Pilu di Kuansing: Bayi 2 Tahun Tewas Disiksa Pengasuhnya, Aksi Kejam Direkam Sambil Tertawa

Tersangka Pembunuh Bayi 2 Tahun di Kuansing Riau
Sumber :
  • instagram @humaspolreskuansing

Viva, Banyumas - Tragedi memilukan kembali mengguncang Kuansing, Riau, setelah seorang bayi 2 tahun tewas akibat disiksa secara keji oleh pengasuhnya sendiri, sepasang suami istri. Aksi brutal yang dilakukan terhadap balita tersebut menjadi sorotan luas karena direkam oleh salah satu pelaku sambil tertawa, tanpa sedikit pun rasa empati.

Fakta kekerasan ini terungkap lewat hasil pemeriksaan medis yang menunjukkan bekas luka akibat penyiksaan sistematis. Bayi 2 tahun itu sebelumnya dititipkan sang ibu kepada pengasuhnya di Kuansing dengan harapan dirawat baik, namun justru tewas secara mengenaskan. Setiap kali menangis, korban disiksa tanpa ampun, bahkan aksi sadis itu direkam dan disaksikan dengan tertawa oleh pelaku.

Bukti rekaman tersebut memperkuat dugaan bahwa kematian balita ini bukan kecelakaan, melainkan akibat penganiayaan serius oleh pengasuhnya. Kematian bayi 2 tahun ini menambah daftar panjang kekerasan anak di Kuansing, dengan kondisi yang memilukan: disiksa secara rutin, direkam sambil tertawa, dan akhirnya tewas dalam kondisi mengenaskan.

Pengasuhnya yang seharusnya memberi perlindungan justru menjadi pelaku utama. Tragedi ini menjadi pengingat penting bahwa pengawasan terhadap pengasuh harus lebih ketat agar tidak terjadi lagi kekejaman serupa terhadap anak-anak.

Dilansir dari akun Intagram Humas Polres Kuansing, Balita malang tersebut awalnya dititipkan oleh ibunya, IS (21), kepada temannya YP (24), yang tinggal bersama suaminya AYS (28).

Penitipan ini dilakukan pada Jumat (23/5/2025), dengan alasan agar YP yang belum memiliki anak bisa merasa seperti orang tua.

Namun, keputusan ini berujung petaka. Pada Selasa (10/6/2025), AYS menghubungi IS dan mengabarkan bahwa anaknya mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang dirawat di RSUD Teluk Kuantan. Korban hanya bertahan satu malam di rumah sakit.

Keesokan harinya, Rabu (11/6/2025) pukul 16.00 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia. Namun, kecurigaan muncul setelah hasil visum dan autopsi menunjukkan adanya luka akibat kekerasan fisik.

Penyelidikan mengungkap fakta mengerikan bahwa setiap kali korban menangis atau rewel, kedua pelaku kerap menampar, mencubit, dan memukul tubuh mungil korban.

Bahkan, tangan, kaki, dan mulut korban diikat menggunakan lakban. Lebih sadis lagi, saat aksi penyiksaan berlangsung, YP justru merekam kejadian tersebut sambil tertawa.

Video tersebut menjadi bukti kuat dalam pengungkapan kasus. Tidak hanya melakukan kekerasan fisik, keduanya juga menunjukkan sikap tidak berperikemanusiaan terhadap bayi yang tidak berdaya.

Kejadian ini menambah daftar panjang kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Warga Kuansing dan netizen pun mengecam keras tindakan pelaku, menuntut hukuman seberat-beratnya atas perbuatan tak berperikemanusiaan itu.

Saat ini, kedua tersangka telah diamankan oleh pihak kepolisian dan tengah menjalani proses hukum. Kasus tragis ini menjadi pengingat penting bagi seluruh orang tua untuk lebih berhati-hati dalam menitipkan anak, serta menuntut perhatian lebih serius terhadap perlindungan anak

Viva, Banyumas - Tragedi memilukan kembali mengguncang Kuansing, Riau, setelah seorang bayi 2 tahun tewas akibat disiksa secara keji oleh pengasuhnya sendiri, sepasang suami istri. Aksi brutal yang dilakukan terhadap balita tersebut menjadi sorotan luas karena direkam oleh salah satu pelaku sambil tertawa, tanpa sedikit pun rasa empati.

Fakta kekerasan ini terungkap lewat hasil pemeriksaan medis yang menunjukkan bekas luka akibat penyiksaan sistematis. Bayi 2 tahun itu sebelumnya dititipkan sang ibu kepada pengasuhnya di Kuansing dengan harapan dirawat baik, namun justru tewas secara mengenaskan. Setiap kali menangis, korban disiksa tanpa ampun, bahkan aksi sadis itu direkam dan disaksikan dengan tertawa oleh pelaku.

Bukti rekaman tersebut memperkuat dugaan bahwa kematian balita ini bukan kecelakaan, melainkan akibat penganiayaan serius oleh pengasuhnya. Kematian bayi 2 tahun ini menambah daftar panjang kekerasan anak di Kuansing, dengan kondisi yang memilukan: disiksa secara rutin, direkam sambil tertawa, dan akhirnya tewas dalam kondisi mengenaskan.

Pengasuhnya yang seharusnya memberi perlindungan justru menjadi pelaku utama. Tragedi ini menjadi pengingat penting bahwa pengawasan terhadap pengasuh harus lebih ketat agar tidak terjadi lagi kekejaman serupa terhadap anak-anak.

Dilansir dari akun Intagram Humas Polres Kuansing, Balita malang tersebut awalnya dititipkan oleh ibunya, IS (21), kepada temannya YP (24), yang tinggal bersama suaminya AYS (28).

Penitipan ini dilakukan pada Jumat (23/5/2025), dengan alasan agar YP yang belum memiliki anak bisa merasa seperti orang tua.

Namun, keputusan ini berujung petaka. Pada Selasa (10/6/2025), AYS menghubungi IS dan mengabarkan bahwa anaknya mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang dirawat di RSUD Teluk Kuantan. Korban hanya bertahan satu malam di rumah sakit.

Keesokan harinya, Rabu (11/6/2025) pukul 16.00 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia. Namun, kecurigaan muncul setelah hasil visum dan autopsi menunjukkan adanya luka akibat kekerasan fisik.

Penyelidikan mengungkap fakta mengerikan bahwa setiap kali korban menangis atau rewel, kedua pelaku kerap menampar, mencubit, dan memukul tubuh mungil korban.

Bahkan, tangan, kaki, dan mulut korban diikat menggunakan lakban. Lebih sadis lagi, saat aksi penyiksaan berlangsung, YP justru merekam kejadian tersebut sambil tertawa.

Video tersebut menjadi bukti kuat dalam pengungkapan kasus. Tidak hanya melakukan kekerasan fisik, keduanya juga menunjukkan sikap tidak berperikemanusiaan terhadap bayi yang tidak berdaya.

Kejadian ini menambah daftar panjang kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Warga Kuansing dan netizen pun mengecam keras tindakan pelaku, menuntut hukuman seberat-beratnya atas perbuatan tak berperikemanusiaan itu.

Saat ini, kedua tersangka telah diamankan oleh pihak kepolisian dan tengah menjalani proses hukum. Kasus tragis ini menjadi pengingat penting bagi seluruh orang tua untuk lebih berhati-hati dalam menitipkan anak, serta menuntut perhatian lebih serius terhadap perlindungan anak