Donald Trump Ancam Rusia: Damai 50 Hari atau Kena Tarif 100 Persen!

Trump beri ultimatum keras untuk Rusia soal Ukraina
Sumber :
  • instagram @whitehouse

Viva, Banyumas - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang dunia internasional dengan pernyataan tegasnya terhadap Rusia. Dalam pertemuan resmi dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte di Gedung Putih, Trump mengeluarkan ultimatum keras kepada Moskow terkait konflik berkepanjangan di Ukraina. Trump menegaskan bahwa Rusia harus menyepakati gencatan senjata dan menyelesaikan konflik Ukraina dalam waktu 50 hari.

Jika tidak, AS akan memberlakukan tarif sebesar 100 persen atas seluruh produk ekspor Rusia dan menerapkan sanksi sekunder yang menyasar negara atau entitas yang tetap menjalin kerja sama ekonomi dengan Moskow.

Langkah ini terutama akan difokuskan pada sektor energi, termasuk pembatasan ekspor minyak mentah Rusia, yang selama ini menjadi sumber utama pendapatan ekonomi negeri Beruang Merah.

Trump menganggap tekanan ekonomi sebagai alat paling efektif untuk memaksa Kremlin kembali ke meja perundingan. Dikutip dari laman Reuters, Ancaman ini muncul di tengah situasi geopolitik yang kian memanas menjelang pemilu di AS.

Trump ingin menunjukkan sikap tegas terhadap negara-negara yang dianggap membahayakan stabilitas global, sembari memperkuat posisi Amerika sebagai pemimpin dunia yang tak bisa diabaikan.

Respons dari pihak Rusia tak kalah menarik. Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyebut ancaman Trump sebagai “ultimatum teatrikal.”

Ia menyatakan bahwa Rusia tidak gentar dengan sanksi tambahan dan menyebut tekanan semacam itu sudah menjadi “makanan sehari-hari” bagi negaranya. Pernyataan Medvedev tersebut menjadi tanggapan resmi pertama dari Moskow pasca-ultimatum Trump.

Namun hingga kini, belum ada pernyataan langsung dari Presiden Vladimir Putin atau Juru Bicara Kremlin. Pengamat politik internasional menilai bahwa ancaman tarif 100 persen dari Trump bisa memicu reaksi berantai dalam sistem perdagangan global.

Negara-negara mitra Rusia juga terancam terkena imbas dari sanksi sekunder yang digulirkan AS, jika mereka tak segera menghentikan kerja sama. Langkah Trump ini juga dinilai berisiko tinggi secara ekonomi, namun strategis secara politik.

Dengan menjadikan isu Ukraina sebagai panggung konfrontasi global, Trump tampaknya ingin menarik simpati publik internasional sekaligus pemilih domestik menjelang Pilpres AS 2026.

Apakah ultimatum Trump akan berhasil menekan Rusia untuk menyudahi perang di Ukraina, atau justru memperkeruh konflik? Jawabannya akan terungkap dalam 50 hari ke depan — masa yang kini menjadi sorotan dunia

Viva, Banyumas - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang dunia internasional dengan pernyataan tegasnya terhadap Rusia. Dalam pertemuan resmi dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte di Gedung Putih, Trump mengeluarkan ultimatum keras kepada Moskow terkait konflik berkepanjangan di Ukraina. Trump menegaskan bahwa Rusia harus menyepakati gencatan senjata dan menyelesaikan konflik Ukraina dalam waktu 50 hari.

Jika tidak, AS akan memberlakukan tarif sebesar 100 persen atas seluruh produk ekspor Rusia dan menerapkan sanksi sekunder yang menyasar negara atau entitas yang tetap menjalin kerja sama ekonomi dengan Moskow.

Langkah ini terutama akan difokuskan pada sektor energi, termasuk pembatasan ekspor minyak mentah Rusia, yang selama ini menjadi sumber utama pendapatan ekonomi negeri Beruang Merah.

Trump menganggap tekanan ekonomi sebagai alat paling efektif untuk memaksa Kremlin kembali ke meja perundingan. Dikutip dari laman Reuters, Ancaman ini muncul di tengah situasi geopolitik yang kian memanas menjelang pemilu di AS.

Trump ingin menunjukkan sikap tegas terhadap negara-negara yang dianggap membahayakan stabilitas global, sembari memperkuat posisi Amerika sebagai pemimpin dunia yang tak bisa diabaikan.

Respons dari pihak Rusia tak kalah menarik. Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyebut ancaman Trump sebagai “ultimatum teatrikal.”

Ia menyatakan bahwa Rusia tidak gentar dengan sanksi tambahan dan menyebut tekanan semacam itu sudah menjadi “makanan sehari-hari” bagi negaranya. Pernyataan Medvedev tersebut menjadi tanggapan resmi pertama dari Moskow pasca-ultimatum Trump.

Namun hingga kini, belum ada pernyataan langsung dari Presiden Vladimir Putin atau Juru Bicara Kremlin. Pengamat politik internasional menilai bahwa ancaman tarif 100 persen dari Trump bisa memicu reaksi berantai dalam sistem perdagangan global.

Negara-negara mitra Rusia juga terancam terkena imbas dari sanksi sekunder yang digulirkan AS, jika mereka tak segera menghentikan kerja sama. Langkah Trump ini juga dinilai berisiko tinggi secara ekonomi, namun strategis secara politik.

Dengan menjadikan isu Ukraina sebagai panggung konfrontasi global, Trump tampaknya ingin menarik simpati publik internasional sekaligus pemilih domestik menjelang Pilpres AS 2026.

Apakah ultimatum Trump akan berhasil menekan Rusia untuk menyudahi perang di Ukraina, atau justru memperkeruh konflik? Jawabannya akan terungkap dalam 50 hari ke depan — masa yang kini menjadi sorotan dunia