Siswa SD di Widarapayung Cilacap Depresi Hingga Meninggal Usai Dibully, Kepsek Dipanggil Dewan

Bully Siswa SD di Cilacap Korban Alami Depres
Sumber :
  • facebook @davalestary

Viva, Banyumas - Kasus dugaan perundungan atau bullying di lingkungan sekolah dasar swasta di Desa Widarapayung Kulon, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memicu keprihatinan publik.

Dalam kabar yang beredar luas melalui media sosial, seorang siswa berkebutuhan khusus dilaporkan menjadi korban perundungan berulang hingga akhirnya depresi dan meninggal dunia karena sakit yang diduga diperparah tekanan psikis.

Peristiwa siswa SD yang juga anak berkebutuhan khusus ini dibully di Widarapayung Cilacap ini viral setelah diunggah akun Facebook yang menceritakan kronologi penderitaan korban.

Unggahan itu memicu simpati dan kemarahan netizen yang menuntut pihak sekolah bertanggung jawab. Salah satu staf yang enggan disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa kepala sekolah sedang memenuhi panggilan di DPRD Kabupaten Cilacap.

Dikutip dari akun Instagram @info_cilacap.id, Salah satu staf SD di Widarapayung mengatakan Kepala Sekolah sedang ke Cilacap untuk dimintai keterangan anggota dewan terkait kasus ini.

Sumber yang dipercaya menyebutkan telah diadakan mediasi antara pihak keluarga korban, pihak sekolah, pengawas sekolah dari Kementerian Agama, dan saksi lain. Namun proses mediasi belum mencapai kesepakatan karena keluarga korban masih dalam masa berkabung.

Salah satu sumber mengatakan Sudah ada upaya mediasi dan ada niat damai, tapi keluarga masih berduka jadi proses ini mandek dulu. Diketahui, peristiwa tragis tersebut terjadi pada Senin (30/6/2025).

Korban dikabarkan mengalami depresi berat sebelum akhirnya meninggal dunia. Sementara itu, pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi ke publik.

Kasus ini memicu diskusi luas tentang perlindungan anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah, serta pentingnya pengawasan ketat terhadap praktik perundungan yang sering luput dari pantauan.

Pihak berwenang mengimbau masyarakat tidak berspekulasi sebelum hasil penyelidikan resmi diumumkan. Namun, banyak pihak menekankan perlunya sanksi tegas dan evaluasi mendalam terhadap tata kelola sekolah agar kasus serupa tidak terulang

Viva, Banyumas - Kasus dugaan perundungan atau bullying di lingkungan sekolah dasar swasta di Desa Widarapayung Kulon, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memicu keprihatinan publik.

Dalam kabar yang beredar luas melalui media sosial, seorang siswa berkebutuhan khusus dilaporkan menjadi korban perundungan berulang hingga akhirnya depresi dan meninggal dunia karena sakit yang diduga diperparah tekanan psikis.

Peristiwa siswa SD yang juga anak berkebutuhan khusus ini dibully di Widarapayung Cilacap ini viral setelah diunggah akun Facebook yang menceritakan kronologi penderitaan korban.

Unggahan itu memicu simpati dan kemarahan netizen yang menuntut pihak sekolah bertanggung jawab. Salah satu staf yang enggan disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa kepala sekolah sedang memenuhi panggilan di DPRD Kabupaten Cilacap.

Dikutip dari akun Instagram @info_cilacap.id, Salah satu staf SD di Widarapayung mengatakan Kepala Sekolah sedang ke Cilacap untuk dimintai keterangan anggota dewan terkait kasus ini.

Sumber yang dipercaya menyebutkan telah diadakan mediasi antara pihak keluarga korban, pihak sekolah, pengawas sekolah dari Kementerian Agama, dan saksi lain. Namun proses mediasi belum mencapai kesepakatan karena keluarga korban masih dalam masa berkabung.

Salah satu sumber mengatakan Sudah ada upaya mediasi dan ada niat damai, tapi keluarga masih berduka jadi proses ini mandek dulu. Diketahui, peristiwa tragis tersebut terjadi pada Senin (30/6/2025).

Korban dikabarkan mengalami depresi berat sebelum akhirnya meninggal dunia. Sementara itu, pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi ke publik.

Kasus ini memicu diskusi luas tentang perlindungan anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah, serta pentingnya pengawasan ketat terhadap praktik perundungan yang sering luput dari pantauan.

Pihak berwenang mengimbau masyarakat tidak berspekulasi sebelum hasil penyelidikan resmi diumumkan. Namun, banyak pihak menekankan perlunya sanksi tegas dan evaluasi mendalam terhadap tata kelola sekolah agar kasus serupa tidak terulang