Geger! Anak ASN Diduga Masuk Jalur Afirmasi di SMAN 1 Klaten, Sistem SPMB Dipertanyakan
- pexel @diana
Viva, Banyumas - Dugaan keterlibatan anak ASN dalam penerimaan siswa baru melalui jalur afirmasi di SMAN 1 Klaten menimbulkan polemik di masyarakat. Calon siswa tersebut diketahui berdomisili di Kalurahan Gergunung, Kecamatan Klaten Utara. Informasi ini segera menyebar luas dan menuai berbagai reaksi dari warga serta orang tua murid lainnya yang merasa sistem rekrutmen siswa tak lagi sesuai sasaran.
Banyak pihak menyoroti kejanggalan karena jalur afirmasi seharusnya ditujukan bagi siswa dari keluarga tidak mampu, penyandang disabilitas, atau anak panti asuhan, bukan anak ASN.
Temuan ini membuat warga mempertanyakan keakuratan data yang digunakan dalam proses seleksi dan menilai bahwa sistem SPMB SMAN 1 Klaten perlu dievaluasi secara menyeluruh untuk memastikan keadilan dalam akses pendidikan.
Karena itu, desakan agar dilakukan verifikasi faktual terhadap peserta jalur afirmasi semakin menguat.
Kasus dugaan lolosnya anak ASN di SMAN 1 Klaten memunculkan pertanyaan serius tentang transparansi dan pengawasan dalam sistem SPMB yang saat ini dijalankan. Masyarakat berharap pihak sekolah dan dinas pendidikan segera mengambil tindakan agar kuota afirmasi benar-benar dinikmati oleh mereka yang berhak.
Abdul Muslih, salah satu orang tua calon siswa sekaligus pemantau pendidikan, menyampaikan bahwa dirinya mendapat informasi mengenai seorang anak aparatur sipil negara (ASN) yang berhasil masuk lewat jalur afirmasi.
Jalur afirmasi sendiri dikenal sebagai kuota khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, penyandang disabilitas, atau anak panti asuhan. Dilansir dari laman Instagram @klaten_24jam, Muslih mengungkapkan Awalnya ia kira hoaks, tapi setelah ia cek langsung ke jurnal SPMB, ternyata nama siswa tersebut benar ada di jalur afirmasi.
Ia juga mencoba konfirmasi ke kantor Kalurahan dan ternyata betul, ayahnya ASN dan juga dosen. Menurut penuturan warga, pihak kelurahan juga telah melakukan pengecekan langsung ke rumah siswa di Gergunung.
Tetangga sekitar bahkan mengakui bahwa ayah siswa tersebut adalah ASN aktif, bahkan kerap mengajar di beberapa perguruan tinggi.
Kondisi ini membuat banyak pihak bertanya-tanya, bagaimana anak dari kalangan ASN bisa lolos melalui jalur afirmasi yang notabene untuk warga kurang mampu. Muslih berharap, panitia SPMB SMAN 1 Klaten segera melakukan verifikasi faktual agar sistem penerimaan siswa benar-benar adil.
Muslih lebih lanjut menegaskan Hari ini hari terakhir pendaftaran, masih ada waktu untuk periksa ulang, terutama untuk jalur domisili dan afirmasi.
Ini penting agar tidak ada yang disalahgunakan. Sesuai SK Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor 400.3/06498, jalur afirmasi diperuntukkan bagi calon siswa dari keluarga ekonomi tidak mampu, anak panti, atau disabilitas.
Jika benar ada penyalahgunaan, transparansi sistem SPMB harus dievaluasi secara menyeluruh.
Kasus ini menambah panjang daftar kritik terhadap proses PPDB di berbagai wilayah, yang seringkali dibayangi dugaan manipulasi kuota dan data. SMAN 1 Klaten pun diharapkan segera memberikan klarifikasi kepada publik
Viva, Banyumas - Dugaan keterlibatan anak ASN dalam penerimaan siswa baru melalui jalur afirmasi di SMAN 1 Klaten menimbulkan polemik di masyarakat. Calon siswa tersebut diketahui berdomisili di Kalurahan Gergunung, Kecamatan Klaten Utara. Informasi ini segera menyebar luas dan menuai berbagai reaksi dari warga serta orang tua murid lainnya yang merasa sistem rekrutmen siswa tak lagi sesuai sasaran.
Banyak pihak menyoroti kejanggalan karena jalur afirmasi seharusnya ditujukan bagi siswa dari keluarga tidak mampu, penyandang disabilitas, atau anak panti asuhan, bukan anak ASN.
Temuan ini membuat warga mempertanyakan keakuratan data yang digunakan dalam proses seleksi dan menilai bahwa sistem SPMB SMAN 1 Klaten perlu dievaluasi secara menyeluruh untuk memastikan keadilan dalam akses pendidikan.
Karena itu, desakan agar dilakukan verifikasi faktual terhadap peserta jalur afirmasi semakin menguat.
Kasus dugaan lolosnya anak ASN di SMAN 1 Klaten memunculkan pertanyaan serius tentang transparansi dan pengawasan dalam sistem SPMB yang saat ini dijalankan. Masyarakat berharap pihak sekolah dan dinas pendidikan segera mengambil tindakan agar kuota afirmasi benar-benar dinikmati oleh mereka yang berhak.
Abdul Muslih, salah satu orang tua calon siswa sekaligus pemantau pendidikan, menyampaikan bahwa dirinya mendapat informasi mengenai seorang anak aparatur sipil negara (ASN) yang berhasil masuk lewat jalur afirmasi.
Jalur afirmasi sendiri dikenal sebagai kuota khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, penyandang disabilitas, atau anak panti asuhan. Dilansir dari laman Instagram @klaten_24jam, Muslih mengungkapkan Awalnya ia kira hoaks, tapi setelah ia cek langsung ke jurnal SPMB, ternyata nama siswa tersebut benar ada di jalur afirmasi.
Ia juga mencoba konfirmasi ke kantor Kalurahan dan ternyata betul, ayahnya ASN dan juga dosen. Menurut penuturan warga, pihak kelurahan juga telah melakukan pengecekan langsung ke rumah siswa di Gergunung.
Tetangga sekitar bahkan mengakui bahwa ayah siswa tersebut adalah ASN aktif, bahkan kerap mengajar di beberapa perguruan tinggi.
Kondisi ini membuat banyak pihak bertanya-tanya, bagaimana anak dari kalangan ASN bisa lolos melalui jalur afirmasi yang notabene untuk warga kurang mampu. Muslih berharap, panitia SPMB SMAN 1 Klaten segera melakukan verifikasi faktual agar sistem penerimaan siswa benar-benar adil.
Muslih lebih lanjut menegaskan Hari ini hari terakhir pendaftaran, masih ada waktu untuk periksa ulang, terutama untuk jalur domisili dan afirmasi.
Ini penting agar tidak ada yang disalahgunakan. Sesuai SK Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor 400.3/06498, jalur afirmasi diperuntukkan bagi calon siswa dari keluarga ekonomi tidak mampu, anak panti, atau disabilitas.
Jika benar ada penyalahgunaan, transparansi sistem SPMB harus dievaluasi secara menyeluruh.
Kasus ini menambah panjang daftar kritik terhadap proses PPDB di berbagai wilayah, yang seringkali dibayangi dugaan manipulasi kuota dan data. SMAN 1 Klaten pun diharapkan segera memberikan klarifikasi kepada publik