Maskapai Jetstar Asia Tutup Juli 2025: Nasib 500 Karyawan dan Tiket Murah di Ujung Tanduk
- instagram @jetstarasia
Viva, Banyumas - Maskapai penerbangan bertarif rendah asal Singapura, Jetstar Asia, mengonfirmasi bahwa seluruh operasionalnya akan tutup secara permanen pada Juli 2025. Keputusan ini menimbulkan kekhawatiran besar, terutama terkait nasib 500 karyawan yang dipastikan terdampak oleh langkah drastis ini.
Pengumuman tersebut sontak menjadi sorotan publik karena Jetstar Asia selama ini dikenal luas berkat layanan tiket murah yang menjangkau berbagai kota di Asia Tenggara. Sebelum benar-benar menghentikan layanannya di Juli 2025, Jetstar Asia menyatakan akan tetap menjalankan operasional secara bertahap, meski jumlah penerbangan terus dikurangi.
Bagi para penumpang, kondisi ini menempatkan tiket murah Jetstar Asia berada di ujung tanduk, terutama dengan ketidakpastian soal rute dan opsi pengembalian dana. Di sisi lain, nasib 500 karyawan yang menggantung menambah dimensi baru dalam krisis yang dialami maskapai ini. Jetstar Asia menyebut bahwa keputusan tutup ini dipicu oleh meningkatnya biaya operasional dan persaingan bisnis yang kian ketat.
Dengan kondisi seperti ini, peluang untuk mempertahankan tiket murah menjadi semakin sulit dan nyaris berada di ujung tanduk.
Perusahaan juga menegaskan akan memberikan dukungan kepada para pegawai, namun nasib 500 karyawan tetap menjadi persoalan besar yang harus ditangani menjelang Juli 2025.
Dilansir dari laman Strait Time, Pengumuman mengejutkan ini disampaikan langsung oleh Qantas Group, induk perusahaan Jetstar Asia. Mereka menyebutkan bahwa penutupan ini adalah bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan perusahaan.
Meski operasional masih akan berjalan normal selama tujuh minggu ke depan, jadwal penerbangan akan dikurangi secara bertahap hingga benar-benar berhenti di akhir Juli.
Jetstar Asia, yang selama ini melayani rute ke berbagai kota di Asia Tenggara seperti Jakarta, Surabaya, Kuala Lumpur, Bangkok, Manila, hingga Kolombo, telah dikenal sebagai maskapai andalan para pelancong dengan harga tiket yang terjangkau.
Tak heran, kabar ini langsung menuai reaksi dari pelanggan setia dan pihak industri penerbangan. Jetstar Asia memastikan bahwa seluruh penumpang yang terdampak akan mendapatkan kompensasi berupa pengembalian dana penuh atau opsi pengalihan penerbangan ke rute lain, jika memungkinkan.
Meski begitu, banyak calon penumpang merasa khawatir tentang kejelasan dan kelancaran proses refund atau pengalihan tersebut.
Dari sisi keuangan, alasan utama penutupan Jetstar Asia adalah lonjakan biaya operasional, seperti biaya bandara, biaya penerbangan, hingga biaya pemasok yang meningkat hingga 200 persen. Menurut Chief Executive Qantas, Vanessa Hudson, situasi ini membuat bisnis menjadi tidak berkelanjutan, terlebih di tengah persaingan ketat antar maskapai murah.
Tercatat, Jetstar Asia mengalami kerugian sebesar $29,3 juta sebelum bunga dan pajak pada tahun ini.
Bahkan pada tahun buku yang berakhir 30 Juni 2021, kerugiannya mencapai $165,4 juta, dan $37,2 juta pada masa pandemi Covid-19.
