Titiek Soeharto Desak Bapanas Segera Distribusikan 3,9 Juta Ton Beras

Titiek Soeharto
Sumber :
  • Antaranews

VIVA, BanyumasKetua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, mendesak Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, untuk segera mendistribusikan jutaan ton cadangan beras yang disimpan di gudang Bulog.

Kritik keras ini dilontarkan Titiek dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi IV DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (4/9) karena ia menilai penimbunan beras ini justru merugikan negara. Simpanan beras yang berlebihan, bahkan hingga lebih dari satu tahun, bisa membusuk dan tidak layak konsumsi.

Mencegah Kerugian Triliunan Rupiah Akibat Penimbunan Beras

Titiek Soeharto menekankan bahwa menyimpan beras dalam jumlah besar tanpa adanya distribusi yang jelas adalah kesalahan yang serius.

Ia memperkirakan, 100 ribu ton beras yang terbuang karena terlalu lama disimpan akan menyebabkan kerugian negara sebesar Rp.1,2 triliun.

Angka ini menunjukkan dampak ekonomi yang serius jika pemerintah tidak segera bertindak. Ia juga menyoroti ironi di mana harga beras di pasar melambung tinggi, sementara stok di gudang Bulog justru menumpuk hingga 3,9 juta ton.

Titiek mengingatkan Arief Prasetyo Adi bahwa sebagai Kepala Bapanas, ia memiliki kewenangan penuh untuk memerintahkan distribusi beras, bukan hanya sekadar memberikan saran. "Bapak, jangan cuma menyarankan; bapak memiliki kekuasaan untuk melakukannya!" tegasnya.

Alasan Di Balik Lambatnya Penyaluran dan Solusi yang Ditawarkan

Arief Prasetyo Adi mengakui adanya masalah dalam distribusi beras Bulog ke pasar. Data Bapanas menunjukkan bahwa hingga 12 Agustus 2025, hanya 0,7 juta ton beras Bulog yang tersalurkan, angka terendah dalam beberapa waktu terakhir.

Arief menjelaskan bahwa situasi ini juga memicu meningkatnya harga beras di pasar akibat ketersediaan yang sedikit. Menanggapi desakan Titiek, Arief berjanji untuk segera mempercepat proses distribusi. "Baik bu, dilaksanakan," jawabnya singkat.

Namun, pernyataan Titiek kembali menjadi sorotan publik. Mengapa pemerintah lebih memilih menumpuk cadangan beras yang bisa membusuk daripada mendistribusikannya untuk menstabilkan harga dan membantu masyarakat?

Pertanyaan ini menjadi penting karena keputusan tersebut berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi negara dan masyarakat.