Manifest 280, Terselamatkan 571! Misteri Penumpang Tambahan KM Barcelona V
- Tiktok @abdulrahmanaguu
Viva, Banyumas - Insiden yang menimpa KM Barcelona V memunculkan pertanyaan besar di tengah publik. Berdasarkan manifest resmi, kapal tersebut tercatat membawa 280 penumpang dan 15 anak buah kapal (ABK). Namun, fakta di lapangan menyebutkan bahwa jumlah korban yang berhasil dievakuasi justru mencapai 571 orang, dengan rincian 568 selamat dan 3 meninggal dunia.
Kejadian ini terjadi di perairan Sulawesi Utara dan menjadi sorotan nasional sejak akhir pekan lalu. Operasi penyelamatan yang dilakukan oleh tim gabungan SAR berlangsung dramatis dan penuh tantangan.
Hingga Senin pagi, 21 Juli 2025, proses evakuasi terus dilakukan secara intensif di berbagai titik, mulai dari Pulau Gangga, Pelabuhan Munte, Dermaga Bakamla Serei, hingga Pelabuhan Manado.
Dilansir dari Viva, Yang menjadi sorotan utama bukan hanya keberhasilan evakuasi besar-besaran itu, tetapi juga selisih mencolok antara jumlah penumpang di manifest dan jumlah korban yang berhasil diselamatkan. Dari 295 total resmi (penumpang dan ABK), jumlah korban yang ditemukan justru mencapai 571 orang.
Artinya, terdapat 276 orang penumpang yang tidak tercantum dalam manifest. Fenomena ini menimbulkan berbagai dugaan.
Apakah manifest kapal tidak diperbarui? Ataukah banyak penumpang gelap yang tidak terdaftar? Pihak Basarnas dan aparat kepolisian tengah mendalami kemungkinan tersebut. Penyelidikan dilakukan terhadap operator kapal dan pihak yang bertanggung jawab atas administrasi pelayaran.
Hingga berita ini diturunkan, 27 instansi dari berbagai bidang telah terlibat aktif dalam proses pencarian dan penyelamatan. Lembaga-lembaga tersebut termasuk Basarnas, TNI-Polri, Bakamla, Dinkes, RSUD, PMI, hingga Dompet Dhuafa.
Operasi ini juga dibantu oleh 14 armada dan alat utama, seperti KN SAR Bimasena, kapal cepat, kapal patroli Bea Cukai, rescue boat Polair, serta mobil medis dan sistem komunikasi canggih.
Meskipun tiga korban jiwa telah ditemukan, keberhasilan menyelamatkan lebih dari 500 orang di tengah keterbatasan medan dan waktu patut diapresiasi. Namun, misteri terkait data penumpang ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi otoritas pelayaran Indonesia.
Penting bagi semua pihak untuk menjadikan insiden ini sebagai bahan evaluasi menyeluruh, terutama dalam hal pendataan penumpang, pengawasan pelayaran, dan keselamatan transportasi laut. Mengingat laut adalah jalur vital bagi mobilitas masyarakat, keakuratan data manifest seharusnya menjadi hal yang tidak bisa ditawar
Viva, Banyumas - Insiden yang menimpa KM Barcelona V memunculkan pertanyaan besar di tengah publik. Berdasarkan manifest resmi, kapal tersebut tercatat membawa 280 penumpang dan 15 anak buah kapal (ABK). Namun, fakta di lapangan menyebutkan bahwa jumlah korban yang berhasil dievakuasi justru mencapai 571 orang, dengan rincian 568 selamat dan 3 meninggal dunia.
Kejadian ini terjadi di perairan Sulawesi Utara dan menjadi sorotan nasional sejak akhir pekan lalu. Operasi penyelamatan yang dilakukan oleh tim gabungan SAR berlangsung dramatis dan penuh tantangan.
Hingga Senin pagi, 21 Juli 2025, proses evakuasi terus dilakukan secara intensif di berbagai titik, mulai dari Pulau Gangga, Pelabuhan Munte, Dermaga Bakamla Serei, hingga Pelabuhan Manado.
Dilansir dari Viva, Yang menjadi sorotan utama bukan hanya keberhasilan evakuasi besar-besaran itu, tetapi juga selisih mencolok antara jumlah penumpang di manifest dan jumlah korban yang berhasil diselamatkan. Dari 295 total resmi (penumpang dan ABK), jumlah korban yang ditemukan justru mencapai 571 orang.
Artinya, terdapat 276 orang penumpang yang tidak tercantum dalam manifest. Fenomena ini menimbulkan berbagai dugaan.
Apakah manifest kapal tidak diperbarui? Ataukah banyak penumpang gelap yang tidak terdaftar? Pihak Basarnas dan aparat kepolisian tengah mendalami kemungkinan tersebut. Penyelidikan dilakukan terhadap operator kapal dan pihak yang bertanggung jawab atas administrasi pelayaran.
Hingga berita ini diturunkan, 27 instansi dari berbagai bidang telah terlibat aktif dalam proses pencarian dan penyelamatan. Lembaga-lembaga tersebut termasuk Basarnas, TNI-Polri, Bakamla, Dinkes, RSUD, PMI, hingga Dompet Dhuafa.
Operasi ini juga dibantu oleh 14 armada dan alat utama, seperti KN SAR Bimasena, kapal cepat, kapal patroli Bea Cukai, rescue boat Polair, serta mobil medis dan sistem komunikasi canggih.
Meskipun tiga korban jiwa telah ditemukan, keberhasilan menyelamatkan lebih dari 500 orang di tengah keterbatasan medan dan waktu patut diapresiasi. Namun, misteri terkait data penumpang ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi otoritas pelayaran Indonesia.
Penting bagi semua pihak untuk menjadikan insiden ini sebagai bahan evaluasi menyeluruh, terutama dalam hal pendataan penumpang, pengawasan pelayaran, dan keselamatan transportasi laut. Mengingat laut adalah jalur vital bagi mobilitas masyarakat, keakuratan data manifest seharusnya menjadi hal yang tidak bisa ditawar