Tambaknya Sudah Seperti Lautan: Jeritan Warga Brebes Saat Gubernur Luthfi Tanam Mangrove
- Pemprov Jateng
Viva, Banyumas - Kunjungan Gubernur Luthfi ke Pantai Randusanga menjadi momen penting bagi warga Brebes yang selama ini dihantui abrasi dan rob. Dalam kegiatan tanam mangrove serentak itu, suasana haru tercipta ketika seorang pedagang menyampaikan jeritan hatinya kepada sang gubernur. Ia mengatakan bahwa tambaknya sudah tidak lagi bisa digunakan karena kondisinya seperti lautan, tergenang air secara terus-menerus akibat abrasi parah.
Keluhan yang disampaikan warga Brebes tersebut menggambarkan penderitaan panjang mereka dalam menghadapi kerusakan lingkungan. Jeritan itu menyuarakan kebutuhan mendesak akan solusi nyata. Saat Gubernur Luthfi memimpin tanam mangrove, warga berharap upaya itu bisa mengubah nasib mereka. “Tambaknya seperti lautan, Pak,” ucap warga dengan haru, menyiratkan kerinduan terhadap tambak-tambak produktif yang kini tenggelam oleh air laut.
Melalui program tanam mangrove, Gubernur Luthfi mencoba menjawab jeritan hati warga Brebes. Ia menjanjikan bahwa langkah ini adalah bagian dari solusi jangka panjang untuk menyelamatkan kawasan pesisir dari abrasi. Harapannya, tambaknya bisa kembali difungsikan dan tak lagi seperti lautan. Meski awalnya hanya pohon kecil, mangrove itu kini membawa harapan besar bagi warga pesisir.
Salah satu momen paling menyentuh datang dari Khusnaini, seorang pedagang di kawasan Randusanga. Ia memohon langsung kepada Gubernur agar kondisi pantai dan tambak diperhatikan.
"Minta tolong, Pak. Selamatkan pantai dan tambak kami. Tambaknya itu sudah seperti lautan," ucapnya dengan nada getir dikutip dari laman Pemprov Jateng pada 6 Juni 2025.
Bertahun-tahun, abrasi dan rob telah meluluhlantakkan tambak milik warga, menghentikan aktivitas ekonomi mereka, serta membuat pantai sepi dari pengunjung karena jalan yang rusak dan kawasan yang tergenang. Warga berharap lebih dari sekadar penanaman mangrove.
“Minta diperbaiki pantainya, bila perlu dikasih pemecah gelombang. Jalannya juga mohon diperbaiki,” ujar Khusnaini saat berdialog dengan Ahmad Luthfi.
Ia menggambarkan tambak-tambak yang dulu menjadi sumber penghidupan kini telah berubah menjadi genangan seperti laut.
Hal serupa diungkapkan oleh Nunung dan Siri Humairoh, dua warga lainnya yang mengaku senang namun juga berharap langkah nyata berlanjut.
Program Mageri Segoro yang dicanangkan Gubernur Luthfi menargetkan penanaman 1,5 juta batang mangrove di 150 hektare kawasan pesisir hingga akhir 2025. Pada hari itu saja, sekitar 200 ribu batang ditanam secara serentak di 17 kabupaten/kota pesisir.
Ini mencakup 184 desa di 54 kecamatan di Jawa Tengah. Langkah ini diharapkan bisa menahan laju abrasi yang semakin parah dan menyelamatkan garis pantai yang kian menghilang.
“Ini upaya pencegahan, karena abrasi di wilayah kita sangat tinggi. Kita tidak ingin garis pantai kita hilang karena tidak ada kepedulian,” tegas Ahmad Luthfi dilansir dari laman Pemprov Jateng.
Harapan masyarakat pun menggantung pada pohon-pohon mangrove yang baru tumbuh—sebagai simbol bahwa mereka belum menyerah melawan laut
Viva, Banyumas - Kunjungan Gubernur Luthfi ke Pantai Randusanga menjadi momen penting bagi warga Brebes yang selama ini dihantui abrasi dan rob. Dalam kegiatan tanam mangrove serentak itu, suasana haru tercipta ketika seorang pedagang menyampaikan jeritan hatinya kepada sang gubernur. Ia mengatakan bahwa tambaknya sudah tidak lagi bisa digunakan karena kondisinya seperti lautan, tergenang air secara terus-menerus akibat abrasi parah.
Keluhan yang disampaikan warga Brebes tersebut menggambarkan penderitaan panjang mereka dalam menghadapi kerusakan lingkungan. Jeritan itu menyuarakan kebutuhan mendesak akan solusi nyata. Saat Gubernur Luthfi memimpin tanam mangrove, warga berharap upaya itu bisa mengubah nasib mereka. “Tambaknya seperti lautan, Pak,” ucap warga dengan haru, menyiratkan kerinduan terhadap tambak-tambak produktif yang kini tenggelam oleh air laut.
Melalui program tanam mangrove, Gubernur Luthfi mencoba menjawab jeritan hati warga Brebes. Ia menjanjikan bahwa langkah ini adalah bagian dari solusi jangka panjang untuk menyelamatkan kawasan pesisir dari abrasi. Harapannya, tambaknya bisa kembali difungsikan dan tak lagi seperti lautan. Meski awalnya hanya pohon kecil, mangrove itu kini membawa harapan besar bagi warga pesisir.
Salah satu momen paling menyentuh datang dari Khusnaini, seorang pedagang di kawasan Randusanga. Ia memohon langsung kepada Gubernur agar kondisi pantai dan tambak diperhatikan.
"Minta tolong, Pak. Selamatkan pantai dan tambak kami. Tambaknya itu sudah seperti lautan," ucapnya dengan nada getir dikutip dari laman Pemprov Jateng pada 6 Juni 2025.
Bertahun-tahun, abrasi dan rob telah meluluhlantakkan tambak milik warga, menghentikan aktivitas ekonomi mereka, serta membuat pantai sepi dari pengunjung karena jalan yang rusak dan kawasan yang tergenang. Warga berharap lebih dari sekadar penanaman mangrove.
“Minta diperbaiki pantainya, bila perlu dikasih pemecah gelombang. Jalannya juga mohon diperbaiki,” ujar Khusnaini saat berdialog dengan Ahmad Luthfi.
Ia menggambarkan tambak-tambak yang dulu menjadi sumber penghidupan kini telah berubah menjadi genangan seperti laut.
Hal serupa diungkapkan oleh Nunung dan Siri Humairoh, dua warga lainnya yang mengaku senang namun juga berharap langkah nyata berlanjut.
Program Mageri Segoro yang dicanangkan Gubernur Luthfi menargetkan penanaman 1,5 juta batang mangrove di 150 hektare kawasan pesisir hingga akhir 2025. Pada hari itu saja, sekitar 200 ribu batang ditanam secara serentak di 17 kabupaten/kota pesisir.
Ini mencakup 184 desa di 54 kecamatan di Jawa Tengah. Langkah ini diharapkan bisa menahan laju abrasi yang semakin parah dan menyelamatkan garis pantai yang kian menghilang.
“Ini upaya pencegahan, karena abrasi di wilayah kita sangat tinggi. Kita tidak ingin garis pantai kita hilang karena tidak ada kepedulian,” tegas Ahmad Luthfi dilansir dari laman Pemprov Jateng.
Harapan masyarakat pun menggantung pada pohon-pohon mangrove yang baru tumbuh—sebagai simbol bahwa mereka belum menyerah melawan laut