Qiancheng Holdings Terpuruk, Dealer BYD di China Timur Tutup Total

Dealer BYD di Shandong tutup total akibat krisis Qiancheng Holding
Sumber :
  • instagram @byd_global

Viva,Banyumas - Qiancheng Holding terpuruk akibat krisis keuangan yang cukup berat, sehingga berdampak langsung pada operasional mereka di wilayah China Timur. Kondisi ini memicu penutupan besar-besaran terhadap jaringan dealer yang mereka kelola, khususnya dealer-dealer BYD yang tersebar di kawasan tersebut.

Sebanyak 20 Dealer BYD di China Timur, khususnya di provinsi Shandong, akhirnya tutup total karena tekanan finansial yang dialami Qiancheng Holding. Dealer-dealer ini, yang sebelumnya melayani ribuan pelanggan, kini harus berhenti beroperasi, meninggalkan banyak konsumen tanpa akses layanan purna jual dan klaim garansi yang seharusnya mereka dapatkan.

Penutupan ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga menimbulkan keresahan di kalangan pelanggan yang dirugikan. Qiancheng Holding terpuruk dalam situasi sulit, sementara 20 Dealer BYD di China Timur yang tutup total menjadi simbol kegagalan ekspansi bisnis yang tidak terkelola dengan baik, memaksa pelanggan dan industri otomotif mencari solusi bersama.

Dikutip dari Jinan Times, Penutupan dealer BYD tersebar di empat kota di Shandong, termasuk Jinan dan Weifang. Dealer-dealer yang sebelumnya ramai kini tampak kosong dan seperti telah tutup permanen.

Lebih dari seribu pelanggan terdampak langsung, mereka kehilangan akses terhadap layanan penting seperti perawatan dan klaim garansi.

Para pelanggan pun membentuk kelompok untuk memperjuangkan hak mereka dan mencari solusi atas kondisi ini.

Qiancheng Holdings dikenal sebagai perusahaan besar dengan omzet tahunan sekitar 3 miliar yuan (sekitar Rp6,8 triliun) dan memiliki 1.200 karyawan.

Namun, surat resmi yang dikeluarkan pada 17 April lalu menyatakan bahwa perubahan kebijakan dealer BYD telah memberikan tekanan finansial yang berat bagi perusahaan tersebut.

Meski begitu, BYD melalui media China Cover News mengklarifikasi bahwa masalah keuangan Qiancheng bukan semata-mata akibat kebijakan baru, melainkan karena ekspansi bisnis yang terlalu cepat dan kurang terkontrol.

BYD juga menyatakan tengah berusaha membantu Qiancheng menghadapi situasi ini. Situasi ini menjadi perhatian besar bagi industri otomotif dan pasar konsumen di China.

Penutupan dealer BYD di Shandong mengingatkan akan risiko besar yang dihadapi perusahaan ketika ekspansi bisnis tidak diimbangi dengan manajemen keuangan yang sehat.

Sementara itu, pelanggan yang terdampak terus menuntut kejelasan dan kompensasi atas hak-hak mereka yang terabaikan.

Kasus ini juga menunjukkan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap mitra bisnis dan dealer dalam menjaga kepercayaan konsumen.

Dengan upaya BYD yang berkelanjutan untuk membantu Qiancheng, diharapkan kondisi ini dapat membaik dan hak pelanggan kembali terpenuhi.

Namun, proses pemulihan kemungkinan akan memakan waktu dan membutuhkan kerjasama semua pihak terkait demi mengembalikan kepercayaan masyarakat

Viva,Banyumas - Qiancheng Holding terpuruk akibat krisis keuangan yang cukup berat, sehingga berdampak langsung pada operasional mereka di wilayah China Timur. Kondisi ini memicu penutupan besar-besaran terhadap jaringan dealer yang mereka kelola, khususnya dealer-dealer BYD yang tersebar di kawasan tersebut.

Sebanyak 20 Dealer BYD di China Timur, khususnya di provinsi Shandong, akhirnya tutup total karena tekanan finansial yang dialami Qiancheng Holding. Dealer-dealer ini, yang sebelumnya melayani ribuan pelanggan, kini harus berhenti beroperasi, meninggalkan banyak konsumen tanpa akses layanan purna jual dan klaim garansi yang seharusnya mereka dapatkan.

Penutupan ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga menimbulkan keresahan di kalangan pelanggan yang dirugikan. Qiancheng Holding terpuruk dalam situasi sulit, sementara 20 Dealer BYD di China Timur yang tutup total menjadi simbol kegagalan ekspansi bisnis yang tidak terkelola dengan baik, memaksa pelanggan dan industri otomotif mencari solusi bersama.

Dikutip dari Jinan Times, Penutupan dealer BYD tersebar di empat kota di Shandong, termasuk Jinan dan Weifang. Dealer-dealer yang sebelumnya ramai kini tampak kosong dan seperti telah tutup permanen.

Lebih dari seribu pelanggan terdampak langsung, mereka kehilangan akses terhadap layanan penting seperti perawatan dan klaim garansi.

Para pelanggan pun membentuk kelompok untuk memperjuangkan hak mereka dan mencari solusi atas kondisi ini.

Qiancheng Holdings dikenal sebagai perusahaan besar dengan omzet tahunan sekitar 3 miliar yuan (sekitar Rp6,8 triliun) dan memiliki 1.200 karyawan.

Namun, surat resmi yang dikeluarkan pada 17 April lalu menyatakan bahwa perubahan kebijakan dealer BYD telah memberikan tekanan finansial yang berat bagi perusahaan tersebut.

Meski begitu, BYD melalui media China Cover News mengklarifikasi bahwa masalah keuangan Qiancheng bukan semata-mata akibat kebijakan baru, melainkan karena ekspansi bisnis yang terlalu cepat dan kurang terkontrol.

BYD juga menyatakan tengah berusaha membantu Qiancheng menghadapi situasi ini. Situasi ini menjadi perhatian besar bagi industri otomotif dan pasar konsumen di China.

Penutupan dealer BYD di Shandong mengingatkan akan risiko besar yang dihadapi perusahaan ketika ekspansi bisnis tidak diimbangi dengan manajemen keuangan yang sehat.

Sementara itu, pelanggan yang terdampak terus menuntut kejelasan dan kompensasi atas hak-hak mereka yang terabaikan.

Kasus ini juga menunjukkan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap mitra bisnis dan dealer dalam menjaga kepercayaan konsumen.

Dengan upaya BYD yang berkelanjutan untuk membantu Qiancheng, diharapkan kondisi ini dapat membaik dan hak pelanggan kembali terpenuhi.

Namun, proses pemulihan kemungkinan akan memakan waktu dan membutuhkan kerjasama semua pihak terkait demi mengembalikan kepercayaan masyarakat