Ekspor Blora Rp13 Miliar vs Grobogan Sudah Rp5,3 T: Kesenjangan Nilai Ekspor 2 Kabupaten Bertetangga
- pexel @cottonbro
Viva, Banyumas - Kinerja ekspor 2 kabupaten bertetangga di Jawa Tengah menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Kabupaten Grobogan dilaman resminya mencatat nilai ekspor fantastis sebesar Rp5,3 triliun pada tahun 2024, sementara Kabupaten Blora yang dilansir dari laman Pemkab Blora hanya mampu mencatat Rp13,06 miliar dalam triwulan pertama tahun 2025.
Perbedaan nilai ekspor antara Blora dan Grobogan yang merupakan 2 daerah yang bertetangga ini tidak hanya menggambarkan kesenjangan angka, tetapi juga menunjukkan perbedaan strategi dan kekuatan komoditas unggulan dari masing-masing daerah.
Dari sisi Blora, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Dindagkop UKM), Kiswoyo, melalui Kabid Perdagangan Siti Mas’amah, mengungkapkan bahwa nilai ekspor Blora setara dengan 795.809 dolar AS dalam tiga bulan pertama 2025.
Tiga komoditas utama penyumbang ekspor Blora adalah:
- Briket arang dari batok kelapa
- Olahan daun kelor
- Mebel berbahan kayu jati
Produk-Produk dari Blora ini telah berhasil menembus pasar luar negeri, termasuk ke Malaysia, Lebanon, Amerika Serikat, India, Eropa, hingga Timur Tengah. Meski pasarnya cukup luas, volume dan nilai ekspor masih tergolong rendah dibanding daerah tetangga.
Sementara itu, Grobogan dikutip dari Pemkab Grobogan menunjukkan performa luar biasa. Kepala Disperindag Grobogan, Pradana Setyawan (akrab disapa Danis), menyatakan bahwa nilai ekspor terbesar berasal dari
- industri tas, yang menyumbang sekitar Rp4,18 triliun, Komoditas tas ini berhasil menembus lebih dari 40 negara, termasuk Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, AS, India, hingga Afrika Selatan.
- Pakaian jadi (garment) sebesar Rp921 miliar
- Sarung tangan sebesar Rp151 miliar
- Produk profil moulding (interior kayu) sebesar Rp52 miliar
- Briket arang kelapa sebesar Rp42 miliar
Keberhasilan Grobogan tidak lepas dari keberadaan industri manufaktur yang kuat, jaringan ekspor yang luas, dan diversifikasi produk yang berdaya saing tinggi. Grobogan juga dikenal sebagai salah satu lumbung pangan dan pusat industri tekstil dan kerajinan tangan di Jawa Tengah.
Sementara Blora masih mengandalkan sektor pertanian dan kerajinan lokal yang produksinya terbatas, baik dari sisi skala maupun infrastruktur industri.
Perbedaan angka ekspor ini menjadi cermin penting bagi strategi pembangunan ekonomi daerah.
Diperlukan dukungan nyata dari pemerintah daerah dan pusat untuk memperkuat UMKM, industri hilir, dan akses pasar ekspor Blora, agar tidak tertinggal terlalu jauh dari kabupaten tetangganya
Viva, Banyumas - Kinerja ekspor 2 kabupaten bertetangga di Jawa Tengah menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Kabupaten Grobogan dilaman resminya mencatat nilai ekspor fantastis sebesar Rp5,3 triliun pada tahun 2024, sementara Kabupaten Blora yang dilansir dari laman Pemkab Blora hanya mampu mencatat Rp13,06 miliar dalam triwulan pertama tahun 2025.
Perbedaan nilai ekspor antara Blora dan Grobogan yang merupakan 2 daerah yang bertetangga ini tidak hanya menggambarkan kesenjangan angka, tetapi juga menunjukkan perbedaan strategi dan kekuatan komoditas unggulan dari masing-masing daerah.
Dari sisi Blora, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Dindagkop UKM), Kiswoyo, melalui Kabid Perdagangan Siti Mas’amah, mengungkapkan bahwa nilai ekspor Blora setara dengan 795.809 dolar AS dalam tiga bulan pertama 2025.
Tiga komoditas utama penyumbang ekspor Blora adalah:
- Briket arang dari batok kelapa
- Olahan daun kelor
- Mebel berbahan kayu jati
Produk-Produk dari Blora ini telah berhasil menembus pasar luar negeri, termasuk ke Malaysia, Lebanon, Amerika Serikat, India, Eropa, hingga Timur Tengah. Meski pasarnya cukup luas, volume dan nilai ekspor masih tergolong rendah dibanding daerah tetangga.
Sementara itu, Grobogan dikutip dari Pemkab Grobogan menunjukkan performa luar biasa. Kepala Disperindag Grobogan, Pradana Setyawan (akrab disapa Danis), menyatakan bahwa nilai ekspor terbesar berasal dari
- industri tas, yang menyumbang sekitar Rp4,18 triliun, Komoditas tas ini berhasil menembus lebih dari 40 negara, termasuk Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, AS, India, hingga Afrika Selatan.
- Pakaian jadi (garment) sebesar Rp921 miliar
- Sarung tangan sebesar Rp151 miliar
- Produk profil moulding (interior kayu) sebesar Rp52 miliar
- Briket arang kelapa sebesar Rp42 miliar
Keberhasilan Grobogan tidak lepas dari keberadaan industri manufaktur yang kuat, jaringan ekspor yang luas, dan diversifikasi produk yang berdaya saing tinggi. Grobogan juga dikenal sebagai salah satu lumbung pangan dan pusat industri tekstil dan kerajinan tangan di Jawa Tengah.
Sementara Blora masih mengandalkan sektor pertanian dan kerajinan lokal yang produksinya terbatas, baik dari sisi skala maupun infrastruktur industri.
Perbedaan angka ekspor ini menjadi cermin penting bagi strategi pembangunan ekonomi daerah.
Diperlukan dukungan nyata dari pemerintah daerah dan pusat untuk memperkuat UMKM, industri hilir, dan akses pasar ekspor Blora, agar tidak tertinggal terlalu jauh dari kabupaten tetangganya