Gila! 7 Arc One Piece Ini Persis Banget Sama Kondisi Indonesia

Arc One Piece mirip dengan kondisi Indonesia
Sumber :
  • Youtube Doyan Cerita

Viva, Banyumas - One Piece bukan hanya sekadar manga dan anime tentang petualangan bajak laut. Karya Eiichiro Oda ini sering disisipi kritik sosial dan kisah yang mencerminkan realitas dunia nyata. Menariknya, ada sejumlah arc dalam One Piece yang justru terasa sangat dekat dengan kondisi di Indonesia.

Mulai dari isu politik, korupsi, hingga perjuangan rakyat melawan penindasan, semua tergambar jelas dalam cerita.

Pertama, Arc Alabasta. Dalam arc ini, kerajaan Alabasta dilanda konflik politik akibat manipulasi organisasi Baroque Works. Rakyat terpecah, sementara korupsi dan permainan elite justru semakin memperkeruh keadaan.

Gambaran ini mirip dengan kondisi Indonesia saat menghadapi isu politik yang kerap melibatkan kepentingan kelompok tertentu, hingga membuat masyarakat terbelah.

Kedua, Arc Skypiea. Konflik antara rakyat biasa dan penguasa tiran Enel menjadi cerminan kesenjangan sosial yang nyata. Rakyat tertindas oleh aturan semena-mena, sementara sang penguasa hidup berlimpah kemewahan.

Situasi ini mengingatkan pada realitas di Indonesia, di mana kesenjangan ekonomi masih menjadi persoalan utama.

Ketiga, Arc Enies Lobby. Kisah perlawanan kelompok Topi Jerami melawan pemerintah dunia demi menyelamatkan Nico Robin, melambangkan perjuangan rakyat melawan sistem hukum yang tidak adil.

Hal ini sejalan dengan isu-isu hukum di Indonesia, di mana masyarakat sering merasa tidak mendapatkan keadilan.

Keempat, Arc Dressrosa. Doflamingo memimpin dengan kekuasaan absolut, menutupi segala kebusukan dengan propaganda. Banyak pihak membandingkan hal ini dengan praktik politik di Indonesia yang terkadang sarat pencitraan, sementara masalah rakyat tidak benar-benar ditangani.

Kelima, Arc Wano. Penindasan Kaido dan Orochi terhadap rakyat Wano mencerminkan perlawanan panjang masyarakat melawan rezim tiran. Tidak sedikit yang menilai kisah ini mirip dengan perjuangan rakyat Indonesia di masa lalu ketika melawan penjajahan.

Selain itu, Keenam Arc Fishman Island juga menyinggung isu diskriminasi dan rasisme, yang sayangnya masih relevan di Indonesia. Arc ini mengajarkan tentang pentingnya kesetaraan dan penerimaan perbedaan.

Terakhir, Arc Reverie. Pertemuan para pemimpin dunia sarat dengan kepentingan politik dan lobi-lobi antarnegara. Situasi ini terasa akrab dengan dinamika geopolitik Indonesia yang harus pintar menjaga keseimbangan hubungan internasional.

Dari tujuh arc tersebut, terlihat jelas bagaimana Oda menyelipkan pesan sosial yang universal. Bagi pembaca dan penonton di Indonesia, tidak heran jika mereka merasa kisah One Piece seringkali menyentil realitas di Tanah Air

Viva, Banyumas - One Piece bukan hanya sekadar manga dan anime tentang petualangan bajak laut. Karya Eiichiro Oda ini sering disisipi kritik sosial dan kisah yang mencerminkan realitas dunia nyata. Menariknya, ada sejumlah arc dalam One Piece yang justru terasa sangat dekat dengan kondisi di Indonesia.

Mulai dari isu politik, korupsi, hingga perjuangan rakyat melawan penindasan, semua tergambar jelas dalam cerita.

Pertama, Arc Alabasta. Dalam arc ini, kerajaan Alabasta dilanda konflik politik akibat manipulasi organisasi Baroque Works. Rakyat terpecah, sementara korupsi dan permainan elite justru semakin memperkeruh keadaan.

Gambaran ini mirip dengan kondisi Indonesia saat menghadapi isu politik yang kerap melibatkan kepentingan kelompok tertentu, hingga membuat masyarakat terbelah.

Kedua, Arc Skypiea. Konflik antara rakyat biasa dan penguasa tiran Enel menjadi cerminan kesenjangan sosial yang nyata. Rakyat tertindas oleh aturan semena-mena, sementara sang penguasa hidup berlimpah kemewahan.

Situasi ini mengingatkan pada realitas di Indonesia, di mana kesenjangan ekonomi masih menjadi persoalan utama.

Ketiga, Arc Enies Lobby. Kisah perlawanan kelompok Topi Jerami melawan pemerintah dunia demi menyelamatkan Nico Robin, melambangkan perjuangan rakyat melawan sistem hukum yang tidak adil.

Hal ini sejalan dengan isu-isu hukum di Indonesia, di mana masyarakat sering merasa tidak mendapatkan keadilan.

Keempat, Arc Dressrosa. Doflamingo memimpin dengan kekuasaan absolut, menutupi segala kebusukan dengan propaganda. Banyak pihak membandingkan hal ini dengan praktik politik di Indonesia yang terkadang sarat pencitraan, sementara masalah rakyat tidak benar-benar ditangani.

Kelima, Arc Wano. Penindasan Kaido dan Orochi terhadap rakyat Wano mencerminkan perlawanan panjang masyarakat melawan rezim tiran. Tidak sedikit yang menilai kisah ini mirip dengan perjuangan rakyat Indonesia di masa lalu ketika melawan penjajahan.

Selain itu, Keenam Arc Fishman Island juga menyinggung isu diskriminasi dan rasisme, yang sayangnya masih relevan di Indonesia. Arc ini mengajarkan tentang pentingnya kesetaraan dan penerimaan perbedaan.

Terakhir, Arc Reverie. Pertemuan para pemimpin dunia sarat dengan kepentingan politik dan lobi-lobi antarnegara. Situasi ini terasa akrab dengan dinamika geopolitik Indonesia yang harus pintar menjaga keseimbangan hubungan internasional.

Dari tujuh arc tersebut, terlihat jelas bagaimana Oda menyelipkan pesan sosial yang universal. Bagi pembaca dan penonton di Indonesia, tidak heran jika mereka merasa kisah One Piece seringkali menyentil realitas di Tanah Air