kejadian dalam setahun terakhir

Viva, Banyumas - Pacet, Mojokerto, kembali menjadi pusat perhatian publik setelah terungkap kasus mutilasi yang melibatkan 310 potongan tubuh korban berinisial TAS. Potongan tubuh tersebut ditemukan berserakan di kawasan hutan Pacet.

Fakta ini membuat masyarakat terkejut sekaligus menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan wilayah pegunungan yang dikenal sepi tersebut. Dilansir dari laman Instagram Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, mengungkapkan bahwa Pacet dipilih tersangka Alvi Maulana sebagai lokasi pembuangan karena kondisi geografisnya yang sepi, berliku, dan memiliki jurang dalam.

Karakteristik ini dianggap ideal oleh pelaku untuk menghilangkan jejak kejahatannya. Namun, fakta yang mengejutkan adalah, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, wilayah Pacet sudah empat kali menjadi lokasi pembuangan jenazah oleh pelaku tindak kriminal.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Pacet bukan hanya destinasi wisata alam, tetapi juga rawan dijadikan tempat pelaku untuk menutupi jejak kejahatan.

Situasi sepi di malam hari membuat aparat kepolisian perlu meningkatkan patroli dan pengawasan. Pihak kepolisian berkomitmen bahwa setiap kasus yang terjadi di kawasan ini akan ditindak tegas hingga para pelaku tertangkap.

Kasus mutilasi TAS sendiri menambah daftar panjang tragedi kriminal di Pacet. Tersangka membunuh korban di kos kawasan Surabaya, kemudian memutilasi tubuhnya di kamar mandi menggunakan berbagai alat tajam.

Setelah itu, pelaku membawa potongan tubuh dengan sepeda motor dan membuangnya secara bertahap di sepanjang jalan Pacet–Batu.

Polisi bahkan harus mengerahkan puluhan personel dan unit satwa untuk mengumpulkan seluruh potongan tubuh korban hingga radius 200 meter.

Selain faktor geografis, minimnya penerangan di beberapa titik kawasan Pacet menjadi tantangan tersendiri bagi aparat. Situasi gelap dan jalur berliku sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Oleh karena itu, masyarakat setempat diimbau agar selalu waspada dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan kepada aparat.

Pakar kriminologi menilai, kawasan terpencil seperti Pacet harus menjadi prioritas dalam pengawasan. Selain rawan tindak kriminal, citra destinasi wisata juga dapat tercoreng jika kasus serupa terus berulang.

Pemerintah daerah bersama aparat hukum diharapkan dapat meningkatkan keamanan dengan pemasangan CCTV di jalur utama, patroli rutin, serta sosialisasi kepada warga dan wisatawan.

Dengan terungkapnya kasus mutilasi ini, publik berharap Pacet Mojokerto tidak lagi menjadi lokasi favorit pelaku kejahatan.

Keamanan dan kenyamanan masyarakat harus menjadi prioritas, agar kawasan ini kembali dikenal sebagai destinasi wisata yang aman, bukan sebagai lokasi pembuangan jenazah

Pacet Mojokerto dikenal sepi dan sulit dijangkau, membuat kawasan ini rawan jadi lokasi pembuangan jenazah. Polisi mencatat sudah 4 kali kejadian dalam setahun terakhir

Viva, Banyumas - Pacet, Mojokerto, kembali menjadi pusat perhatian publik setelah terungkap kasus mutilasi yang melibatkan 310 potongan tubuh korban berinisial TAS. Potongan tubuh tersebut ditemukan berserakan di kawasan hutan Pacet.

Fakta ini membuat masyarakat terkejut sekaligus menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan wilayah pegunungan yang dikenal sepi tersebut. Dilansir dari laman Instagram Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, mengungkapkan bahwa Pacet dipilih tersangka Alvi Maulana sebagai lokasi pembuangan karena kondisi geografisnya yang sepi, berliku, dan memiliki jurang dalam.

Karakteristik ini dianggap ideal oleh pelaku untuk menghilangkan jejak kejahatannya. Namun, fakta yang mengejutkan adalah, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, wilayah Pacet sudah empat kali menjadi lokasi pembuangan jenazah oleh pelaku tindak kriminal.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Pacet bukan hanya destinasi wisata alam, tetapi juga rawan dijadikan tempat pelaku untuk menutupi jejak kejahatan.

Situasi sepi di malam hari membuat aparat kepolisian perlu meningkatkan patroli dan pengawasan. Pihak kepolisian berkomitmen bahwa setiap kasus yang terjadi di kawasan ini akan ditindak tegas hingga para pelaku tertangkap.

Kasus mutilasi TAS sendiri menambah daftar panjang tragedi kriminal di Pacet. Tersangka membunuh korban di kos kawasan Surabaya, kemudian memutilasi tubuhnya di kamar mandi menggunakan berbagai alat tajam.

Setelah itu, pelaku membawa potongan tubuh dengan sepeda motor dan membuangnya secara bertahap di sepanjang jalan Pacet–Batu.

Polisi bahkan harus mengerahkan puluhan personel dan unit satwa untuk mengumpulkan seluruh potongan tubuh korban hingga radius 200 meter.

Selain faktor geografis, minimnya penerangan di beberapa titik kawasan Pacet menjadi tantangan tersendiri bagi aparat. Situasi gelap dan jalur berliku sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Oleh karena itu, masyarakat setempat diimbau agar selalu waspada dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan kepada aparat.

Pakar kriminologi menilai, kawasan terpencil seperti Pacet harus menjadi prioritas dalam pengawasan. Selain rawan tindak kriminal, citra destinasi wisata juga dapat tercoreng jika kasus serupa terus berulang.

Pemerintah daerah bersama aparat hukum diharapkan dapat meningkatkan keamanan dengan pemasangan CCTV di jalur utama, patroli rutin, serta sosialisasi kepada warga dan wisatawan.

Dengan terungkapnya kasus mutilasi ini, publik berharap Pacet Mojokerto tidak lagi menjadi lokasi favorit pelaku kejahatan.

Keamanan dan kenyamanan masyarakat harus menjadi prioritas, agar kawasan ini kembali dikenal sebagai destinasi wisata yang aman, bukan sebagai lokasi pembuangan jenazah