Komnas HAM Ungkap Daftar 10 Korban Jiwa Demo 25 sampai 31 Agustus 2025, Aparat Diduga Terlibat

Komnas HAM merilis daftar korban jiwa demo Agustus 2025
Sumber :
  • instagram @komnas.ham

Komnas HAM mengungkap 10 korban jiwa dalam gelombang demonstrasi Agustus 2025. Sejumlah kasus diduga melibatkan aparat, termasuk tewasnya driver ojol Affan Kurniawan

Viva, Banyumas - Gelombang demonstrasi nasional yang terjadi pada 25–31 Agustus 2025 meninggalkan duka mendalam. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merilis daftar resmi 10 korban jiwa dari berbagai kota.

Lembaga ini juga menegaskan adanya dugaan kuat keterlibatan aparat kepolisian dalam beberapa kasus kematian. Ketua Komnas HAM, Anis Hidayah, menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan menyeluruh.

Ani hidayah dilansir dari laman Komnas HAM mengungkapkan ada indikasi kekerasan yang menyebabkan hilangnya nyawa warga sipil. Komnas HAM sedang mengumpulkan bukti, termasuk rekaman CCTV, autopsi medis, dan kesaksian saksi mata.

Daftar korban jiwa yang dirilis Komnas HAM adalah sebagai berikut:

  1. Affan Kurniawan (Jakarta): Driver ojek online, tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob.
  2. Andika Lutfi Falah (Jakarta): Korban kericuhan, diduga akibat kekerasan aparat.
  3. Rheza Sendy Pratama (Yogyakarta): Mahasiswa Universitas Amikom, meninggal diduga karena penganiayaan.
  4. Sumari (Solo): Korban bentrokan, penyebab kematian masih diselidiki
  5. Saiful Akbar (Makassar): Tewas akibat luka bakar saat gedung DPRD dibakar massa
  6. Muhammad Akbar Basri (Makassar): Korban kebakaran gedung DPRD
  7. Sarina Wati (Makassar): Pegawai DPRD, tewas setelah melompat dari gedung
  8. Rusdamdiansyah (Makassar): Warga sipil, tewas akibat serangan massa karena dituduh intelijen.
  9. Iko Juliant Junior (Semarang): Korban kericuhan, diduga akibat kekerasan aparat.
  10. Septinus Sesa (Manokwari): Tewas dalam bentrokan, penyebab kematian masih diteliti.

Kasus yang paling menyita perhatian adalah kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun. Ia tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pada 28 Agustus 2025.

Peristiwa ini memicu kemarahan besar komunitas ojek online dan menjadikan Affan simbol perlawanan.

Komnas HAM juga mengonfirmasi telah memeriksa tujuh anggota Brimob terkait kasus Affan. Investigasi akan diperluas untuk memastikan akuntabilitas dan keadilan bagi seluruh korban. Tragedi demonstrasi Agustus 2025 bermula dari penolakan publik terhadap tunjangan DPR sebesar Rp50 juta per bulan.

Isu tersebut kemudian meluas menjadi kritik terhadap kinerja pemerintah dan aparat. Bentrokan pun pecah di berbagai kota, dengan korban jiwa dan luka-luka yang tidak sedikit. Desakan internasional turut menguat.

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) meminta pemerintah Indonesia melakukan investigasi cepat, transparan, dan akuntabel. Gelombang protes ini menjadi catatan penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

Tragedi 10 korban jiwa sekaligus mengingatkan bahwa hak asasi manusia harus tetap dijunjung tinggi dalam penanganan aksi unjuk rasa

Komnas HAM mengungkap 10 korban jiwa dalam gelombang demonstrasi Agustus 2025. Sejumlah kasus diduga melibatkan aparat, termasuk tewasnya driver ojol Affan Kurniawan

Viva, Banyumas - Gelombang demonstrasi nasional yang terjadi pada 25–31 Agustus 2025 meninggalkan duka mendalam. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merilis daftar resmi 10 korban jiwa dari berbagai kota.

Lembaga ini juga menegaskan adanya dugaan kuat keterlibatan aparat kepolisian dalam beberapa kasus kematian. Ketua Komnas HAM, Anis Hidayah, menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan menyeluruh.

Ani hidayah dilansir dari laman Komnas HAM mengungkapkan ada indikasi kekerasan yang menyebabkan hilangnya nyawa warga sipil. Komnas HAM sedang mengumpulkan bukti, termasuk rekaman CCTV, autopsi medis, dan kesaksian saksi mata.

Daftar korban jiwa yang dirilis Komnas HAM adalah sebagai berikut:

  1. Affan Kurniawan (Jakarta): Driver ojek online, tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob.
  2. Andika Lutfi Falah (Jakarta): Korban kericuhan, diduga akibat kekerasan aparat.
  3. Rheza Sendy Pratama (Yogyakarta): Mahasiswa Universitas Amikom, meninggal diduga karena penganiayaan.
  4. Sumari (Solo): Korban bentrokan, penyebab kematian masih diselidiki
  5. Saiful Akbar (Makassar): Tewas akibat luka bakar saat gedung DPRD dibakar massa
  6. Muhammad Akbar Basri (Makassar): Korban kebakaran gedung DPRD
  7. Sarina Wati (Makassar): Pegawai DPRD, tewas setelah melompat dari gedung
  8. Rusdamdiansyah (Makassar): Warga sipil, tewas akibat serangan massa karena dituduh intelijen.
  9. Iko Juliant Junior (Semarang): Korban kericuhan, diduga akibat kekerasan aparat.
  10. Septinus Sesa (Manokwari): Tewas dalam bentrokan, penyebab kematian masih diteliti.

Kasus yang paling menyita perhatian adalah kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun. Ia tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pada 28 Agustus 2025.

Peristiwa ini memicu kemarahan besar komunitas ojek online dan menjadikan Affan simbol perlawanan.

Komnas HAM juga mengonfirmasi telah memeriksa tujuh anggota Brimob terkait kasus Affan. Investigasi akan diperluas untuk memastikan akuntabilitas dan keadilan bagi seluruh korban. Tragedi demonstrasi Agustus 2025 bermula dari penolakan publik terhadap tunjangan DPR sebesar Rp50 juta per bulan.

Isu tersebut kemudian meluas menjadi kritik terhadap kinerja pemerintah dan aparat. Bentrokan pun pecah di berbagai kota, dengan korban jiwa dan luka-luka yang tidak sedikit. Desakan internasional turut menguat.

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) meminta pemerintah Indonesia melakukan investigasi cepat, transparan, dan akuntabel. Gelombang protes ini menjadi catatan penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

Tragedi 10 korban jiwa sekaligus mengingatkan bahwa hak asasi manusia harus tetap dijunjung tinggi dalam penanganan aksi unjuk rasa