Heboh! Politikus PSI Dedy Nur Sebut Jokowi Penuhi Syarat Jadi Nabi

Pernyataan Dedy soal Jokowi picu kontroversi publik
Sumber :
  • instagram @jokowi

Viva, Banyumas - Pernyataan heboh datang dari politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, yang menyita perhatian publik. Dalam unggahan di media sosial X, ia sebut Presiden ke-7 RI, Jokowi, sebagai sosok yang penuhi syarat jadi nabi.

Menurut Dedy, karakter Jokowi yang rendah hati dan dekat dengan rakyat membuatnya layak mendapat pujian istimewa, meski tentu saja pernyataan itu langsung memicu kontroversi di masyarakat. Publik semakin heboh setelah cuplikan unggahan sang politikus PSI viral dan menjadi bahan perdebatan luas.

Banyak warganet menilai, sebutan Jokowi penuhi syarat jadi nabi terlalu berlebihan dan bisa menyinggung sensitivitas umat beragama. Meski berniat memuji, pernyataan itu justru menjadi bumerang dan menimbulkan reaksi keras dari sejumlah tokoh publik dan kelompok masyarakat.

Di tengah hebohnya polemik ini, belum ada klarifikasi resmi dari PSI terkait pernyataan sang politikus. Unggahan yang sebut Jokowi penuhi syarat jadi nabi dinilai tak hanya berlebihan, tapi juga menimbulkan pertanyaan soal batas etika dalam memuja figur politik.

Situasi ini pun menambah daftar kontroversi yang melibatkan tokoh politik dan pernyataan yang menyentuh isu agama.

Pernyataan tersebut sontak menimbulkan kontroversi besar di ruang publik digital. Dalam unggahan tersebut, Dedy menulis bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang rendah hati, selalu tersenyum, dan dekat dengan rakyat.

Ia juga menyebut bahwa Jokowi seolah “menikmati” hidup sebagai manusia biasa, meskipun secara pribadi Dedy menilai beliau memenuhi syarat menjadi nabi.

Komentar ini pun langsung viral dan menuai beragam reaksi, mulai dari yang menganggapnya pujian berlebihan, hingga tudingan penistaan simbol-simbol agama.

Tak hanya itu, Dedy juga menyindir sejumlah pihak yang dinilainya belum siap menerima kenyataan bahwa masa jabatan Jokowi sebagai kepala negara telah selesai.

Ia menulis bahwa “di dunia lain” masih ada yang tak rela tugas kenegaraan Jokowi telah usai secara paripurna. Pernyataan ini memperkuat kesan bahwa unggahannya bukan hanya sekadar pujian pribadi, tetapi juga sarat dengan muatan politik dan sindiran terhadap lawan politik tertentu.

Menyusul kegaduhan yang ditimbulkan, publik menantikan sikap resmi dari PSI terkait pernyataan salah satu kadernya ini.

Beberapa tokoh masyarakat dan warganet bahkan mendesak adanya klarifikasi atau tindakan tegas dari partai tersebut.

Meski hingga kini belum ada pernyataan lanjutan dari Dedy, unggahannya telah meninggalkan jejak polemik yang cukup dalam dan memicu diskusi soal batas antara pujian politik dengan penghormatan terhadap nilai-nilai agama

Viva, Banyumas - Pernyataan heboh datang dari politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, yang menyita perhatian publik. Dalam unggahan di media sosial X, ia sebut Presiden ke-7 RI, Jokowi, sebagai sosok yang penuhi syarat jadi nabi.

Menurut Dedy, karakter Jokowi yang rendah hati dan dekat dengan rakyat membuatnya layak mendapat pujian istimewa, meski tentu saja pernyataan itu langsung memicu kontroversi di masyarakat. Publik semakin heboh setelah cuplikan unggahan sang politikus PSI viral dan menjadi bahan perdebatan luas.

Banyak warganet menilai, sebutan Jokowi penuhi syarat jadi nabi terlalu berlebihan dan bisa menyinggung sensitivitas umat beragama. Meski berniat memuji, pernyataan itu justru menjadi bumerang dan menimbulkan reaksi keras dari sejumlah tokoh publik dan kelompok masyarakat.

Di tengah hebohnya polemik ini, belum ada klarifikasi resmi dari PSI terkait pernyataan sang politikus. Unggahan yang sebut Jokowi penuhi syarat jadi nabi dinilai tak hanya berlebihan, tapi juga menimbulkan pertanyaan soal batas etika dalam memuja figur politik.

Situasi ini pun menambah daftar kontroversi yang melibatkan tokoh politik dan pernyataan yang menyentuh isu agama.

Pernyataan tersebut sontak menimbulkan kontroversi besar di ruang publik digital. Dalam unggahan tersebut, Dedy menulis bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang rendah hati, selalu tersenyum, dan dekat dengan rakyat.

Ia juga menyebut bahwa Jokowi seolah “menikmati” hidup sebagai manusia biasa, meskipun secara pribadi Dedy menilai beliau memenuhi syarat menjadi nabi.

Komentar ini pun langsung viral dan menuai beragam reaksi, mulai dari yang menganggapnya pujian berlebihan, hingga tudingan penistaan simbol-simbol agama.

Tak hanya itu, Dedy juga menyindir sejumlah pihak yang dinilainya belum siap menerima kenyataan bahwa masa jabatan Jokowi sebagai kepala negara telah selesai.

Ia menulis bahwa “di dunia lain” masih ada yang tak rela tugas kenegaraan Jokowi telah usai secara paripurna. Pernyataan ini memperkuat kesan bahwa unggahannya bukan hanya sekadar pujian pribadi, tetapi juga sarat dengan muatan politik dan sindiran terhadap lawan politik tertentu.

Menyusul kegaduhan yang ditimbulkan, publik menantikan sikap resmi dari PSI terkait pernyataan salah satu kadernya ini.

Beberapa tokoh masyarakat dan warganet bahkan mendesak adanya klarifikasi atau tindakan tegas dari partai tersebut.

Meski hingga kini belum ada pernyataan lanjutan dari Dedy, unggahannya telah meninggalkan jejak polemik yang cukup dalam dan memicu diskusi soal batas antara pujian politik dengan penghormatan terhadap nilai-nilai agama