Putin Kagetkan Dunia: Gencatan Senjata Sepihak 9 Mei, Benarkah Rusia Tak Akan Serang Ukraina Selama Perayaan?
- AP/Maxim Shemetov
VIVA, Banyumas – Dalam perkembangan terbaru, Rusia mengumumkan gencatan senjata sepihak dari 8 hingga 11 Mei 2025.
Keputusan ini, menurut layanan pers Kremlin, diambil berdasarkan pertimbangan kemanusiaan seiring dengan peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dalam Perang Patriotik Raya.
“Berdasarkan keputusan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia Vladimir Putin, berdasarkan pertimbangan kemanusiaan, pada hari peringatan 80 tahun kemenangan dari pukul 00:00 pada malam tanggal 7 Mei hingga pukul 00:00 pada malam tanggal 10 hingga 11 Mei, pihak Rusia mengumumkan gencatan senjata. Semua permusuhan ditangguhkan untuk periode ini,” bunyi pernyataan dari administrasi kepresidenan Rusia, dikutip dari militarnyi pada Senin (28/4/2025).
Pemerintah Rusia berharap Ukraina akan mengikuti langkah ini. Namun, Rusia memperingatkan bahwa jika terjadi pelanggaran dari pihak Ukraina, pasukan Rusia "akan merespons secara memadai dan efektif."
Langkah ini bukan pertama kalinya diambil oleh Rusia. Sebelumnya, Presiden Putin mengumumkan gencatan senjata serupa selama perayaan Paskah dari tanggal 19 hingga 21 April.
Pada waktu itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyi mengatakan bahwa pasukan Ukraina akan bertindak “seperti cermin.”
Namun, kenyataannya, tidak ada penghentian permusuhan secara total yang terjadi.
Selama masa gencatan senjata Paskah, pasukan Rusia memanfaatkan situasi untuk memperkuat posisi dan mengevakuasi korban.
Teater operasi tetap tidak berubah. Pasukan Rusia terus menembaki posisi Pasukan Pertahanan dengan kekuatan dan sarana yang tersedia bagi mereka. Tidak ada yang berubah dibandingkan dengan kemarin," kata Yurii Fedorenko, komandan Resimen Achilles ke-429.
Selain itu, dalam periode yang sama, tercatat 96 aksi penyerangan Rusia, 1.882 kejadian penembakan, termasuk 812 menggunakan senjata berat, serta lebih dari 950 serangan pesawat tak berawak FPV Rusia.
Dengan gencatan senjata baru ini, dunia menanti apakah Rusia dan Ukraina dapat benar-benar menghormati jeda konflik, atau justru mengulang pola pelanggaran seperti yang terjadi sebelumnya
VIVA, Banyumas – Dalam perkembangan terbaru, Rusia mengumumkan gencatan senjata sepihak dari 8 hingga 11 Mei 2025.
Keputusan ini, menurut layanan pers Kremlin, diambil berdasarkan pertimbangan kemanusiaan seiring dengan peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dalam Perang Patriotik Raya.
“Berdasarkan keputusan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia Vladimir Putin, berdasarkan pertimbangan kemanusiaan, pada hari peringatan 80 tahun kemenangan dari pukul 00:00 pada malam tanggal 7 Mei hingga pukul 00:00 pada malam tanggal 10 hingga 11 Mei, pihak Rusia mengumumkan gencatan senjata. Semua permusuhan ditangguhkan untuk periode ini,” bunyi pernyataan dari administrasi kepresidenan Rusia, dikutip dari militarnyi pada Senin (28/4/2025).
Pemerintah Rusia berharap Ukraina akan mengikuti langkah ini. Namun, Rusia memperingatkan bahwa jika terjadi pelanggaran dari pihak Ukraina, pasukan Rusia "akan merespons secara memadai dan efektif."
Langkah ini bukan pertama kalinya diambil oleh Rusia. Sebelumnya, Presiden Putin mengumumkan gencatan senjata serupa selama perayaan Paskah dari tanggal 19 hingga 21 April.
Pada waktu itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyi mengatakan bahwa pasukan Ukraina akan bertindak “seperti cermin.”
Namun, kenyataannya, tidak ada penghentian permusuhan secara total yang terjadi.
Selama masa gencatan senjata Paskah, pasukan Rusia memanfaatkan situasi untuk memperkuat posisi dan mengevakuasi korban.
Teater operasi tetap tidak berubah. Pasukan Rusia terus menembaki posisi Pasukan Pertahanan dengan kekuatan dan sarana yang tersedia bagi mereka. Tidak ada yang berubah dibandingkan dengan kemarin," kata Yurii Fedorenko, komandan Resimen Achilles ke-429.
Selain itu, dalam periode yang sama, tercatat 96 aksi penyerangan Rusia, 1.882 kejadian penembakan, termasuk 812 menggunakan senjata berat, serta lebih dari 950 serangan pesawat tak berawak FPV Rusia.
Dengan gencatan senjata baru ini, dunia menanti apakah Rusia dan Ukraina dapat benar-benar menghormati jeda konflik, atau justru mengulang pola pelanggaran seperti yang terjadi sebelumnya