Polri Libatkan FBI! Siapa di Balik Ancaman Bom ke Pesawat Jamaah Haji?

Polri Libatkan FBI Terkait Ancaman Bom Pesawat Haji
Sumber :
  • instagram @divisihumaspolri

Viva, Banyumas - Polri mengambil langkah tegas dengan melibatkan FBI guna mengusut tuntas kasus ancaman bom terhadap pesawat Saudi Airlines yang membawa jamaah haji. Ancaman tersebut disampaikan melalui surat elektronik misterius, sehingga Polri merasa perlu libatkan otoritas internasional seperti FBI untuk melacak jejak digital pelaku.

Pesawat yang diancam merupakan bagian dari rombongan haji yang sedang menjalankan ibadah ke Tanah Suci. Hasil penyelidikan awal menunjukkan adanya ketidaksesuaian identitas antara pengirim dan alamat email yang digunakan untuk menyampaikan ancaman bom ke pesawat jamaah haji tersebut.

Karena itu, Polri secara resmi libatkan FBI dalam pendalaman lebih lanjut. Keterlibatan lembaga investigasi Amerika itu diharapkan dapat mengungkap siapa sebenarnya pengirim ancaman terhadap keamanan pesawat tersebut. Sambil terus mengembangkan penyidikan, Polri juga tengah memastikan apakah ancaman bom ini berasal dari dalam atau luar negeri.

Dalam upaya itu, pihaknya libatkan FBI sebagai mitra internasional yang punya kapasitas dalam penelusuran digital lintas negara. Fokus utama adalah menjaga keselamatan jamaah haji dan mencegah terulangnya ancaman terhadap pesawat di masa mendatang.

Dilansir dari Viva, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa koordinasi dengan FBI telah dilakukan demi memastikan keaslian dan jejak digital dari email ancaman yang diterima.

Langkah ini dinilai penting mengingat konteks internasional dari maskapai dan lokasi pengiriman email yang masih belum jelas. Pesawat SV-5276 sendiri diketahui berangkat dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji dan membawa penumpang dari Indonesia menuju Arab Saudi.

Dari hasil penelusuran sementara, polisi menemukan adanya kejanggalan antara nama pengirim dan alamat email yang digunakan. Menurut Kapolri, terdapat ketidaksesuaian antara identitas yang tertera dengan data sebenarnya dari pemilik akun email. Hal ini memunculkan dugaan bahwa pelaku sengaja menggunakan alamat palsu atau teknik pemalsuan identitas digital.