Setelah sempat untung pada 2023, maskapai kembali rugi $7,1 juta di tahun berikutnya. Meskipun anak perusahaan Jetstar Asia tutup, layanan Jetstar Airways (JQ) dan Jetstar Japan (GK) tetap beroperasi normal, termasuk rute internasional dari dan menuju Australia. Penutupan Jetstar Asia sekaligus menandai pergeseran lanskap penerbangan murah di kawasan Asia
Viva, Banyumas - Maskapai penerbangan bertarif rendah asal Singapura, Jetstar Asia, mengonfirmasi bahwa seluruh operasionalnya akan tutup secara permanen pada Juli 2025. Keputusan ini menimbulkan kekhawatiran besar, terutama terkait nasib 500 karyawan yang dipastikan terdampak oleh langkah drastis ini.
Pengumuman tersebut sontak menjadi sorotan publik karena Jetstar Asia selama ini dikenal luas berkat layanan tiket murah yang menjangkau berbagai kota di Asia Tenggara. Sebelum benar-benar menghentikan layanannya di Juli 2025, Jetstar Asia menyatakan akan tetap menjalankan operasional secara bertahap, meski jumlah penerbangan terus dikurangi.
Bagi para penumpang, kondisi ini menempatkan tiket murah Jetstar Asia berada di ujung tanduk, terutama dengan ketidakpastian soal rute dan opsi pengembalian dana. Di sisi lain, nasib 500 karyawan yang menggantung menambah dimensi baru dalam krisis yang dialami maskapai ini. Jetstar Asia menyebut bahwa keputusan tutup ini dipicu oleh meningkatnya biaya operasional dan persaingan bisnis yang kian ketat.
Dengan kondisi seperti ini, peluang untuk mempertahankan tiket murah menjadi semakin sulit dan nyaris berada di ujung tanduk.
Perusahaan juga menegaskan akan memberikan dukungan kepada para pegawai, namun nasib 500 karyawan tetap menjadi persoalan besar yang harus ditangani menjelang Juli 2025.
Dilansir dari laman Strait Time, Pengumuman mengejutkan ini disampaikan langsung oleh Qantas Group, induk perusahaan Jetstar Asia. Mereka menyebutkan bahwa penutupan ini adalah bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan perusahaan.
Meski operasional masih akan berjalan normal selama tujuh minggu ke depan, jadwal penerbangan akan dikurangi secara bertahap hingga benar-benar berhenti di akhir Juli.
Jetstar Asia, yang selama ini melayani rute ke berbagai kota di Asia Tenggara seperti Jakarta, Surabaya, Kuala Lumpur, Bangkok, Manila, hingga Kolombo, telah dikenal sebagai maskapai andalan para pelancong dengan harga tiket yang terjangkau.
Tak heran, kabar ini langsung menuai reaksi dari pelanggan setia dan pihak industri penerbangan. Jetstar Asia memastikan bahwa seluruh penumpang yang terdampak akan mendapatkan kompensasi berupa pengembalian dana penuh atau opsi pengalihan penerbangan ke rute lain, jika memungkinkan.
Meski begitu, banyak calon penumpang merasa khawatir tentang kejelasan dan kelancaran proses refund atau pengalihan tersebut.
Dari sisi keuangan, alasan utama penutupan Jetstar Asia adalah lonjakan biaya operasional, seperti biaya bandara, biaya penerbangan, hingga biaya pemasok yang meningkat hingga 200 persen. Menurut Chief Executive Qantas, Vanessa Hudson, situasi ini membuat bisnis menjadi tidak berkelanjutan, terlebih di tengah persaingan ketat antar maskapai murah.
Tercatat, Jetstar Asia mengalami kerugian sebesar $29,3 juta sebelum bunga dan pajak pada tahun ini.
Bahkan pada tahun buku yang berakhir 30 Juni 2021, kerugiannya mencapai $165,4 juta, dan $37,2 juta pada masa pandemi Covid-19.
Setelah sempat untung pada 2023, maskapai kembali rugi $7,1 juta di tahun berikutnya. Meskipun anak perusahaan Jetstar Asia tutup, layanan Jetstar Airways (JQ) dan Jetstar Japan (GK) tetap beroperasi normal, termasuk rute internasional dari dan menuju Australia. Penutupan Jetstar Asia sekaligus menandai pergeseran lanskap penerbangan murah di kawasan Asia