Terungkap! Identitas Korban Mutilasi Sungai Batang Anai: Berawal dari Pinjaman Rp3,5 Juta

Tersangka Mutilasi di Batang Anai Tertangkap
Sumber :
  • instagram @polres_padangpariaman

Viva, Banyumas - Kasus mutilasi yang terjadi di aliran Sungai Batang Anai, Padang Pariaman, akhirnya mulai menemui titik terang setelah polisi berhasil mengungkap identitas korban. Korban mutilasi tersebut diketahui berinisial SA (23), seorang pemuda asal Lubuk Alung yang selama ini tinggal dan bekerja di Kota Padang.

Identitas korban terkonfirmasi setelah orang tuanya datang ke RS Bhayangkara dan mengenali jasad anaknya dari ciri fisik yang masih dapat dikenali. Peristiwa mutilasi yang menimpa SA diduga kuat berawal dari masalah pinjaman uang sebesar Rp3,5 juta kepada seseorang yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

Pinjaman tersebut sempat dijanjikan akan dibayar dalam waktu tertentu, namun tidak kunjung dilunasi oleh korban. Akibat kegagalan membayar utang tersebut, pelaku nekat melakukan aksi keji dengan membunuh dan memutilasi korban sebelum membuang potongan tubuhnya ke Sungai Batang Anai.

Hingga saat ini, aparat kepolisian masih terus mendalami latar belakang pinjaman Rp3,5 juta yang menjadi pemicu utama pembunuhan dan mutilasi terhadap SA. Di lokasi terpisah sepanjang Sungai Batang Anai, polisi juga menemukan potongan tubuh lainnya yang diduga berasal dari korban yang sama.

Pengungkapan identitas korban menjadi kunci penting dalam mengurai benang kusut kasus mutilasi ini serta menelusuri kemungkinan korban lainnya yang memiliki hubungan dengan pelaku.

Pengungkapan identitas SA dilakukan setelah orang tuanya datang ke RS Bhayangkara Padang dan memastikan jasad tersebut adalah anak mereka.

"Identitas korban diketahui setelah orangtuanya mengenali ciri fisik korban," ungkap Kapolsek Batang Anai, Iptu Wardandi, kepada wartawan.

Potongan tubuh SA pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan yang tengah membersihkan kapalnya. Saat itu, nelayan melihat benda mencurigakan di pinggiran aliran sungai yang ternyata adalah bagian tubuh manusia.

Sehari kemudian, potongan tubuh lainnya berupa kepala, kaki, dan tangan ditemukan di lokasi terpisah. Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa SA menjadi korban pembunuhan akibat masalah utang piutang sebesar Rp3,5 juta.

Uang itu dipinjam SA dari tersangka berinisial SJ, namun tidak kunjung dikembalikan sesuai perjanjian.

Polisi menduga kemarahan pelaku atas utang yang tak dilunasi menjadi motif utama pembunuhan keji tersebut.

“Korban menjanjikan akan membayar dalam waktu tertentu, namun tak kunjung melunasi. Hal ini memicu emosi pelaku hingga nekat menghabisi korban,” jelas Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir yang dilansir dari laman Instagram Polres Padang Pariaman pada 19 Juni 2025.

Selain SA, dua korban lainnya juga ditemukan dalam kasus yang sama, diduga sudah dibunuh sejak tahun lalu dan dikubur di dalam sumur tua dekat rumah pelaku.

Polisi bersama BPBD saat ini masih melakukan penggalian sumur tua tersebut untuk mengevakuasi jenazah lainnya. Kasus mutilasi ini menjadi perhatian besar masyarakat karena keterkaitannya dengan kasus orang hilang tahun 2024.

Polisi terus mendalami keterlibatan pelaku lain dan mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap keseluruhan jaringan dan motif sebenarnya

Viva, Banyumas - Kasus mutilasi yang terjadi di aliran Sungai Batang Anai, Padang Pariaman, akhirnya mulai menemui titik terang setelah polisi berhasil mengungkap identitas korban. Korban mutilasi tersebut diketahui berinisial SA (23), seorang pemuda asal Lubuk Alung yang selama ini tinggal dan bekerja di Kota Padang.

Identitas korban terkonfirmasi setelah orang tuanya datang ke RS Bhayangkara dan mengenali jasad anaknya dari ciri fisik yang masih dapat dikenali. Peristiwa mutilasi yang menimpa SA diduga kuat berawal dari masalah pinjaman uang sebesar Rp3,5 juta kepada seseorang yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

Pinjaman tersebut sempat dijanjikan akan dibayar dalam waktu tertentu, namun tidak kunjung dilunasi oleh korban. Akibat kegagalan membayar utang tersebut, pelaku nekat melakukan aksi keji dengan membunuh dan memutilasi korban sebelum membuang potongan tubuhnya ke Sungai Batang Anai.

Hingga saat ini, aparat kepolisian masih terus mendalami latar belakang pinjaman Rp3,5 juta yang menjadi pemicu utama pembunuhan dan mutilasi terhadap SA. Di lokasi terpisah sepanjang Sungai Batang Anai, polisi juga menemukan potongan tubuh lainnya yang diduga berasal dari korban yang sama.

Pengungkapan identitas korban menjadi kunci penting dalam mengurai benang kusut kasus mutilasi ini serta menelusuri kemungkinan korban lainnya yang memiliki hubungan dengan pelaku.

Pengungkapan identitas SA dilakukan setelah orang tuanya datang ke RS Bhayangkara Padang dan memastikan jasad tersebut adalah anak mereka.

"Identitas korban diketahui setelah orangtuanya mengenali ciri fisik korban," ungkap Kapolsek Batang Anai, Iptu Wardandi, kepada wartawan.

Potongan tubuh SA pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan yang tengah membersihkan kapalnya. Saat itu, nelayan melihat benda mencurigakan di pinggiran aliran sungai yang ternyata adalah bagian tubuh manusia.

Sehari kemudian, potongan tubuh lainnya berupa kepala, kaki, dan tangan ditemukan di lokasi terpisah. Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa SA menjadi korban pembunuhan akibat masalah utang piutang sebesar Rp3,5 juta.

Uang itu dipinjam SA dari tersangka berinisial SJ, namun tidak kunjung dikembalikan sesuai perjanjian.

Polisi menduga kemarahan pelaku atas utang yang tak dilunasi menjadi motif utama pembunuhan keji tersebut.

“Korban menjanjikan akan membayar dalam waktu tertentu, namun tak kunjung melunasi. Hal ini memicu emosi pelaku hingga nekat menghabisi korban,” jelas Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir yang dilansir dari laman Instagram Polres Padang Pariaman pada 19 Juni 2025.

Selain SA, dua korban lainnya juga ditemukan dalam kasus yang sama, diduga sudah dibunuh sejak tahun lalu dan dikubur di dalam sumur tua dekat rumah pelaku.

Polisi bersama BPBD saat ini masih melakukan penggalian sumur tua tersebut untuk mengevakuasi jenazah lainnya. Kasus mutilasi ini menjadi perhatian besar masyarakat karena keterkaitannya dengan kasus orang hilang tahun 2024.

Polisi terus mendalami keterlibatan pelaku lain dan mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap keseluruhan jaringan dan motif sebenarnya