PAD Rp150 Miliar Terancam Hilang, Tambang Nikel Guncang Wisata Raja Ampat

Raja Ampat, surga wisata yang terancam oleh tambang nikel
Sumber :
  • pexel @Stijn Dijkstra

Viva, Banyumas - Aktivitas tambang nikel yang mulai masuk ke wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya, kini mengguncang sektor wisata yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Keindahan alam dan laut Raja Ampat yang selama ini menarik wisatawan lokal maupun mancanegara berpotensi rusak akibat eksploitasi tambang. Bila kondisi ini terus dibiarkan, maka PAD yang selama ini mencapai Rp150 miliar per tahun terancam hilang.

Pariwisata Raja Ampat yang selama ini mengandalkan keaslian ekosistem laut sebagai daya tarik utama kini menghadapi risiko besar. Guncangan yang ditimbulkan oleh tambang nikel tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada keberlanjutan ekonomi masyarakat setempat. Jika kerusakan terus terjadi, maka kunjungan wisatawan bisa merosot tajam, dan PAD dari sektor wisata pun bisa benar-benar terancam hilang.

Wakil rakyat dan aktivis lingkungan pun mendesak pemerintah untuk segera menghentikan kegiatan tambang nikel di kawasan Raja Ampat. Mereka menilai bahwa keputusan untuk mengizinkan tambang masuk ke kawasan konservasi adalah langkah keliru yang bisa mengguncang masa depan sektor wisata.

Potensi PAD yang besar terancam hilang, sementara warisan alam Raja Ampat yang tak ternilai bisa hancur dalam waktu singkat.

Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, menyoroti keras aktivitas tambang tersebut yang dinilainya melanggar regulasi dan merusak ekosistem.

“Raja Ampat bukan kawasan biasa. Ini adalah salah satu surga biodiversitas laut dunia yang sudah diakui UNESCO sebagai Global Geopark. Kawasan ini tidak bisa dikompromikan untuk kegiatan pertambangan,” ujarnya dikutio dari laman Youtube DPR RI pada 5 Juni 2025.

Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat menunjukkan bahwa pada tahun 2024, sektor pariwisata telah menyumbang pendapatan daerah sebesar Rp150 miliar.