Ayah Korban Mutilasi Tiara di Mojokerto Jualan Sempol Hanya Bisa Pasrah Pacar yang Dikenal Baik Justru Habisi Putrinya
- Tiktok @user2344879
Ayah Tiara, penjual sempol sederhana, kini berduka mendalam usai putri sulungnya tewas dimutilasi pacar. Kisah pilu ini mengguncang keluarga yang hidup penuh kesederhanaan
Viva, Banyumas - Kisah memilukan datang dari keluarga Tiara Angelina, korban mutilasi yang jasadnya ditemukan di kawasan Pacet, Mojokerto. Di balik kasus tragis ini, tersimpan cerita kesederhanaan keluarga korban, khususnya sang ayah yang sehari-hari berjualan sempol untuk menghidupi keluarganya.
Ayah Tiara, Sudarmaji, dikenal warga sekitar sebagai sosok pekerja keras. Dengan gerobak sederhana, ia berkeliling kampung menjajakan sempol demi memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Namun kini, kehidupannya terguncang hebat setelah putri sulung yang ia banggakan harus meregang nyawa di tangan kekasihnya sendiri.
Sudarmaji dan istrinya, Evi, masih berada di Surabaya untuk mengurus pemakaman Tiara. Rumah mereka di kampung tampak sepi dan tertutup.
Para tetangga pun ikut berduka, mengenang Tiara sebagai sosok yang ramah dan jarang pulang setelah lulus kuliah di Universitas Trunojoyo, Madura. Dikutip dari akun Tiktok @via.bimo, Ketua RW setempat, Sukindro mengatakan Bapak dan ibunya orang baik.
Ayahnya tiap hari keliling jualan sempol. Tidak ada yang menyangka anaknya pulang dengan keadaan seperti ini. Tiara lahir di Pacitan pada 12 Agustus 2000. Setelah menamatkan kuliah, ia memilih tinggal di kos wilayah Lakarsantri, Surabaya, bersama kekasihnya, Alvi Maulana.
Hubungan yang sudah dijalin lima tahun itu awalnya tampak harmonis. Namun, belakangan muncul konflik yang berujung pada tragedi mengenaskan. Polisi menyebut motif utama pembunuhan dan mutilasi Tiara adalah sakit hati.
Kasus ini menyisakan luka mendalam bagi keluarga. Sang adik, Rani, yang masih duduk di bangku kelas II SMA, kini kehilangan sosok kakak yang selama ini menjadi panutan.
Sementara sang ayah harus menelan kenyataan pahit, bahwa jerih payahnya mencari nafkah dengan berjualan sempol tidak bisa melindungi kebahagiaan keluarganya.
Pihak kepolisian bergerak cepat menangkap pelaku, Alvi, hanya beberapa jam setelah potongan tubuh Tiara ditemukan. Proses hukum kini berjalan, dan keluarga korban berharap keadilan bisa ditegakkan seadil-adilnya.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya hubungan asmara ketika tidak dilandasi komunikasi sehat dan kontrol emosi yang baik.
Sekaligus, membuka mata banyak orang tentang keteguhan hati seorang ayah sederhana yang tetap berjuang, meski harus kehilangan anak tercinta
Ayah Tiara, penjual sempol sederhana, kini berduka mendalam usai putri sulungnya tewas dimutilasi pacar. Kisah pilu ini mengguncang keluarga yang hidup penuh kesederhanaan
Viva, Banyumas - Kisah memilukan datang dari keluarga Tiara Angelina, korban mutilasi yang jasadnya ditemukan di kawasan Pacet, Mojokerto. Di balik kasus tragis ini, tersimpan cerita kesederhanaan keluarga korban, khususnya sang ayah yang sehari-hari berjualan sempol untuk menghidupi keluarganya.
Ayah Tiara, Sudarmaji, dikenal warga sekitar sebagai sosok pekerja keras. Dengan gerobak sederhana, ia berkeliling kampung menjajakan sempol demi memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Namun kini, kehidupannya terguncang hebat setelah putri sulung yang ia banggakan harus meregang nyawa di tangan kekasihnya sendiri.
Sudarmaji dan istrinya, Evi, masih berada di Surabaya untuk mengurus pemakaman Tiara. Rumah mereka di kampung tampak sepi dan tertutup.
Para tetangga pun ikut berduka, mengenang Tiara sebagai sosok yang ramah dan jarang pulang setelah lulus kuliah di Universitas Trunojoyo, Madura. Dikutip dari akun Tiktok @via.bimo, Ketua RW setempat, Sukindro mengatakan Bapak dan ibunya orang baik.
Ayahnya tiap hari keliling jualan sempol. Tidak ada yang menyangka anaknya pulang dengan keadaan seperti ini. Tiara lahir di Pacitan pada 12 Agustus 2000. Setelah menamatkan kuliah, ia memilih tinggal di kos wilayah Lakarsantri, Surabaya, bersama kekasihnya, Alvi Maulana.
Hubungan yang sudah dijalin lima tahun itu awalnya tampak harmonis. Namun, belakangan muncul konflik yang berujung pada tragedi mengenaskan. Polisi menyebut motif utama pembunuhan dan mutilasi Tiara adalah sakit hati.
Kasus ini menyisakan luka mendalam bagi keluarga. Sang adik, Rani, yang masih duduk di bangku kelas II SMA, kini kehilangan sosok kakak yang selama ini menjadi panutan.
Sementara sang ayah harus menelan kenyataan pahit, bahwa jerih payahnya mencari nafkah dengan berjualan sempol tidak bisa melindungi kebahagiaan keluarganya.
Pihak kepolisian bergerak cepat menangkap pelaku, Alvi, hanya beberapa jam setelah potongan tubuh Tiara ditemukan. Proses hukum kini berjalan, dan keluarga korban berharap keadilan bisa ditegakkan seadil-adilnya.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya hubungan asmara ketika tidak dilandasi komunikasi sehat dan kontrol emosi yang baik.
Sekaligus, membuka mata banyak orang tentang keteguhan hati seorang ayah sederhana yang tetap berjuang, meski harus kehilangan anak tercinta